Dari kecil gue udah dididik buat jadi orang yang lebih baik. Gue aja yang saat itu masih bego, nggak ngerti apa-apa maksud dari orang tua. Masa SMA gue udah nggak bisa lagi manja-manjaan sama orang tua. SMA gue udah dididik buat merantau demi pendidikan. Gue hanyalah anak kampung, yang dulu saat SMP aja kalau mau kesekolah gue harus berjalan berkilo-kilo. Hasilnya kaki gue bercabang enam, mirip siluman laba-laba.
Menginjak masa kuliah, gue juga harus meneruskan perantauan. Gue kuliah disalah satu Universitas dikota Bandung, dan mengambil jurusan Management Informatika. Gue tinggal sendiri ditanah perantauan, nggak ada sanak saudara, apalagi teman seperantauan dari kampung halaman. Setiap ada permasalahan yang datang, harus bisa gue selesaikan sendiri. Dari situlah gue mulai belajar mengenali diri sendiri.\
Masalah yang sering banget dihadapi mahasiswa rantau kayak gue, nggak akan jauh dari yang namanya duit. Gue sadar, gue terlahir dari keluarga sederhana, nggak mungkin gue mengharapkan subsidi lebih dari emak yang terkenal pelit. Saking pelitnya, orang lain mah habis belanja sayuran langsung bayar. Emak mah malah malakin tukang sayurnya.
Karena kepelitannya itulah, gue pernah nekat membohongi emak. Gue bilang sama emak kalau uang kost naik, nantinya duitnya itu bakalan gue pake buat jajan. Tapi, respon emak nggak seperti yang gue harapkan, emak malah merespon,"Nggak ada kenaikan uang kostan. Jangan bohong. Emak udah tanyain langsung sama ibu kost."
Gue menelan air ludah yang terasa hambar
Kok emak tau ? darimana emak dapet nomor hape ibu kost gue ? hati gue berbisik. Seolah ada ikatan batin yang dalam, emak nyeletuk,"Ya taulah. Emak kan lebih berpengalaman!"
Air ludah berubah jadi ampas kopi, pait.
Selain pelit, emak juga terkenal banget suka ngomelin gue. Dengan wawasan yang hanya lulusan SD, emak selalu sukses membunuh karakter gue dan membuat gue terlihat bego. Kayak waktu itu, liburan semester satu, gue pulang ke kampung halaman, dengan oleh-oleh KHS yang telah gue markup sebelumnya, niatnya, pengen bikin emak bangga, tapi responnya….
"Gimana kuliah, To?" Tanya emak yang lagi nyapu halaman, sesaat setelah gue sampai
"Allhamdullilah lancar,baru semester satu aja udah dapet IPK 3,2." Jawab gue bangga
"Lancar dari Hongkong. Liat noh si Jupri anak Bi Entin, baru kelas tiga SD aja udah bisa dapet nilai Sembilan. Belajar lagi yang bener."
"Iya, Maaf, Mak."
Terbukti omelan emak selalu aja bisa menghipnotis gue. Sesaat setelah gue masuk kedalam rumah, gue baru sadar. Gue kan kuliah bukan sekolah. Nilai tertinggi diperkuliahan itu empat. Ini gue udah bener, kenapa jadi gue yang minta maaf ?
Selain masalah keuangan, hal lain yang nggak bisa dianggap sepele adalah kamar mandi. Percayalah, kawan, kamar mandi dikostan gue jauh dari SNI. Selain, kamar mandinya yang cuma ada dua, lampu kamar mandi juga sering banget hilang, air juga kadang ada kadang nggak. Karena itulah, gue kalau kekampus kadang mandi kadang nggak, lebih sering nggak mandinya, sih. Tapi, tenang, biarpun nggak mandi gue tetep konsisten ganteng, kok.
Pernah satu waktu, ketika weekend, tiba-tiba gue kebelet pengen pipis. Gue langsung lari ke kamar mandi dilantai satu (kebetulan kamar gue berada dilantai satu). Begitu gue sampai didepan pintu kamar mandi, ternyata lagi ada yang mengisi.
"Siapa didalam ?" Tanya gue, sambil mengetok pintu
"Lidya."
Oke yang gue tau si Lidya kalau mandi lama banget dan penuh penghayatan, enatah apa yang dia lakukan didalam. Gue serahin aja sama yang diatas. Gue langsung lari ke kamar mandi lantai dua. Begitu gue sampai depan pintu, eh, ternyata sama, lagi ada yang ngisi juga.
