Betapa terkejutnya Geisha setelah sampai di rumah, dia melihat teras rumah dalam keadaan berantakan. Barang-barang berserakan sampai langkah Geisha susah untuk melewatinya. Dia membuka pintu yang tidak terkunci seperti biasanya. Dan mendapati Hana tengah menangis di dalam rumah.
"Na, ada apa?"
Hana langsung menghambur ke pelukan Geisha. Terlihat keadaan rumah sangat berantakan seolah ada seseorang yang mengacaukan seluruh isinya.
"Preman itu datang nagih uang, dia mengacak barang-barang karena gue nggak bisa ngasih mereka uang."
Geisha mengusap punggung Hana, berusaha menenangkan Hana yang sedang menangis. Geisha merasa dia tidak bisa hanya menyalahkan Hana, karena dia juga sudah tertekan dengan masalah ini. Dan Geisha merasa dia juga turut bertanggung jawab atas ini semua.
Karena selama ini Hana selalu membantunya. Saat dia tidak bekerja kemarin, Hana lah yang meminjam kan Geisha uang. Tanpa tahu kesulitan Hana dan Hana juga masih saja membantu Geisha dalam keadaan dia yang juga sulit. Hana sama sekali tidak menceritakan apa pun apalagi meminta bantuan pada Geisha.
Geisha tidak tahu, jika yang dimaksud Hana simpanan uang itu adalah uang pinjaman dia pada rentenir. Geisha tidak tahu bagaimana caranya dia untuk melunasi hutang ini. Bahkan gajinya bulan depan pun tidak ada seujung kuku dari hutang itu.
"Lo kasih tahu gue di mana rumah rentenir itu," pinta Geisha.
"Buat apa, Sha?" tanya Hana.
"Gue mau temuin dia, lo tunggu di rumah aja," jawab Geisha.
"Tapi lo mau apa ke sana?"
"Gue mau bicara sama dia."
"Gue nggak mungkin biarin lo sendirian ke sana," seloroh Hana.
"Gue bisa sendiri, lo beresin rumah ini aja."
Setelah Hana memberitahu rumah pak Gian, Geisha langsung beranjak pergi. Tanpa menghiraukan perkataan Hana lagi.
*
*
"Anda yang namanya Pak Gian?" tanya Geisha setelah pintu di buka oleh seseorang.
"Iya, ada apa, kamu mau berhutang?" ujar laki-laki paruh baya itu.
"Enggak. Saya ke sini mau minta keadilan untuk Hana. Karena Anda sudah menipu dia, Anda memberi pinjaman tapi Anda nggak memberitahu dia kalau Anda itu rentenir."
"Salah dia dong, langsung mau saja."
"Tapi Anda juga nggak bilang, kalau perhari itu hanya bunganya. Dan dia harus melunasi hutang dalam jangka waktu satu bulan. Sementara dia sudah bayar seratus ribu perhari, uang dia sudah masuk tiga juta."
"Bener dong saya. Teman kamu itu sudah berhutang tiga bulan, hutangnya sudah dikalikan tiga menjadi dua puluh juta. Sementara bunganya dia cuma bayar satu bulan saja. Sudah saya kasih kan loh bunga dua bulannya itu. Jadi teman kamu cuma harus bayar dua puluh juta."
"Cuma, Anda bilang? Hana cuma berhutang lima juta, kenapa dia harus bayar dua puluh juta. Anda mau saya laporin ke polisi karena penipuan?"
Pak Gian tertawa lebar seolah gadis di depannya yang marah-marah malah seperti sedang melawak. Membuat Geisha sangat kesal melihat tawa itu. Dia tertawa di atas penderitaan Hana. Entah sudah berapa banyak orang seperti Hana yang jadi korbannya.
"Lalu kamu mau apa?" tanya pak Gian.
"Saya mau hutang Hana sebesar lima juta dipotong dengan cicilan yang sudah dia bayar, karena Hana pikir dia bisa mencicil uang yang dia pinjam itu selama satu bulan dan dengan bunga yang rendah. Dia perlu uang itu secepatnya untuk membayar biaya sekolah adiknya. Hingga dia berhutang pada Anda."
"Kamu kalau mau ceramah, sana di mesjid. Dengar ya, tidak ada ya yang mau pinjam-in uang tanpa ada untungnya."
