Tulisan 'Ketenangan adalah kunci ke fokusan anda ' terpampang jelas di dinding ruang perpustakaan yang cukup ramai di hari Jum'at, seorang gadis yang kini menggunakan pakaian seragam berwarna abu-abu lengan panjang dengan rok berwarna hitam tengah duduk di meja meja bulat perpustakaan.
" Gimana Cris lo udah habis baca novelnya? "Tanya Arkan, laki-laki yang menggunakan seragam sama dengan Cristali namun berlengan pendek itu sedang menatap Cristali dengan tatapan bertanya
" Baru setengah sih...gak ada waktu akhir-akhir ini, soalnya bentar lagi udah mau Olimpiade jadi harus fokus "Jawab Cristali sambil tersenyum hangat dengan tangan membalikkan buku Sains bersampul hijau muda di tangannya
" Widih...tau deh yang anak Olimpiade sibuknya sampai harus buat janji dulu kalau mau ketemuan "Cristali tertawa kecil dengan mata melirik Arkan yang ikut tertawa
" Sssttt...."Pengawas perpustakaan kini memperingati mereka berdua membuat Cristali dan Arkan menganggukkan kepala sambil mencoba menahan tawa
Arkan mengambil novel yang ia pinjamkan pada Cristali,membuat mata gadis itu kini melirik singkat sebelum kembali pada fokusnya
"Di antara semua tokoh lo suka siapa? " Tanya Cristali tiba-tiba, membuat Arkan tersenyum kecil sembari meletakkan novelnya di posisi semula
" Si Lon..."Jawab Arkan, mulai menarik perhatian Cristali terlihat dari gadis itu menutup buku Sains nya dan mulai membenarkan posisi duduk
"Lon bukan tokoh utama loh..."
"Gua tau, tapi gimana ya gua suka aja sama karakter si Lon. Apa lagi waktu dia ikhlasin Allie buat Noah, karena cinta itu gak munafik Cris...contohnya aja si Lon ketika dia tau kalau Allie itu gak suka sama dia. Dia merelakan Allie bersama noah, sosok yang menjadi kebahagian gadis yang ia cintai. Berat memang tapi pada akhirnya kita harus tahu kapan waktunya kita nyerah, bukan berarti lelah untuk berjuang loh cris tapi lebih kepada tahu dimana waktu untuk merelakan demi cinta itu sendiri " Arkan tersenyum simpul mengakhiri penjelasannya.
Cristali menghela napas pendek, membalas senyuman Arkan dengan anggukan kecil
" Gua suka sama pemikiran lo..."Cristali mengambil buku novel yang tergeletak di depannya, "notebook...pasti yang Allie itu cewek tua yang punya penyakit Alzheimer kan? "
Arkan mengambil buku pelajaran yang tadi di pinjam dirinya sambil berkata, "baca dulu sampai habis...baru deh boleh nuduh, kalau gua jawab sekarang nanti gak seru dong cerita nya waktu lo baca "
๐ผ๐ผ
Suara denting jarum jam menjadi pengiring dari suara langkah pemuda yang sedang mencari sebuah barang di kamar tidur nya
"Lo ngapain sih Mik,mondar-mandir udah kayak setrikaan lo dari tadi...pusing gua liat lo" Protes Nataniel sambil menutup buku tugasnya dengan pandangan menatap Miko yang masih mengobrak-abrik laci nakas nya
"Lo liat notebook gua gak? "
"Death note..." Jawab asal Nataniel membuat Miko mengalihkan pandangannya menatap sahabatnya itu dengan tatapan heran
"Gua serius" Miko menekankan setiap kalimatnya
Ruang tidur berukuran 4ร5 berwarna soft cream yang tadinya tersusun rapi, kini berubah dengan satu kedipan mata menjadi kapal pecah
" Kalau tante sampai tau bisa-bisa lo di marah abis-abisan Mik...coba lo liat kondisi kamar lo lebih buruk dari kandang hewan "
"Makanya lo bantu in gua, makin cepet notebook itu ketemu makin cepet juga bersihin kamar gua. Iel...coba lo liat di meja belajar sampai di laci-lacinya juga tolong lo liatin" Pinta Miko membuat Nataniel yang masih duduk di kursi meja belajar mulai mencari dengan wajah terpaksa
"Gak ada notebook nya disini"
"Di laci-lacinya udah lo priksa juga? " Suara laci yang tertutup kasar kini mampu membuat Miko terdiam seketika
"Sebenarnya lo nyari notebook apa an sih Mik? "
" Itu loh notebook yang selalu gua bawa dari SMP yang isinya sketsa gambar semua...itu penting banget kalau sampai hilang bisa gawat "Nataniel terdiam pemuda memasang wajah berfikir dengan pandangan menatap Miko mengisyaratkan bentuk notebook nya
" Oโoh...notebook yang isinya gambaran cewek dari samping maksud lo !? "
"Kok lo tau sketsa gambar gua "
" Kan lo sendiri yang ngasi liat gua "Miko menghela nafasnya membuat Nataniel mengambil ponsel dari saku celananya
" Ajaib banget tu notebook bisa ngilang...perasaan baru kemarin gua taruh di meja belajar "
" Lo di suruh Move on dari Laurel berarti"celetuk Nataniel membuat Miko menatap bingung
"Laurel? "