"Siapa didalam ?"
"Nada."
Oke, gue harus tenang, gue nggak boleh frustasi, apalagi sampai ngompol dicelana. Biarpun si Nada ini cewek dan dia anak baru dikostan gue. Mudah-mudahan si Nada mandinya nggak lama kayak si Lidya.
Ada kejadian yang bikin gue nggak habis pikir sama kelakuan Nada saat berada didalam kamar mandi. Bukan cuma gue, kalau Pak Presiden Jokowi juga tau, pasti bakalan ngomong, "Kamu saya lantik jadi menteri kamar mandi." Seperti cewek pada umumnya, jika sudah masuk kamar mandi pasti keluarnya lama banget. Sama halnya dengan Nada. Jika cewek pada umumnya lama dikamar mandi karena mereka, mungkin luluran dulu, nyikat kamar mandi, nyuci, boker, bahkan sampai main sabun dulu. Sedangkan Nada, hampir setengah hidupnya didalam kamar mandi dia pakai buat nyanyi. Asli gue langsung bengong, begitu denger suara Nada lagi nyanyi. Bukannya gue kagum, telinga gue malah dibuat berdengung. Menurut gue, suaranya Nada nggak cocok banget jadi penyanyi, suaranya lebih cocok buat ngumumin berita kematian dari masjid.
Dan yang paling bikin gue nggak habis pikir, disela – sela kegiatan mandinya, nggak tanggung – tanggung 10 chart lagu tiktok terpopuler berhasil dan sukses secara gemilang Nada nyanyikan secara medley. Terus diakhir nyanyinya dia teriak,"Request lagu apa lagi, Mas?" Sakit!!! Nungguin orang mandi sambil nyanyi ditambah nahan pengen pipis merupakan salah satu cara tercepat masuk ke rumah sakit versi majalah playboy. Satu fakta yang terlambat gue sadari. Ternyata kamar mandi merupakan simulasi bagi orang – orang yang minder masuk kedalam dapur rekaman. Nggak peduli, mau suaranya bagus kayak Tulus, ataupun suaranya sember kayak ember.
Asli gue frustasi, udah nggak bisa nahan lagi. Sempat terpikir buat ngedobrak pintu kamar mandi dan maksa dia keluar secara paksa dalam keadaan apapun. Tapi, belum sampai niat itu gue jalanin, Nada membuka pintu dan keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa dosa. Apa dia nggak sadar gitu ? sejak setengah jam tadi, ada seorang jejaka lumutan yang hidupnya tersia – siakan, karena nunggu dia keluar kamar mandi. Pengen rasanya gue kubur dia hidup – hidup, tapi niatan tercela gue itu akhirnya gue urungkan. Mengingat, negeri ini pasti akan sangat bersedih jika kehilangan salah satu penyanyi WC terbaiknya.
Ada hal yang lebih penting yang harus gue lakukan sekarang, masuk kamar mandi, dan membuat semua air – air nista yang membuat gue sangat – sangat tersiksa.
Selain dua permasalahan yang udah gue sebutkan diatas, ada juga satu permasalahan yang teramat sangat penting, yaitu ; msalah perut. Ibarat kata pepatah,"Perut kosong nggak bisa dipake buat mikir, perut kenyang malah nggak mikir-mikir." Eh, ini ngawur. Ya, pokoknya permasalahan perut juga nggak kalah penting.
Punya temen seperantauan yang tinggal satu kostan, tapi berbeda kampung halaman, ternyata nggak bikin gue merasa bahagia, malah lebih sering bikin gue merasa sengsara. Temen gue ini kita panggil aja Om Gun. Bukan, bukan karna dia om gue, tapi karna mukanya yang keliatan tua, bisa dibilang umur mahasiswa muka mahaboros. Gue dan Om Gun udah berteman sejak Christopher Colombus rambutnya masih belah tengah. Gue nggak ngerti kenapa gue mau berteman sama makhluk asatral macam Om Gun? Mukanya yang absurd itu terkadang selaras dengan kelakuan dia yang absurd.apalagi saat dia akan minjam mie instant gue.
Mie instant yang sengaja gue stok buat keadaan darurat, setiap harinya selalu dipinjam (baca:diminta) sama Om Gun. Tiap dia mau minjem mie instant gue dia selalu berdalih,"To, minjem mie instan satu, ya. Minggu depan gue ganti." Sampai beberapa minggu kedepan pun nggak pernah gue ganti. Satu hal yang gue dapet selama berteman dengan Om Gun, yaitu; hikmah, supaya gue ikhlas.
