"Yah!" panggil Rangga membuyarkan lamunan Dimas.
"Hmm?"
"Ngelamunin apa sih, kayaknya asik banget?" tanya Rangga penasaran.
"Ngelamunin waktu kamu masih kecil, waktu masih ada bunda." jawab Dimas to the point.
Seketika raut wajah Rangga berubah, kini tatapan sendu lah yang diperlihatkannya. Mendengar kata 'bunda' Rangga pasti saja merasa sedih. "Andai bunda masih disini ya yah, mungkin keluarga kita bakal lengkap."
Dimas merangkul bahu Rangga, "ini semua udah takdir, gak usah kamu sesali. Meskipun gak ada bunda kan ada ayah."
Rangga tersenyum miring sebagai respon ucapan Dimas. "Kalau aja waktu itu dia gak ng..."
"Ga!" potong Dimas cepat. Ia tidak mau Rangga terus saja membahas itu, yang lalu biarlah berlalu.
"Iya, iya gak akan diungkit lagi." ucap Rangga pasrah, jika sudah begini tidak mungkin ia melawan ayahnya.