Nataniel menghela nafas tangannya kini menyentil kening Miko yang berada di hadapan nya, " Iya, si cewek mata abu-abu yang sempet deket sama lo waktu SMP"
"Miko gua kasi tau sama lo sebagai seorang yang sudah berpengalaman, perasaan lo ke orang yang lo suka itu harus lo perjuangin jangan di pendem aja. Kalau lo terus pendem tu perasaan lo gak bakalan tau ujung dari kisah cinta lo, entah berujung pernah mencoba berjuang atau berakhir dengan sebagai pecundang selamanya. Karena dasarnya cinta itu kata kerja mik bukan kata sifat makanya lo harus bekerja keras buat dapatin cinta itu, contohnya gua yang sekarang lagi bekerja keras buat selalu jatuh cinta sam-"
Dering panggilan suara dari ponsel Nataniel membuka ocehannya terpotong, "siapa? "
" Cristali...bentar gua jawab dulu"Nataniel keluar dari kamar membuat kini menghela nafas sambil melirik ke arah sekeliling dirinya
"Gua yakin tu notebook gak ilang..." Yakin Miko dengan langkah mulai merapikan kamarnya yang berantakan bak kapal pecah
Hanya memerlukan beberapa menit untuk Miko merapikan semua kekacauan di kamarnya, Nathaniel nampak tergesa kembali masuk mengambil beberapa barang miliknya membuat pandang Miko menatap bertanya ke arah pemuda itu
"Cristali baik-baik aja? "Tatapan khawatir bercampur dengan panik tergambar jelas di wajah Nathaniel
" Gua lupa hari ini jemput dia di bimbel...tadi Ella yang nelpon gua pakai no nya Cristal, arghh lo sih gara-gara..."Miko menunjuk dirinya sendiri dengan tatap bingung atas tuduhan Nathaniel terhadap dirinya
"Ngapain masih bengong? Ayo...sekalian malam mingguan sama gua anterin lo beli notebook baru buat lo gambar lagi"Ujar Nataniel. Membuat Miko kini dengan cepat mengambil jaketnya yang tergeletak di sofa minimalis berwarna coklat muda kamarnya, sebuah buku berwarna abu-abu dengan tulisan 'Our Secret ' kini membuat senyuman di wajah kembali tergambar
Sebuah notebook yang sedari ia cari dan hampir membuat dirinya kehilangan akal itu, sudah kembali dalam genggamnya. Halaman pertama di buku itu,terlihat jelas sketsa gambar seorang gadis dengan rambut panjang terurai sempurna tengah memandang jendela dengan tangan memangku dagu.Mengingat kan Miko pada seseorang yang menjadi obyek gambarnya
Suara klakson mobil dari bawah membuat Miko kembali tersadar, " Laurel..."Miko Menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tawa kecil sebelum dirinya meletakkan kembali notebook nya dan melangkah keluar
๐ผ๐ผ๐ผ
Suara dari lantai bawah membuat Aksa menutup bukunya cukup kasar, langkah nya kini menyusuri anak tangga menuju lantai bawah. Baru saja menginjakkan kaki pada anak tangga terakhir, Aksa menatap bingung ke arah Amelia yang kini tengah membuka sebuah kardus tua yang mungkin wanita ambil kembali dari gudang
" Mami ngapain ngeluarin barang rongsokan dari gudang? "Amelia dengan cepat mementil kening Aksa , membuat pemuda itu terlihat meringis kecil sambil mengusap keningnya
" Ini bukan barang rongsokan Rudra...ini namanya barang kenangan "Ujar Amelia sambil mengambil sebuah notebook tua dari kardus, senyuman dan pandangan wanita itu menggambarkan sebuah kerinduan yang mendalam pada seseorang yang mungkin tertulis jelas setiap cerita nya
" A three..."baca Adelio membuat Amelia mendongak menatap suaminya yang berada di belakang dirinya, " sudah lama enggak liat album SMA...hah rasanya baru kemarin kita lewatin masa-masa SMA ya sayang, eh sekarang malah kita yang ngeliatin anak-anak kita yang ngabisin masa-masa SMA nya "
Aksa menatap kedua orang tuanya yang kini mengambil satu per satu barang yang menurut mereka memiliki memori tersendiri bagi masa remajanya, terlihat dari Amelia yang kini tertawa kecil ketika membaca satu persatu halaman di bukunya dengan manik mata mulai berkaca-kaca
" Rudra sini..."Panggil Adelio dengan gerakan tangan memanggil putranya untuk duduk di sebelah nya, "liat Papi sama om Syailendra, om Barata, sama om Yudha itu sahabatan dari SMP sampai sekarang. Meskipun om Syailendra udah duluan pergi ke surga, kita bertiga tetap ingat sama om Syailendra sampai kapan pun karena persahabatan sejati itu gak bisa di gantikan dengan apapun...memori pertengkaran, kode rahasia, dan hal bodoh yang pernah papi lalui di masa SMA itu bareng mereka. Makanya kalau ada orang yang nanya kalau Papi bisa muter waktu hal apa yang bakal papi puter, masa SMA papi pengen banget ngabisin banyak waktu bareng Syailendra-"
"Alen ku...."Adelio menatap heran ke arah Amelia yang terisak sambil memanggil nama almarhum sahabat nya
Brak...
