Langkahnya sudah sampai tepat di depan pintu lapuk. Tanpa ragu ia pun mendorong pintu dan masuk. Terlihat ibu yang sedang sibuk sendiri di dapur, sedangkan Haris dan Andi masih dalam rutinitasnya bekerja separuh waktu setiap setelah pulang kuliah. Alga menghampiri Ibu, mencium punggung tangannya penuh rasa rindu.
"Doni mana, Bu?" tanya Alga.
"Pergi sama teman-temannya."
"Kalo bapak?"
"Bapakmu, kan, masih kerja."
"Aku ganti baju dulu, bu."
Ibu mengangguk. Alga berlalu masuk ke kamarnya, menaruh tasnya di meja belajar. Lalu mengganti pakaian sekolahnya. Di depan cermin ia memperhatikan bentuk tubuhnya yang jauh dari kata sempurna, kurus dengan bentuk kotak-kotak di perutnya yang nyaris rata. Satu tangannya terangkat dan langsung memperlihatkan bekas lubang operasinya yang mulai menutup. Sungguh, rasa ngilu masih dapat ia rasakan dari sisi dadanya itu. Selang dari tabung pulmonalis pun masih setia menancap dan menjuntai ke perutnya.
"Le."