Bagi anak rantau kayak gue, dapet sesuatu yang gratisan itu enak. Apalagi kalau sesuatu itu nggak pernah terbayangkan sebelumnya. Waktu itu, gue dan Om Gun pernah sama-sama dilanda krisis keuangan dan krisis makanan. Dikantin kampus pun gue dan Om Gun udah jadi buronan dan resmi masuk DPO. Sepulang dari kampus, tiba – tiba ditengah jalan, Om Gun menghentikanmmotornya, gue yang heran dengan tingkahnya, kemudian bertanya "Ngapain berhenti?" Om Gun menjawab sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah janur kuning "Makan gratisssss…" kami langsung masuk ke dalam acara pernikahan.
Seperti acara pernikahan pada umumnya. Kami bersalaman dengan pengantinnya. Biar nggak disangka tamu yang nggak tau sopan santun. Saat salaman dengan pengantin cowok, pikiran jail gue muncul. Ketika gue bersalaman dengan pengantin cowok, gue bisikkin kata –kata horor ke telinga pengantin cowok "Aku sayang kamu." Gue cekikikan. Pengantin cowok ngeliat ke arah gue, dengan penuh harap dan haru, dari cara ngeliatnya gue jadi tau "Aku juga sayang kamu." Astagfirullah! Ini bukan tanda-tandanya timbulnya cinta, kan ? Tolong jangan Ya Allah, gue masih normal.
Satu hal yang gue yakini, saat gue dan Om Gun sedang bersalaman dengan kedua pengantin, ketika bersalaman dengan pengantin cowok, mungkin dalam pikiran pengantin si cowok "Oh, kayaknya dua orang ini temen istri gue." Dan ketika beraslaman dengan pengantin cewek. mungkin dalam pikiran si cewek "Oh, kayaknya dua orang ini temen suami gue." Selalu ingat. Dalam acara pernikahan nggak akan ditanya teman pengantin cewek atau cowok. Jadi kalau lo anak rantau kayak gue, terus ngerasa laper dan nggak punya duit, kebetulan didekat kostan lo ada acara nikahan orang yang nggak lo kenal, dateng aja ke acara nikahan itu. Biarpun hanya untuk sekedar numpang makan
Masih ada hal yang sangat monoton diacara pernikahan, misalanya penjaga makanan. Piring, tamu yang ngambil sendiri. Nasi, tamu juga yang ngambil sendiri. Terus tugas penjaga makanan apa? Gue curiga jangan-jangan tugas dia itu buat menghadang orang yang mau nambah. Jadi kalau ada orang yang mau nambah, dia akan ngomong,"Mohon maaf sebelumnya, jika ingin menambah makanan. Silahkan masukkan lagi amplop kedalam kotak." *sambil nyodorin kotak amplop*
Nggak enak banget, kan. Jadi nggak bebas. Padahal bagi mahasiswa rantau kayak gue, menghadiri acara pernikahan adalah salah satu cara mensiasati uang bulanan.
Hal lain yang masih monoton adalah, kotak amplop didekat pintu masuk. Apa nggak ada tempat yang lebih layak gitu buat nyimpen kotak amplopnya? Dan biasanya nih, isi amplop itu selalu diganti dengan souvenir kecil, seperti gantungan kunci, asbak, bahkan ada juga yang menggantinya dengan kertas ucapan yang ditempeli satu buah permen. Antara pelit dan mental nggak mau rugi, nggak ada bedanya.Gue sok protes lagi, padahal masukkin amplop aja nggak pernah.
Nasi sepiring penuh, ayam rica – rica, rendang, sambel goreng kentang, sate lima tusuk, kerupuk dan tak lupa satu buah jeruk sebagai pencuci mulut. Percayalah kawan, itu bukan porsi makan gue, itu porsi makannya Om Gun. Gue nggak ngerti sama sekali, kenapa orang kayak Om Gun yang badannya kurus kerempeng kayak belalang sembah, bisa-bisanya punya nafsu makan segede itu. Gue jadi curiga, jangan-jangan Om Gun disuruh ngerantau, karena dia selalu menghabiskan stok makanan dirumahnya. Enatahlah.
