Namun itu semua akan mempermudah Elena untuk menjalankan semua rencananya. Tentu dia juga bisa lebih mudah untuk menghasut Mahendra. Agar tidak menyetujui hubungan Kavin dan Geisha. Hingga Kavin tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dia akan benar-benar terusir dari jabatannya. Dan tinggal menunggu waktu maka Kavin akan keluar dari perusahaan.
"Tapi tidak perlu khawatir, usia tidak menjadi patokan dalam pengetahuan seseorang. Karena Geisha akan bisa menempatkan dirinya nanti saat jadi istri aku. Iya kan, sayang?"
"Iya."
Pernyataan Kavin membuat Geisha terkejut. Namun dia berusaha meng-iyakan.
Geisha tampak merutuki dirinya. Kenapa Kavin berbicara seperti itu, istri apa yang dimaksud Kavin. Geisha benar-benar bingung dibuatnya, dia yakin mereka tidak membahas tentang istri sebelumnya. Kavin hanya memintanya untuk menjadi kekasih bohongan.
Mahendra yang dari tadi tidak banyak bicara, karena pikirannya teringat sesuatu. Dia mengingat sosok seseorang yang karakternya begitu mirip dengan gadis yang dibawa Kavin ke hadapannya sekarang.
Filia yang saat pertama Mahendra mengenalnya tidak jauh berbeda dengan Geisha. Kecantikannya dan juga asal usulnya. Saat itu Filia dengan status orang biasa, tentu juga jauh berbeda dengan Mahendra. Namun Mahendra berhasil meyakinkan orang tuanya untuk menikah dengan Filia. Dan terbukti dia sangat bahagia dan tidak lama lahir lah Kavin, buah cinta mereka.
Namun ternyata itu tidak berlangsung lama, sampai kejadian itu terjadi. Mahendra memergoki istrinya berselingkuh dengan laki-laki lain. Hingga membuat hatinya sangat sakit dan begitu terpukul. Setelah itu Mahendra tidak ingin melihat wajahnya lagi, sampai sekarang dia tidak pernah lagi melihat wanita yang telah melahirkan Kavin itu.
Berpuluh-puluh tahun dia menyembunyikan kenyataan sebenarnya dari Kavin, tentang Filia. Karena Mahendra yakin, Kavin juga tidak ingin mengetahui tentang wanita pengkhianat itu. Tentu Kavin tidak mungkin ingin melihatnya, dan itu jauh lebih baik untuk Kavin. Agar dia tidak tahu tentang wanita yang telah merusak kebahagian mereka.
Apalagi kehadiran Elena di rumah ini beberapa bulan setelah perceraian dia dan Filia. Elena sudah cukup mengganti peran seorang ibu untuk Kavin. Elena jauh lebih baik dari ibu kandungnya sendiri.
*
*
Setelah makan bersama di rumah Kavin, Geisha berpamitan pulang pada Mahendra dan juga Elena. Mahendra menyambut uluran tangan Geisha dengan senyum tipis yang mengembang di sudut bibirnya. Sementara Elena tampak terpaksa menerima uluran tangan Geisha. Entah lah Geisha merasa maminya Kavin sangat tidak suka dengan kehadirannya.
"Kenapa?" tanya Kavin. Mereka sudah berada di dalam mobil.
"Gue hanya berpikir hidup lo sangat sempurna. Terlahir dalam keluarga yang utuh dan punya segalanya."
Kavin terdiam. Dia tidak menampik jika hidupnya beruntung. Namun apa yang dipikirkan orang tentang hidupnya mungkin tidak sepenuhnya benar. Pasti mereka melihat dari luar Kavin memang memiliki segalanya. Namun yang orang tidak tahu, dia tidak mendapatkan rasa nyaman dalam keluarganya sendiri.
"Lo juga beruntung dengan semua yang lo miliki," ujar Kavin.
"Iya, karena hidup gue ini, gue jadi mengerti apa itu kerja keras. Dan saat gue sukses nanti gue nggak akan ngelupain bagaimana susahnya gue dulu," terang Geisha
"Jadi lo bermimpi buat sukses?" Kavin mengangkat alisnya.
"Emangnya kenapa, gue nggak berhak sukses gitu," timpal Geisha.
"Bukannya gitu, semua orang bisa sukses asalkan jangan mudah putus asa."
"Gue banget kan?" Celetuk Geisha.