Suara pintu tertutup kasar kini membuat Amelia terdiam seketika, gonggongan popi dari pintu utama menuju ruang keluarga mengiring langka Sora yang melangkah menaiki tangga dengan kesal
" Popi...kakak kamu kenapa? "Tanya Amelia pada anjing putih yang masih menggonggong sebelum seorang gadis kini tersenyum hingga memperlihatkan giginya
" Kak Citra..."Aksa bangkit dari duduknya mendekat pada gadis yang melambaikan tangan dengan senyuman nya yang belum memudar
" Loh...kok kamu kesini gak bilang sama tante atau sama om ? kamu kesini sama siapa? "Citra menggaruk kepalanya yang tidak gatal,menatap ke kamar yang di lantai atas sebelum kembali menatap Amelia
" Aโanu tan...tadi Citra ketemu sama Sora di mall waktu kencan sama Kevin-"
"Kencan sama kak Kevin? Kak Citra kencan ama kak Kevin? " Sela Aksa dengan nada tak percaya membuat Citra menundukkan kepalanya
"Iya pokoknya gitu...Citra ketemu sora enggak sendiri tan, Sora keluar sama cowok kalau enggak salah tadi itu namanya Rama kalau Citra gak salah denger...terus-" Ucapan Citra kembali terpotong ketika sura pintu tertutup cukup kasar terdengar jelas di lantai bawah
"Woi...rusak tu pintu kalau lo banting kayak gitu" Teriak Aksa membuat Sora kini menganggap omongan adik nya itu seperti angin lalu
"Gua udah bilang sama Sam, kalau malam ini lo nginep di rumah gua" Citra tersenyum sambil menepuk pundak sahabatnya, "gua mau sendiri dulu,lo kalau mau tidur...tidur aja. Lo bisa minjam baju tidur gua...pilih aja"
Sora melangkah meninggalkan ruangan menuju teras belakang dengan popi yang kini mengikuti langkah gadis itu, Amelia menghela nafasnya lalu mengajak Citra gadis yang sudah di anggap seperti anak nya sendiri itu kini ikut duduk di sebelah nya
" Emang tempramen nya Sora agak rusak...jadi di maklumin ya sayang"Citra menganggukkan kepalanya sambil matanya melirik ke arah notebook yang di geletakan pada meja depan sofa
" Ini tante kan? "Ujar Citra sambil menunjuk gadis dengan rambut bergelombang terurai sempurna yang sedang berfoto dengan dua gadis lainnya, Aksa yang menatap foto itu dari belakang sofa kini terlihat tidak begitu asing dengan salah satu gadis yang berada di sebelah kiri mengapit seseorang
" Hahaha...iya ini tante, kok Citra bisa tau ini tante...jangan-jangan wajah tante masih sama ya kayak waktu tante SMA? "
"Cantik..."Celetuk Aksa membuat Amelia kini menatap putranya dengan senyuman
" Makasih anaknya Mami"Amelia mengusap pipi putranya lembut membuat Aksa kini tersenyum miring
"Bukan mami...tapi temennya mami, mukanya ingetin Rudra sama seseorang" Amelia langsung menatap gadis yang di tunjuk putranya sebelum kini menatap Adelio menutup album fotonya
"Anak sama bapak gak ada bedanya yah...pemikiran nya sama dan gak ada romantis-romantisnya sama sekali" Amelia menatap Aksa yang kini melangkah menaiki tangga meninggalkan tiga orang di ruang tamu
" Cit...kamar yuk "Langkah kedua gadis itu kini melangkah meninggalkan dua sepasang suami-istri yang masih bergelut dengan memori masa SMA nya
" Tapi Mel...diantara kalian bertiga emang dia paling cantik "Amelia memukul Adelio dengan topi SMA nya, persis seperti Amelia dulu memukul Adelio saat SMA hanya karena parkirannya di rebut oleh pria yang kini menjadi suaminya saat ini
๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