Ada dua kejadian yang bikin harga diri gue seketika langsung hancur. Kalau Ariel Noah tau kejadian ini, mungkin, dia nggak akan lagi mau menganggap gue sebagai kembarannya. Pertama, ketika gue lagi asik makan, Om Gun tiba-tiba ngomong," To, pulangnya nanti aja, ya. Nunggu acarnya sampai selesai." Gue nggak ngerti maksud dia apa.
"Kok gitu?" Tanya gue keheranan
"Coba lo liat, disini ada sumber duit." Jawabnya sok misterisu
"Maksud lo apaan? Kita curi kotak amplopnya, gitu?"
"Nggak gitu juga dodol." Dia mengeplak jidat gue."Coba perhatikan sekeliling. Disini banyak banget botol aqua bekas dan dus bekas. Nah, botol dan du situ kita pungutin, terus kita jual ke tukang loak dideket kostan. Lumayan dapet duit buat beli nasi goreng ntar malem."
Mendengar ucapan Om Gun. Gue ngerasa kayak dipaksa jadi seorang pemulung. Padahal tampang gue nggak ada tampang pemulung.tampang gue ini lebih berprospek buat jadi seorang model…..perusahaan sedot WC. Dan entah kenapa gue terima juga ajakan bejatnya.
Kedua, ketika gue lagi nunggu acara nikahan selesai. Gue berdiri dibarisan paling belakang. Sementara Om Gun ? dia malah nyamperin salah satu pager ayu yang lagi duduk dimeja penerima tamu. Dasar jomblo rendahan! Nggak bisa liat cewek cakep nganggur dikit langsung aja dideketin. Gue maklumin kelakuannya. Kasian, dia nggak pernah ngerasain indahnya malem minggu. Status kejombloannya itu, udah dia dapatkan dari sejak lahir sampai sekarang. Terkadang, saat lagi santai dikostan. Dia suka cerita sama gue gimana dukanya jadi cowok yang punya wajah kurang ganteng. Diakahir keluh kesahnya dia selalu bilang ke gue,"Lo mah enak, ganteng."#nah
Gue perhatikan dari tempat gue berdiri, pagar ayu yang lagi ngobrol sama Om Gun beranjak dari kursinya, dan dia berjalan kearah gue. Sebagai cowok idaman para cewek, gue bersikap sok cuek dan sok cool. Karena yang gue tau, cewek cantik itu paling suka sama cowok cuwok cuek dan cowok cool. Ini gui bingitsss…
Semakin pagar ayu itu mendekat, semakin gue bersikap sok cuek dan sok cool. Setelah dirasa jarak kami cukup dekat. Gue kira dia bakalan ngomong,"Hai ganteng boleh kenalan?" atau "Boleh dong minta nomor hapenya." Ternyata gue salah, malah tambah parah. Pagar ayu itu ngomong, "Mas, itu piring kotornya tolong dibawa kebelakang ya, dan langsung dicuci." Sial ! gue disangka tukang cuci piring. Dari tempat meja penerima tamu Om Gun teriak kearah gue," Cuci piringnya yang bersih, ya. Biar nggak dapet jodoh yang brewokan. Hahaha!!!"
GOLOK MANA GOLOK !!!!
-o0o-
Secara makna, kuliah adalah tahapan menuju pendewasaan. Tapi pada kenyataannya banyak banget ditemukan mahasiswa yang hanya mengejar nilai A tau B. setelah itu mereka akan menggunakan ijazahnya untuk melamar pekerjaan.
Kuliah juga punya peranan penting dalam membentuk karakter gue sebagai seorang cowok. Disemester satu gue jadi mahasiswa paling bego soal mata kuliah akutansi. Setiap mata kuliah akutansi gue selalu deg – degan, dan ekspresi muka gue jadi nggak nyante, karena ekspresi muka yang nggak nyante itulah dosen malah menyuruh gue ngerjain soal.
"Anto, coba kamu kerjakan soal didepan."
Gue maju dengan perasaan takut. Takut kalau gue nggak bisa jawab dengan baik dan benar. Takut kalau gue gagal paham sama materi yang dosen ajarkan. Takut kalau gue nggak lulus mata kuliah ini. Takut kalau gue harus ngulang disemester depan sendirian. Takut setelah gue ngulang tetep aja nggak lulus. Akhirnya gue jadi mahasiswa abadi dikampus, ujung – ujungnya gue pasti bakalan di-DO.
