Hari ini adalah hari pertama Alzyas berkerja di perusahaan milik keluarga nya yang dipimpin oleh Herman, opanya. Alzyas menolak tawaran Opanya untuk menjadi wakil manager, karena dirinya merasa belum mampu untuk duduk di posisi itu meskipun dia adalah pewaris penuh perusahaan yang ditinggal kan oleh mendiang Raka.
Alzyas memilih untuk menjadi karyawan biasa dan mencoba untuk membaur dengan para staf lainnya dan tidak butuh waktu lama bagi Alzyas untuk belajar menyesuaikan diri di kantor karena nyatanya Alzyas bisa belajar dengan cepat dan tidak banyak juga yang meragukan kinerja Alzyas.
Meskipun tidak semua orang menyukai Alzyas, karena menganggap gadis itu aji mumpung yang merupakan cucu dan anak dari pemikiran perusahaan, bahkan ada juga yang terang-terangan menunjukkan sikap tidak suka mereka pada Alzyas, tapi gadis itu tidak ambil pusing karena bukan tipe nya yang mau meladeni mereka yang membencinya.
" Alzyas, laporannya sudah selesai? " tanya seorang gadis dengan rambut di atas bahu, dia adalah Citra
" sudah mbak " jawab Alzyas, Citra terpaut empat tahun di atas Alzyas dan dia juga sudah hampir tujuh tahun berkerja di perusahaan milik orang tua Alzyas.
" nanti kamu antar ke kepala bagian pemasaran yah " pinta Citra
" ok mbak " sahut Alzyas dengan mengangkat ibu jarinya.
Alzyas membereskan meja kerjanya sebelum keluar untuk makan siang, dia sudah janji akan makan siang bersama Narina di cafe tepatnya di seberang gedung kantor Alzyas.
" Alzyas!!!!! "
Alzyas yang baru keluar dari lobi utama langsung menoleh kan kepalanya kesamping kirinya saat seseorang memanggil namanya, seorang pemuda tampan dengan memakai setelan Jaz berwarna hitam berjalan mendekati nya, pemuda itu tersenyum manis saat mereka sudah berhadapan.
" Calvin " ujarnya
" apa kabar? " tanya pemuda itu
" baik, ya ampun udah lama ya nggak ketemu " jawab Alzyas
" Lo ngapain disini? dan penampilan Lo? " Alzyas menatap Calvin dari ujung kaki hingga ujung kepala.
" gue ada meeting sama pimpinan perusahaan ini untuk kerjasama sama pembangunan proyek baru di Medan " jawab Calvin
" sekarang gue kerja di perusahaan bokap, dan Lo tau sendiri kan kalo gue anak tunggal dan mau nggak mau harus nerusin bisnis bokap, Lo sendiri? sambungnya
" gue baru kerja disini " jawab Alzyas seadanya bahkan sama sekali tidak ingin memberitahu bahwa dia adalah anak dari pemilik perusahaan ini.
Alzyas melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, di sudah terlambat.
" Vin, gue duluan yah " ujar Alzyas
" Alzyas tunggu!! " Calvin menahan gadis itu
" ada apa? "
" Lo masih pakek nomor yang lama kan? " tanya Calvin
" iya, masih kok "
" ok, take care ya " Calvin melambaikan tangannya, Alzyas hanya mengangguk sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan pemuda itu.
Alzyas berjalan dengan cepat memasuki sebuah cafe yang tampak sudah ramai oleh pengunjung karena waktu sudah menunjukkan jam malam siang, banyak juga teman-teman kerja Alzyas yang makan disana, dan tak sedikit juga mereka yang melihat Alzyas melempar senyum dan memberi hormat pada Alzyas.
" Lo telat 10 menit, Nyoya Aditya!! " sambut Narina begitu Alzyas duduk di kursi yang masih kosong
" sorry sorry sorry tadi gue nggak sengaja ketemu temen lama " sahut Alzyas sambil membolak balik buku menu makanan ditangannya.
" siapa? " tanya Narina penasaran
" Calvin " jawabnya singkat tanpa menoleh
Narina mencoba mengingat kembali nama itu, tak berapa lama kemudian dia mengangguk setelah berhasil mengingat siapa Calvin.
" udah sampe mana persiapan pernikahan Lo? " tanya Narina setelah pelayan mengantarkan makanan yang sudah mereka pesan.
" udah hampir delapan puluh persen, GILA!!! kepala gue rasanya mau pecah tau nggak Lo!!! gue harus urus ini harus urus itu!!! belom lagi kalau sewaktu-waktu Aditya tiba-tiba ninggalin gue karena ada urusan mendadak yang harus dia kerjain " ucap Alzyas menghela nafas berat
" tapi Lo bahagiakan? menikah dengan orang yang Lo cintai, and dream wedding concept? "
Alzyas tersenyum meskipun melelahkan nyatanya dia memang sangat bahagia, dia bahkan sama sekali tidak menyangka bahwa hubungan mereka sudah sampai di tahap ini, masih teringat dengan jelas di ingatan Alzyas bagaimana saat pertama kali mereka bertemu.
