" gue cuma orang baru yang nggak tahu apa-apa tentang Aditya dan Jassie " Alzyas menghela nafas lelah terlalu sakit rasanya di bohongi.
Alzyas menceritakan apa yang sudah terjadi antara dia dan Aditya, mungkin mereka tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya namun setidaknya bercerita dengan mereka membuat bebannya sedikit terangkat.
" gue yakin Aditya punya alasan tersendiri "
" iya gue tau, tapi kebohongan tetaplah kebohongan... " ucap Alzyas membungkam Shasa
" iya apa lagi dibohongi oleh orang-orang yang kita sayangi " Narina langsung menepis air matanya yang menetes tanpa aba-aba dia tidak ingin kedua sahabatnya melihat kesedihan yang juga sedang mampir dalam hidupnya.
" udah Lo lupain dulu soal Aditya, gimana kalau sore nanti kita nongkrong cantik di cafe kan udah lama tu kita nggak jalan bareng " ajak Shasa dengan antusias
" boleh juga tuh, gue juga bosen di rumah! bokap sama nyokap lagi nggak ada dirumah... nanti gue juga ajak Milly " sahut Alzyas.
" Guys kayak nya gue nggak bisa ikut deh " Shasa dan Alzyas langsung menoleh kearah Narina
" yah kenapa... biasanya kan Lo yang paling suka kalo di ajak nongkrong " tanya Shasa dengan raut kecewa
" gue ada urusan "
" urusan apa? "
" kepo Lo!!! " Narina langsung menoyor kepala Shasa dengan pelan, sedangkan gadis itu hanya mendengus kesal
Alzyas menatap lekat wajah Narina, dia merasa kalau sahabatnya ini menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin orang lain tahu. Berkali-kali Narina terlihat menghela nafas berat pandangan nya terus menerawang kedepan.
*******
" Narina Lovely Alona..... "
Narina yang baru saja akan masuk kedalam mobil jemputan nya langsung menoleh kearah sumber suara yang dengan lantang memanggil nama lengkapnya. Gadis itu menatap tajam laki-laki yang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah lengkap dengan jas mahal yang dia pakai bahkan sejak tadi laki-laki itu sudah menjadi pusat perhatian para siswa-siswi yang keluar dari gerbang.
" ngapain Lo kesini!!!! " ujar Narina dengan ketus tidak ada sedikitpun wajah ramah dari Narina untuk laki-laki itu.
" menjemput calon istriku " jawab laki-laki itu dengan santai dia bersandar di depan pintu mobilnya dengan berpangku tangan di d***
Narina mendengus kesal " kalau begitu anda salah alamat Tuan " Narina masih berusaha untuk tidak terpancing emosi, laki-laki itu hanya tersenyum samar. Tidak ada sedikitpun terbayangkan oleh Narina harus berhadapan dengan laki-laki menyebalkan ini.
" Narina Lo belom pulang "
Narina langsung gelagapan begitu Joko, Sammy, Arga, Aditya dan Denny baru keluar dari parkiran menghampirinya
" atau Lo sengaja nungguin Abang Jo ya.... " Joko tersenyum jahil dengan memainkan kedua alisnya naik turun
" apaan sih Lo!!!! balik sana!!!! atau mau gue lempar Lo dari sini " Narina mendelik menatap Jo dengan kesal
" idiiiiwwwww takyutttttt " sahut Denny dengan suara gemulai mengundang tawa teman-temannya
Aditya menoleh kearah laki-laki yang sedari tadi menatap mereka dengan jengah.
" dia siapa? " tunjuk Aditya
" mampus " batin Narina menatap laki-laki itu yang masih berdiam diri disana
" kayaknya gue pernah liat deh " ucap Sammy dan semakin membuat Narina gelagapan, tentu saja Sammy pernah melihat laki-laki itu karena wajahnya sudah berseliweran di stasiun tv apalagi tentang prestasi yang sudah laki-laki itu capai.
" udah balik sana!!!!!!!! " Narina menendang ban motor Joko dan hampir membuatnya hilang keseimbangan.
" sadis banget sih Lo, Nar " ucap Joko
" bodo' amat!!!!!! " sahut Narina yang tidak perduli
" cantik-cantik jutek " gumam laki-laki itu namun masih bisa di dengar oleh Narina.