Selesai dari papan tulis, gue langsung duduk lagi dikursi. Gue liat dosen berdiri dari tempat duduknya, mengambil spidol, dan lalu memberikan sebuah tanda silang yang besar pada jawaban gue, itu artinya, jawaban gue salah total. Sial, udah capek – capek ngerjain, sampai keluar keringat dingin, eh, jawaban gue malah salah total. Disitu terkadang saya merasa sedih L
Gue kira karena jawaban gue yang salah, dosen nggak bakalan lag menunjuk gue. Ternyata gue salah. Hampir tiap mata kuliah akutansi, dosen itu selalu nunjuk gue buat jawab soal didepan. Karena sering banget disuruh ngejawab soal itulah, gue jadi berniat buat dateng telat saat mata kuliah akutandi. Pernah satu waktu gue datang telat banget (Bukan nggak sengaja telat, tapi emang sengaja gue telatin banget) gue baru muncul didepan pintu kelas sekitar sepuluh menit menjelang mata kuliah akutansi selesai. Keterlambatan gue yang diambang batas kewajaran, jelas mengundang rasa penasaran dosen.
"Anto, kenapa kamu telat ?"
"Maaf Pak, dompet saya tadi ketinggalan dikostan, jadi saya balik lagi, begitu saya mau berangkat ke kampus lagi eh, ada truck fuso keguling ditengah jalan, jadinya macet banget."
"Ya, sudah, cepat duduk."
Akhirnya trik dan alasan gue berhasil mengelabui dosen, dengan begini gue yakin banget dosen nggak akan nyuruh gue buat ngejawab soal didepan. Tapi, keyakinan itu hanya mampir beberapa detik, belum semenit gue duduk, dosen itu manggil gue dengan intonasi yang lantang.
"Anto, coba kamu kerjakan soal didepan."
"Haaa?"
Gue nangis sambil ngunyah papan tulis.
Bukan cuma akutansi, ada juga mata kuliah yang sangat gue benci, yaitu, kalkulus. Awalnya gue kira kalau gue masuk jurusan Management Informatika gue nggak bakal ketemu lagi sama yang namanya matematika, tapi dugaan gue salah total. Didalam dunia perkuliahan nggak akan ada yang namanya matematika, yang ada hanya kalkulus. Intinya mata kuliah itu nggak jauh beda sama matematika, hanya penamaannya saja yang berbeda. Ditambah dari SD sampai SMA gue paling bego dalam hal hitung – menghitung. Tapi, kalau soal ngitung duit, gue jagonya. Muehehe…
Lagian gue heran, apasih manfaatnya gue belajar matematika tentang akar kuadrat, cos, tan, rumus lingkaran, rumus setengah lingkaran, rumus segitiga, bahkan sampai rumus menghitung kecepatan pipis teman. Semua rumus itu bikin kepala gue mau pecah kalau mengingatnya. Tapi, ada satu rumus yang bikin gue seneng, rumus mengingat senyuman kamu. Iya, kamu.
Pada dasarnya, dalam kehidupan sehari – hari, semua rumus itu nggak pernah, bahkan sama sekali nggak dipake. Gue belum pernah liat atau denger tukang sayur saat mau menotalkan belanjaan pembelinya ngomong "Bentar ya, saya pakai rumus lingkaran dulu biar hasilnya akurat." Atau saat tukang sayur akan memberikan kembalian kepada pembelinya,"Bentar ya, saya pakai rumus akar kuadrat dulu, biar kembaliannya pas." Pada kenyataannya, dalam kehidupan real setiap orang dan dalam kehidupan tukang sayur, rumus matematika yang sering digunakan tambah, kurang, kali dan bagi. Itupun menghitungnya bukan secara manual, tapi pakai kalkulator.
Ngomongin soal kalkulator, gue jadi inget kejadian saat UAS semester satu. Sehari sebelum UAS dilaksanakan gue dan temen – temen sekelas udah sepakat buat bawa kalkulator, agar lebih gampang sharing jawaban sama yang lainnya. Hari pertama UAS diisi oleh mata kuliah Pengantar Hardware dan Akutansi. Jam pertama diisi oleh mata kuliah Pengantar Hardware, kami diberikan waktu satu setengah jam untuk menyelesaikan semua soalnya. Gue yang emang udah punya dasar dan jago dalam mata kuliah ini (Sorry, bukan sombong, tapi itulah kenyataan yang harus gue ungkapkan. Trust me. It works) dalam waktu setengah jam, semua soal udah gue jawab dengan sempurna. Sementara temen – temen gue yang lain masih pada sibuk ngerjain. Ada yang diem – diem searching diinternet, ada yang tukeran tempat duduk. Bahkan ada yang sampai pura – pura kesurupan agar bisa segera keluar dari ruang ujian.