"Oke kami akan bayar bunganya sebesar lima puluh persen dari uang pinjaman Anda. Banyak bukan?"
Terlihat pak Gian mendengkus. Dia tampak meremehkan gadis di depannya. Geisha memang tidak tahu jika Gian adalah rentenir, tidak mungkin dia meminjamkan uang tanpa imbalan yang besar. Dia sering mencekik siapa saja yang sudah berhutang padanya. Dan yang tidak bisa bayar siap-siap untuk menerima hukuman.
"Harusnya kamu berterimakasih sama saya karena telah menolong teman kamu itu bukan marah-marah. Teman kamu harus membayar sesuai dengan ketentuan saya, saya tidak peduli apapun."
"Tolong, kasihani orang kecil seperti kami," mohon Geisha.
"Saya nggak peduli, biar pun kamu bersujud. Yang saya mau kamu segera lunasi hutang itu," tandas Gian.
"Seumur hidup saya baru bertemu dengan orang seperti Anda, ternyata benar rentenir itu berdarah dingin, mencekik dan melakukan segala cara untuk melipatgandakan kekayaannya. Seharusnya Anda segera bertobat."
"Sialan kamu mengajari saya," bentak Gian.
"Anda memang harus sadar, jika banyak orang yang terdzolimi karena Anda."
"Kamu nggak usah banyak bicara, lebih baik kamu bayar hutang-hutang itu. Kamu cantik dan seksi, kamu bisa menghasilkan uang dari itu. Kalau perlu saya carikan orang yang bisa membayar banyak untuk kamu."
Plakk!
Geisha mendaratkan tangannya tepat di pipi Gian. Geisha tampak marah, dadanya naik turun karena itu. Bisa-bisanya laki-laki di depannya itu melecehkannya. Geisha memang miskin, tapi bukan berarti dia bisa menganggap Geisha serendah itu.
Pak Gian memanggil penjaga rumahnya lalu menyuruhnya untuk mengusir Geisha. Terdengar Geisha menggerutu, tapi pak Gian tidak menghiraukannya. Dia beranjak memasuki rumahnya meninggalkan Geisha yang lalu dibawa para penjaga itu keluar.
*
*
Geisha mengemudikan Vespanya secara perlahan. Hatinya sedang dilanda kesedihan dan juga kebingungan. Ini memang masalah Hana, temannya itu yang masuk ke dalam perangkap rentenir. Namun Geisha tidak mungkin lari begitu saja. Karena Hana adalah teman yang begitu baik padanya.
Bagaimana Geisha bisa membantu Hana, dia tidak punya uang sebanyak itu. Bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang itu dalam waktu secepatnya. Karena semakin lama, uang pinjaman Hana itu semakin bertambah juga.
Geisha mengingat saat kemarin dia mendatangi rumah Gian. Dia berusaha meminta keadilan dan juga memohon belas kasihan. Namun laki-laki itu malah menyuruh yang tidak-tidak untuk melunasi hutang Hana padanya.
Geisha meneteskan air mata. Dia sungguh kasihan pada dirinya sendiri. Tidak bisa hidup dengan tenang karena selalu dibebankan dengan uang dan uang. Kenapa uang selalu menghindar untuk orang seperti dirinya. Dan sekarang Hana malah terlibat hutang pada rentenir. Dia harus melunasi uang pinjaman yang sudah berlipat ganda.
Geisha sampai di depan rumahnya, dia tidak membawa kunci karena hari ini Hana dapat giliran libur bekerja. Dia mengetuk pintu, karena tidak ada tanda-tanda Hana bergerak membuka pintu. Geisha mengetuk pintu lebih keras lagi. Dan masih tidak ada jawaban.
Geisha melirik motor Hana yang terparkir, menandakan jika temannya itu sedang berada di rumah. Geisha bergerak menuju pintu belakang yang tidak terkunci, lalu lekas masuk ke dalam.
Betapa terkejutnya Geisha mendapati Hana tengah berniat bunuh diri. Tali sudah terpasang di bagian kepalanya dan tinggal selangkah lagi maka terjerat lah leher Hana. Dia menggoyangkan bangku agar terjatuh. Dan saat itu juga Geisha menangkap kakinya, dia berusaha menahan tubuh Hana agar tidak tergantung. Geisha tidak bisa menahan perasaannya, dia menangis histeris.