"Shintia, aku masih berharap kita bisa bersama," ujar Kavin.
"Apa? Sebentar lagi kamu akan menikah, tapi bisa-bisanya kamu bicara seperti itu ke aku!" Shintia menatap Kavin tidak mengerti.
Kavin meraih tangan Shintia yang ada di atas meja, mengusap lembut tangan yang berada di bawahnya. Wajah tampan Kavin menatap Shintia begitu intens. Membuat Shintia ingat lagi saat beberapa waktu yang lalu. Tentang Kavin yang menyatakan perasaan cinta dan melamar dirinya.
"Aku mau mempertimbangkan lagi pernikahan aku, kalau kamu mau menerima aku," cetus Kavin.
"Kamu bicara apa sih, Vin?" Shintia tampak tidak suka.
"Aku akan membatalkan pernikahanku demi kamu," tandas Kavin.
Setelah Geisha menyatakan mau menikah dengannya, Kavin selalu terpikirkan Shintia. Detik-detik pernikahan sandiwara ini, Kavin masih berharap pada Shintia. Jika dia akan menikah sungguhan, membangun rumah tangga yang nyata bersama wanita yang sudah dikaguminya sejak lama.
Perlahan Shintia melepaskan tangannya dari tautan tangan Kavin. "Aku mencintai Pangeran."
Sudah Kavin duga, jika laki-laki yang dilihatnya bersama Shintia kemarin dan hari ini, adalah orang yang membuat Shintia menolak lamaran Kavin. Namun Kavin yakin dia tidak lah kalah dari Pangeran, dan tidak ada kelebihan Pangeran dibandingkan Kavin.
"Dia belum tentu mencintai kamu seperti aku mencintai kamu, Shintia," jelas Kavin.
"Ada apa, Vin? Bukannya kamu sudah memilih Geisha dan kamu sudah memutuskan untuk menikah dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba kamu ingin membatalkannya?" cicit Shintia.
"Karena aku mencintai kamu," ungkap Kavin.
"Sekarang aku tanya, kamu mencintai Geisha kan?" tanya Shintia.
"Kavin, kamu cinta sama Geisha?" lanjut Shintia. Namun Kavin masih diam.
"Jawab pertanyaan aku!"
Kavin menghela napas panjang. Dia tidak mencintai Geisha, dia hanya menikah pura-pura dengannya. Dan dia masih berharap akan ada keajaiban, Kavin menikah dengan wanita yang dia cintai. Yaitu yang sedang berada di depannya.
"Kalau tidak ada yang kamu bicarakan lagi, lebih baik aku pergi. Karena Pangeran juga sedang menunggu aku."
Shintia beranjak pergi, saat itu juga Kavin menarik tangannya. Shintia pun mengurungkan niatnya dan kembali duduk.
"Aku mau dengar dari bibir kamu, kamu memilih aku atau dia?"
Shintia terdiam sejenak mendengar perkataan Kavin. Dia menolak Kavin karena dia tidak memiliki perasaan padanya. Dan karena Shintia menyukai Pangeran, tentu Shintia ingin bersama Pangeran.
"Jawabannya aku memilih Pangeran."
Shintia bergerak dari bangkunya setelah mengucapkan itu. Terlihat Kavin tertunduk begitu syok mendengar ucapan singkat darinya.
*
*
"Maaf ya, Ran, atas sikap Kavin." Shintia duduk di samping Pangeran yang mengemudi mobil.
"Enggak apa-apa, tapi harusnya kamu nggak usah ngajak aku. Kalau kamu ada janji bersama orang lain," papar Pangeran.
"Aku pikir Kavin nggak akan marah kalau aku mengajak kamu," ujar Shintia.
"Sepertinya laki-laki bernama Kavin itu sangat posesif pada kamu," tebak Pangeran.
"Mungkin karena kami sudah berteman sejak kecil," kata Shintia.
"Aku rasa lebih dari itu, apa kamu nggak menyadarinya?" pikir Pangeran.
"Ran, sebentar lagi dia akan menikah," tegas Shintia.
"Oya!"
Pangeran tampak terkejut setelah mendengar perkataan Shintia, jika laki-laki yang sempat membuat dia kesal tadi akan menikah. Karena dia melihat tatapan Kavin pada Shintia yang tampak menyukai wanita itu. Dan Kavin tidak suka melihat Shintia bersama Pangeran.
Namun hal itu bukan urusan Pangeran. Dia menyukai Shintia atau tidak, tidak perlu Pangeran pikirkan. Apalagi soal pernikahan laki-laki itu, tidak ada hubungannya dengan Pangeran.