Tidak lama Mobil pun sampai di rumah Geisha. Geisha beranjak turun. Namun langkahnya terhenti mendengar ucapan Kavin.
"Terima kasih karena elo mau menolong gue."
"Sama-sama, semoga masalah lo cepat selesai."
Lalu Geisha turun dan melangkah masuk ke dalam rumah. Kavin pun meng-gas mobilnya menjauh dari sana.
Di dalam rumah Geisha sudah di sambut oleh celotehan temannya.
"Sudah pulang lo Sha, dari mana aja lo seharian? Gue tebak pasti lo sudah jadian kan sama Kavin?"
"Enggak, tebakan lo salah. Gue sama dia cuma temenan, gue dan Kavin berbeda bagaikan langit dengan bumi Na."
"Nggak ada salahnya kalau dia mau sama lo," cetus Hana.
"Tapi gue sama dia cuma teman," putus Geisha.
"Lama-lama juga demen." Hana terkekeh.
"Suka-suka lo deh," putus Geisha.
"Oya, Sha. Besok lo dipanggil Pak Rian," terang Hana.
"Interview, Na?" Geisha tampak berbinar.
"Iya lah, gue yakin pasti lo diterima."
"Aamiin."
*
*
"Sayang, kamu sedang mikirin apa?"
Elena mendekati Mahendra dengan minuman alkohol yang ada di atas nampan yang dibawanya. Lalu meletakkan itu di meja dan menuangkan di gelas kecil untuk Mahendra yang lalu meneguknya.
"Aku berpikir, apa salahnya jika kita menyetujui gadis itu menjadi calon Kavin."
Spontan wajah Elena berubah. "Jangan!" Sementara Mahendra langsung memperhatikan Elena setelah mendengar perkataannya.
"Maksud aku ... Aku pikir dia masih sangat muda dan aku nggak yakin dia bisa masuk dalam keluarga kita."
"Jika soal asal usul, aku nggak terlalu mempedulikan karena aku pun memilih istriku tanpa peduli derajatnya, bukan."
Elena memang berasal dari keluarga biasa dan jauh berbeda dengan Mahendra, dan karena itulah dia ingin merubah nasibnya dengan menikah dengan pemilik Wijaya company. Tidak peduli jika dia harus menjadi wanita jahat karena telah menyingkirkan Filia. Dan dia tidak ingin jika rencana yang sudah dia susun sejak dulu gagal karena Kavin.
"Tapi aku berbeda kan dari Filia, aku benar-benar mencintai kamu sementara dia hanya ingin harta kamu. Hingga dia bisa tergoda dengan laki-laki lain yang lebih dari kamu, sayang."
Terlihat Mahendra mengepalkan tangannya mengingat itu. Sementara kedua sudut bibir Elena melebar karena-nya. Dia selalu memburukkan Filia agar Mahendra selalu membenci wanita yang dulu sangat dicintainya itu.
"Aku takut jika Kavin mengalami hal yang sama. Meski Kavin bukan darah daging aku, tapi kamu tahu kan! Aku sangat peduli dan sayang pada Kavin."
"Jangan ingatkan aku dengan wanita itu lagi."
Elena berhasil membuat emosi Mahendra terpancing. Dia memang selalu berusaha untuk membuat Mahendra terus membenci Filia. Dia tidak ingin jika Mahendra sampai terkenang mami kandungnya Kavin. Apalagi sampai mengingat masa bahagianya bersama Filia.
"Aku nggak bermaksud mengungkit soal dia lagi, aku hanya ingin kamu memikirkan ulang tentang Geisha. Dia masih muda dan sangat gampang sekali tergoda. Harusnya Kavin mencari pasangan yang bisa bersama-sama berjuang untuk mempertahankan perusahaan."
"Jadi kamu nggak setuju dengan pilihan Kavin?"
Elena menggeleng. Sebenarnya dia ingin jika Kavin gagal memenuhi perintah Mahendra. Hingga Kavin harus tergantikan dari jabatannya. Dan yang dia inginkan Kavin keluar dari perusahaan yang harusnya menjadi miliknya.
"Tapi nggak ada salahnya jika kita memberi kesempatan untuk mereka, lagi pula kelihatannya Kavin benar mencintainya."
"Iya."
Akhirnya perkataan itu yang keluar dari mulut Elena. Dia terpaksa mengiyakan karena dia takut, jika dia terus memaksa, Mahendra akan malah curiga pada sikapnya.
Bersambung ....