FYI; Ruang ujian gue saat itu emang bersebelahan banget sama toilet angker dikampus gue, toilet itu sudah hampir sepuluh tahun lebih nggak digunakan. Konon katanya. Dulu, pernah ada mahasisiwi yang bunuh diri ditoilet itu karena hamil diluar nikah, dan pacarnya nggak mau bertanggung jawab. Frustasi karena anak yang dilahirkannya nggak akan punya bapak, akahirnya mahasiswi itu mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri ditoilet itu. Tapi, kalau menurut gue, dia lebih frustasi karena status deh. Belum menikah tapi udah jadi janda, punya anak lagi, istilahnya perawan rasa janda. Stop. Kenapa gue jadi bahas cerita horor ? ini kan genrenya komedi, bukan horor, woy !
Oke, back to topic. Selesai mata kuliah Pengantar Hardware dilanjut mata kuliah akutansi. Semua berbeda 180 derajat. Kalau dimata kuliah sebelumnya dalam waktu setengah jam semua soal udah berhasil gue jawab. Tapi, dalam mata kuliah akutansi, udah satu jam, belum satu soal pun berhasil gue jawab. Gue frustasi. Gue panggil temen gue yang duduk didepan gue.
"Shut….. shut….." Gue mencoba memanggil temen gue, dia noleh "Apa?"
"Bagi jawaban nomor 1 sampai 10 dong." Jawab gue
"Belum semua, To. Jawabannya loncat –loncat."
"Nggak apa – apa. Nih, tulis aja jawabannya dikalkulator gue."
Dan….hap… seketika kalkulator gue udah berpindah tangan. Gue bersikap tenang dan tetep stay cool sambil menunggu jawaban datang. Tapi, udah hampir dua puluh menit jawaban dari temen gue belum juga datang. Temen – temen gue yang lain udah pada ngumpulin dan keluar dari ruang ujian. Gue mulai frustasi lagi. Gue panggil lagi temen gue
"Shut… shut…" temen gue noleh "Mana jawabannya ?"
"Nih." Seketika kalkulator gue berpindah tangan lagi ke gue. Tetapi pas gue liat, ternyata layarnya masih kosong "Jawabannya mana kampret ?" Tanya gue sedikit emosi
"Gimana gue mau nulis jawabannya, kalkulator lo itu nggak bisa dipake buat nulis huruf."
Ternyata gue salah bawa kalkulator. Yang gue bawa malah kalkulator tukang sayur, harusnya yang gue bawa scientifict calculator agar bisa nulis huruf dilayarnya,atau paling nggak bisa nyelipin kartas jawaban dibalik tutupnya. Gue nengis sambil banting kalkulator.
Hari kedua UAS diisi oleh mata kuliah RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) dan Simbada (Sistem Basis Data) calm down, dua mata kuliah itu juga lumayan gue kuasai materinya. Jam pertama diisi oleh mata kuliah Sistem Basis Data. Begitu pengawasnya masuk, anak – anak kelas gue yang lebih banya cowoknya daripada cewek langsung pada bersorak "WOW…." Iya, ternyata yang jadi pengawas diruangan gue itu merupakan mahasiswa cewek tingkat akhir dikampus gue. Wajahnya cantik banget lagi. Selain cantik dia juga pakai rok hitam diatas lutus, kemeja putih yang agak basah karena kehujanan, dan seikit transparan. Gue suka itu.
Ada kejadian absurd yang bikin gue dan Om Gun ngakak saat pengawas cewek itu membagikan soal ujian, kebetulan gue dan Om Gun duduknya bersebelahan. Pengawas ujian cewek itu mulai membagikan soal ujian ketiap kursi. Setelah gue dan Om Gun kebagian soal, pengawas itu melewati kami berdua, sambil ... melepaskan gas beracun yang keluar dari pantatnya, atau bahasa bekennya kentut. Suara kentutnya emang nggak keras, bisa dibilang kentut ninja. Tapi, karena posisi gue dan Om Gun yang tepat dibelakangnya, kami dapat mendengar jelas suara ketutnya "Psss…." Pengawas itu mengeluarkan kentutnya, suaranya mirip kayak ban motot yang dikempesin sama tukang tambal ban. Reflex gue dan Om Gun langsung nutup hidung sambil nahan ketawa.