" idihhhhhhh dia malah senyum-senyum nggak jelas, kesambet setan siang bolong terus tiba-tiba ngereog baru tau rasa Lo!!! " sembur Narina
" oh ya Shasa sama Arga gimana? " tanya Alzyas yang mengingat pasangan bucin itu
" biasalah Arga masih ngambek gara-gara Shasa mau terbang ke Paris untuk lanjutin S2 nya di sana " jawab Narina
" Lo sendiri? " tanya Alzyas pada sahabat jutek nya itu
" emang gue kenapa? " Narina balik bertanya
Alzyas menghela nafas pelan menatap sahabatnya yang sedang duduk di hadapannya menutupi semua kesedihan dan perang batinnya.
" Come on Narina..... kita sahabatan udah lama bukan satu atau dua hari, mau sampe kapan Lo hukum mereka semua dengan diam nya Lo, terutama nyokap Lo " ujar Alzyas.
Alzyas benar-benar terkejut saat Narina justru memilih dirinya untuk menjadi tempatnya mengadu dan mengeluarkan semua rasa sakit di dalam hatinya, atas semua kebohongan yang disimpan rapat-rapat oleh mamanya sediri.
Alzyas berpikir bahwa rasa kecewa dan sakit hatinya tidak sebanding dengan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu, karena ternyata kehidupan Narina lebih pahit dari nya, dan hebatnya lagi selama ini Narina sangat pandai menutupi semuanya.
" gue pernah ada di posisi Lo saat ini.. hidup dalam sebuah kebohongan, apa lagi pelakunya orang yang kita sayang " sambungnya
" belajar dari pengalaman gue, sebelum semuanya terlambat maafin nyokap Lo dan juga maafin diri Lo sendiri kemudian berdamai lah dengan keadaan yang ada " bujuk Alzyas, Narina tampak diam mencerna semua apa yang dikatakan oleh Alzyas
Narina sudah kehilangan nafsu makannya, di tambah lagi ponselnya yang tiba-tiba bergetar memperlihatkan nama seseorang yang sangat ingin dia jauhi.
" kok nggak diangkat? " tanya Alzyas menautkan kedua alisnya menatap Narina dan ponselnya yang masih bergetar secara bergantian.
" males " jawab Narina singkat lalu memasukkan ponselnya kedalam tas.
Alzyas hanya tersenyum samar sambil menggeleng, ego sahabat nya ini memang sangat lah tinggi.
*******
Alzyas merenggangkan otot-otot nya yang terasa kebas dia menghela nafas lega karena sekarang sudah menunjukkan pukul lima sore dan waktunya pulang, gadis itu bahkan sedari tadi membayangkan ranjang empuknya.
Dengan cepat dia mematikan komputer nya lalu membereskan kembali meja kerjanya sebelum pulang dan kembali lagi esok paginya.
Alzyas merenggut kesal karena seharian ini Aditya tidak menghubunginya, pemuda itu sekarang memang sedang disibukkan dengan banyaknya pekerjaan apa lagi dia sedang berada di luar kota mengurus pembangunan resort nya di Bali.
" nyebelin banget sih " gerutu Alzyas menatap nanar ponselnya
" sesibuk itukah sampe nggak kasih kabar " gumam Alzyas sambil berjalan keluar dari lobi.
" lagi galau ya "
Alzyas menghentikan langkahnya lalu kembali berbalik kebelakang, sosok Calvin sudah berdiri disana.
" Lo masih disini? " tanya Alzyas
Calvin hanya terkekeh tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, bahwa setelah meeting selesai dia tidak langsung kembali ke Bandung melainkan dengan sengaja menunggunya.
" gue masih ada kerjaan " jawabnya yang sepenuhnya tidak berbohong
" oh ya, gue kan nggak punya banyak temen di Jakarta, selagi gue nunggu klien Lo mau nggak makan bareng gue kan kita udah lama nggak ketemu " Calvin berharap Alzyas tidak menolak ajakannya
Alzyas sedikit berfikir, tubuhnya benar-benar lelah dan ingin secepatnya rebahan di atas kasur empuknya, tapi apa yang dikatakan oleh Calvin memang benar mereka sudah lama tidak bertemu jadi apa salahnya di menerima tawaran Calvin
Calvin bersorak bahagia di dalam hati, karena ternyata Alzyas menerima ajakannya untuk makan bersama.