" kuy lah kita cabut!!!! dari pada tambah di semprot sama ni nenek lampir!!!! " belum sempat Narina membalas ucapan Joko, pemuda itu langsung melajukan motornya dengan cepat diiringi oleh Aditya, Sammy, Arga dan juga Denny
" Jokoooooooooo awas Lo yah!!!!!! " pekik Narina dengan geram
" Lo ngapain masih disini pergi sana!!!!! " usir Narina pada laki-laki itu. Di luar dugaan laki-laki itu langsung menarik tangan Narina lalu mendorong nya masuk kedalam mobil, lebih tepatnya ke mobil sport milik nya percuma Narina terus memberontak karena tenaga laki-laki itu lebih kuat dari nya dia juga tidak perduli dengan sumpah serapah yang di lontarkan oleh Narina tanpa perasaan.
" bapak pergi saja, Narina pulang sama saya " ucap laki-laki itu pada sopir keluarga Narina
" baik Tuan " bukan tanpa alasan sopir Narina tidak cemas karena dia tahu dan juga kenal dengan laki-laki dingin yang membawa anak majikan nya itu.
Mobil sport berwarna putih mengkilap yang ditumpangi Narina membelah jalan ibukota, kedua tangannya terkepal dengan erat deru nafasnya terdengar tidak teratur. Berada satu mobil dengan laki-laki menyebalkan ini membuat Narina harus ekstra menahan emosi nya.
" kita ke toko perhiasan dulu mencari cincin pertunangan setelah itu kamu temani saya makan siang " ujar laki-laki yang sedang mengemudi kan mobilnya
Cukup!!! Narina sudah muak dengan semua permainan ini, dia tidak bisa bersabar lebih banyak lagi kenapa kesalahan yang sudah dilakukan oleh kakak perempuan nya harus dirinya yang menanggung.
Yah Narina memiliki kakak perempuan namun mereka berbeda ayah, kakak perempuan nya salah satu model ternama di ibukota tidak ada satupun teman-temannya yang tahu termasuk Joko dan Sammy, meskipun mereka sudah berteman sejak kecil tapi Narina tidak sedikitpun menggubris tentang keluarganya, Narina jenis wanita yang tertutup dia juga tidak tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga Kakak tirinya, Narina lebih memilih tinggal di rumah peninggalan ayah kandungannya yang sudah meninggal sewaktu dia SD.
" Rossa yang udah lakuin kesalahan, tapi kenapa harus gue yang menanggung kesalahan wanita itu!!!!! kenapa Lo harus seret gue kedalam permainan menjijikkan Kalian!!!!!!! " bentak Narina dengan mata yang berapi-api
" setiap Rossa ngelakuin kesalahan kenapa harus gue yang menanggung semuanya!!!!!! kenapa harus gue yang jadi tumbal nya!!!!! " Narina tidak bisa menyembunyikan lagi rasa sakit nya yang dia pendam selama ini.
" Gue benci papa, mama, Rossa dan gue juga benci sama Lo!!!!!! " pekik Narina deruh nafas nya begitu menggebu
Tanpa aba-aba laki-laki itu menghentikan mobilnya dan langsung menatap tajam Narina wajah gadis itu sudah merah padam sorot matanya menunjukkan kemarahan yang berkobar.
" apa kamu pikir saya juga mau melakukan ini? "
" kalo Lo nggak mau kenapa Lo masih dorong gue kedalam jurang kehancuran ini DIKTA!!!!! " pekik Narina
" seharusnya yang Lo nikahin itu Rossa bukan gue!!!!! umur gue baru tujuh belas tahun masih banyak mimpi dan cita-cita yang masih gue perjuangin, bahkan gue belum lulus tapi kenapa Lo malah justru terima tawaran papa untuk nikahin gue karena Rossa lebih memilih karier nya dan ninggalin Lo... " setetes cairan bening keluar dari pelupuk mata Narina, hatinya hancur karena ulah papa tirinya dan mama nya pun hanya diam setiap Narina menerima perlakuan tidak adil ini.
Laki-laki yang bernama Dikta itu hanya diam matanya menatap lekat wajah Narina sorot matanya sulit untuk diartikan tanpa mengeluarkan satu katapun diapun kembali melajukan mobilnya semua harus berjalan sesuai rencana karena suka tidak suka gadis itu harus tetap ikut dalam permainan ini.
Narina, menepis kasar airmata nya yang kembali menetes dia tidak ingin terlihat cengeng dan rapuh di depan laki-laki menyebalkan ini.