*
*
Kavin meng-gas mobilnya kencang. Dia harus segera sampai di butik, untuk feeting baju pengantin. Hari ini jam 10 pagi dia sudah janjian dengan Geisha di sebuah butik terkenal. Namun sekarang waktu sudah menunjukkan jam 11 dan dia masih ada dibalik kemudi mobilnya.
Hingga Kavin sampai di tempat tujuan, mobilnya terparkir sempurna dan dia lekas turun menuju ke pintu butik. Dia melihat Geisha sedang berdiri membelakanginya.
"Maaf, Sha, gue terlambat."
Geisha memutar tubuhnya ke asal suara. Dia tersenyum tampak sangat senang, dia merasa senang dengan baju yang sekarang dia kenakan. Geisha mengenakan baju pengantin berwarna putih, gaun yang entah untuk ke berapa dia coba pakai.
Kavin tertegun tampak salut pada penampilan Geisha. Gadis itu hanya mengenakan gaun pengantin tanpa mek up. Namun dia terlihat cantik. Ternyata saat menunggu kedatangan Kavin, Geisha sudah mencoba beberapa gaun pengantin.
Saat tiba di butik Geisha langsung terpukau dengan gaun-gaun indah yang terpajang di manekin. Pemilik butik yang melihat calon istri dari Kavin Wijaya pun menyambut Geisha dengan baik. Dia mengatakan Geisha boleh mencoba gaun mana pun yang dia suka. Hingga Geisha begitu senang dan tidak sadar jika Kavin belum juga datang.
"Lo sudah lama nungguin gue? Ada pekerjaan yang harus gue kerjakan."
"Enggak apa-apa, tapi gue sudah nyoba bajunya duluan," ujar Geisha nyengir.
Kavin menggeleng menandakan jika itu tidak masalah. Sebenarnya Kavin juga sudah berbohong pada Geisha. Hal yang sebenarnya, tadi malam Kavin tidak bisa tidur karena memikirkan Shintia. Hingga saat subuh baru lah dia tertidur, membuat Kavin bangun kesiangan. Dia langsung terkejut mengingat jika dia harus feeting baju pengantin hari ini.
"Silakan lo pilih saja gaun yang lo suka," ujar Kavin.
"Gue menyukai semua gaun yang ada di sini, gue nggak pernah membayangkan akan memakainya."
"Mulai sekarang lo bisa membeli apapun yang lo inginkan," ucap Kavin.
Geisha terlihat sangat senang. Dia mendekati cermin besar melihat pantulannya di sana. Sementara Kavin menemui pemilik butik yang bernama Lili. Kavin ingin melihat baju pengantin yang akan dikenakannya saat pernikahan nanti.
"Maaf aku baru datang," ucap Kavin pada Lili.
"Enggak masalah, aku tahu kamu sangat sibuk. Tapi demi Geisha kamu meluangkan waktu kamu," tebak Lili.
"Mana baju aku, apa aku bisa melihatnya," pinta Kavin.
"Tentu, ada banyak baju yang bisa kamu pilih. Kalian pasti terlihat sangat sempurna."
Lili mengantarkan Kavin ke sebuah manekin yang terpasang baju pengantin pria. Kavin menatap baju-baju itu tampak kagum. Namun yang ada dalam pikirannya adalah. Dia tidak pernah mengira, jika dia feeting baju pengantin bersama orang lain. Dia menatap baju itu tampak terkenang, dia mengingat impiannya untuk bersanding dengan Shintia.
"Geisha sangat cantik, Vin. Ketemu di mana sih?"
Perkataan Lili membuat Kavin tersadar dari lamunannya. Jika kenyataannya dia harus menjalani pernikahan sandiwara dengan Geisha karena Shintia menolak lamarannya.
"Namanya juga jodoh, tentu akan bertemu sejauh manapun kami terpisah."
Kavin kembali fokus pada baju di depannya. Sebenarnya dia tidak perlu melihat baju pengantin ini, apalagi memilih yang mana, yang akan dikenakannya nanti. Karena ini bukanlah pernikahan sungguhan, kenyataannya mengenakan baju yang manapun perasaan Kavin tetap lah sama.
Di lain sudut terlihat Geisha masih melihat terkagum dengan baju-baju yang ada di butik ini. Karena ini memang untuk pertama kalinya Geisha ke sini. Geisha hanya pernah melihat gaun sebagus ini di layar televisi. Dia tidak pernah bermimpi untuk bisa mengenakannya.
Bersambung ....