"Kamu kenapa, kok hidungnya ditutup gitu, mimisan ?" Tanya pengawas cewek itu, sesaat setelah dia melihat ke arah Om Gun.
"Bukan kak, barusan ada laler ijo masuk kedalam hidung saya, tapi udah keluar lagi. Saya nutup hidung, takutnya laler ijo itu bawa teman – temannya buat masuk lagi kehidung saya." Mendengar jawaban Om Gun yang ngasal, gue malah makin ngakak, bodo amat dibilang orang gila juga, terus pengawas cewek itu nanya ke gue, "Kamu kenapa ketawa ? kalau ada kabahagiaan bagi – bagi dong sama yang lain." Serasa pengen gue jawab "Kebahagiaan gigi lo salto, gue itu kesiksa nyuim bau belerang campur terasi ." kalimat itu cuma gue teriakkan dalam pikiran. Gue nggak tega kalau harus sampai bongkar aib cewek cantik didepan orang banyak. Tenang kakak pengawas yang cantiknya biadab banget, rahasia lo aman ditangan gue. *Ketawa Antagonis*
Akhirnya gue jawab,"Kalau saya bagi – bagi kebahagiaan ini, takutnya yang lain nggak kuat buat menerima kebahagiaannya." Gue ngakak sejadi – jadinya ngakak. Eh, Om Gun juga malah ikut ngakak mendengar jawaban gue.
Ujian pun dimulai, tapi, bau belerang campur terasi itu belum juga hilang dari ruangan ujian. Temen – temen gue yang lain juga udah pada nutup hidung. Ditambah diruang ujian ada kipas angina yang lagi dinyalain. Jadinya bau belerang campur terasi itu muter – muter nggak jelas didalam ruangan. Bahkan, ada salah satu temen gue yang ngomong dengan lantang "Ini siapa sih yang kentut ? baunya biadab banget. Gak ilan – ilang lagi. Gue yakin pelakunya tadi pagi bukan sarapan nasi, tapi malah sarapan telor busuk. Ya Allah gue nggak kuat, mau muntah." Temen gue langsung keluar ruang ujian untuk menghirup udara segar.
Gue yang liat tingkah laku temen gue malah jadi ketawa lagi. Sementara sang pelaku alias pengawas ujian, malah mesem – mesem nggak jelas ke arah gue, sambil ngomong "Diem kamu, aku malu tau." Tanpa mengeluarkan suara dan hanya gerakan bibir saja. Akhirnya rencana nomor dua belas gue hapus; PDKT denga pengawas ujian saat sedang ujian. I'm sorry kakak pengawas ujian, biarpun cantik lo biadab banget. Tapi, gue masih lebih sayang paru – paru. Gue nggak mau kalau tiap harinya harus menghirup bau belerang campur terasi.
Setelah kejadian insiden kentut ninja itu, setiap gue nggak sengaja berpapasan dengan pengawas cewek itu dikampus. Pasti dia selalu mesem – mesem nggak jelas kearah gue, sambil ngomong "Please.. jangan bongkar aib gue."
Sekarang gue jadi tau, kalau kentut yang mengeluarkan suara itu lebih aman dan tentunya ramah lingkungan. Berbeda jauh dengan kentut ninja. Pelaku kentut ninja nggak akan ketauan, tau – tau kecium aja bau belerang campur terasi. Apalagi kalau kentutnya didalam ruangan yang pake AC. Insya Allah, bukan bau aja yang didapet, emosi juga iya.
Gue jadi lebih tau, ternyata mau cewek cantik atau cewek jelek kalau kentut tetep aja kentut mereka itu bau. Awalnya gue kira kalau kentut cewek cantik itu baunya kayak wangi parfum paris hillton refill, ternyata dugaan gue meleset. Tapi, ada satu hal yang dari dulu sampai sekarang bikin gue penasaran. Kalau cewek jelek lagi boker, terus ngeden, pasti tingkat kejelekannya meningkat drastic. Nah, kalau cewek cantik gimana,ya ? apa tingkat kecantikannnya berkurang ? atau mungkin ketika dia boker, terus ngedek tingkat kecantikannya semakin bertambah ? Entahlah, hanya cewek yang terlahir cantik dan Tuhan yang tau.