Setelah kejadian di dalam pesawat itu, semuanya tampak biasa saja. Semua penumpang bertingkah seperti biasanya. Tidak ada keanehan sedikit pun.
Pesawat sudah berada di udara kurang lebih hanya sekitar 25 menit saja. Richard menunggu beberapa saat setelah seorang pramugari yang sama kembali menawarkan sesuatu.
Kini, Richard meninta air mineral. Pramugari itu, berjalan ke arah belakang tempat kecil yang biasa di masuki oleh para pramugari dan pramugara.
Pramugari itu, melangkah masuk ke dalam.
Kemudian, keluar dengan memegang sebotol air mineral entah apa mereknya.
"Terima kasih"
Pramugari itu hanya tersenyum saja dan kembali menuju penumpang yang lain.
....
Pesawat sudah mendarat. Richard menatap keluar jendela dengan tatapan yang aneh. Ia kembali meminum air mineral di botol itu hingga tandas.
Setelah keluar dari pintu pesawat dan memgambil barang-barang, Richard berjalan keluar dari bandara. Menyewa taksi saja. Tapi, Richard belum tahu harus ke mana. Richard hanya berdiri saja di depan bandara. Lebih tepatnya, di trotoar.
Richard mengeluarkan tembakau dan kertas dari dalam sebuah kaleng tua. Kemudian, ia memasukan tembakau ke dalam kertas dqn menggulungnya perlahan.
Richard cukup lama duduk di situ. Ia masih harus memikirkan bagaimana selanjutnya yang akan di lakukan.
Hingga, seseorang dari ujung jalan sana. Berteriak.
"Hei! Richard!"
Richard, mengangkat kepalanya. Kemudian, mengalihkan kepalanya ke arah sumber suara. Samar-samar di lihatnya seorang pria yang seumur-an dengannya.
Karena sinar matahari yang begitu menyilaukan mata, Richard kembali menundukan kepalanya. Mata Richard sakit.
Pria itu, menyeberangi jalan menuju ke arah Richard.
Richard masih menarik pelan rokok di tangannya. Dan kemudian, ia menarik napas panjang.
Pria itu, datang mendekat ke arah Richard dan kemudian menepuk pundak laki-laki tampan ini.
Richard adalah pria yang kerap menjadi idaman ketika di Canberra dulu. Para gadis-gadis di situ menyukai Richard. Richard memiliki paras dan pesona yang sangat berbeda dengan pria-pria di Canberra.
Tidak jarang, kehidupan Richard begitu sangat beruntung bisa memikat hati perempuan dengan begitu sangat mudah. Beberapa pria merasa iri, beberapa lainnya lebih merasa suka berteman dengan Richard.
Kehidupan yang susah di sana dan juga orang tua angkat Richard yang semakin tua membuat pria yang cukup tampan itu memutuskan untuk merantau. Berbekal beberapa buku, sedikit uang dan juga sedikit makanan. Richard, naik pesawat dan pergi untuk memulai peruntungannya di lain tempat.
Dan, Brisbane adalah titik fokusnya. Berpindah dari Canberrra menuju Brisbane, Richard lupa bahwa di Canberra dia bisa saja memiliki teman atau keluarga. Namun, berbeda halnya dengan di Brisbane.
Ia tidak memiliki siapapun.
Oleh karena itu, pria ini setelah keluar dari bandara tidak ada sanak saudara atau teman yang datang menjemput.
Akhirnya, Richard hanya bisa duduk di trotoar dan menarik rokoknya dalam. Memikirkan ide yang cukup menguras pikiran pria itu.
Namun, tiba-tiba seseorang datang dan menepuk pundaknya.
Pria yang dulu adalah sahabat karib semasa SMA dulu.
Si pembuat onar Ryan. Ryan adalah salah satu laki-laki yang dulu sempat berkelahi dan beradu mulut bersama Richard.
Dimasa SMA, masa muda mudi menjalin cinta. Masa di mana mereka seharusnya belajar demi masa depan tetapi, mereka malah larut dalam kisah cinta yang cukup membuat gairah anak muda menjadi naik dan bahagia.
Itu juga di rasakan oleh Ryan. Di Canberra, lebih tepatnya di salah satu SMA di situ. Ada seorang gadis yang cukup populer. Ia kaya dan juga cantik. Mustahil jika tidak ada pria yang menyukainya. Itu juga berlaku untuk Ryan.
Ryan hidup bersama kakaknya saja. Ayah dan ibu sudah pergi. Sementara kakak sibuk bekerja di Brisbane, Ryan masih bersekolah di Canberra.
Ryan seringkali memberikan cokelat dan bunga. Ia harus memakai uang pemberian kakaknya untuk memberikan hadiah-hadiah pada gadis itu.
Ryan sudah terlalu sangat candu dan menyukai gadis itu. Semua akan di lakukan dan di berikan pada gadis itu.
Namun, semuanya berubah ketika gadis yang bernama Adelia itu, lebih menyukai Richard. Anak yang sama sekali tidak Ryan kenal.
Lelaki mana yang tidak emosi dan sakit hati ketika melihat perempuan yang dia sukai menyukai pria lain. Apalagi saat itu, mereka adalah anak muda. Masih sangat tidak mungkin jika mereka tidak bertarung dan bisa saja membunuh satu sama lain.
Ryan begitu dendam pada Richard. Kemudian, merencanakan sebuah perkelahian. Richard sedari kecil di ajari bela diri oleh ayah angkatnya.
Karena hal itu, Richard dengan mudah mengalahkan lawannya yang adalah Ryan.
Ryan harus ikhlas melepaskam Adelia untuk Richard. Namun, Ryan tidak tahu bahwa sejak awal Richard sama sekali tidak pernah menyukai gadis itu. Tujuan Richard bersekolah adalah hanya belajar, belajar, dan belajar saja.
Adelia menyukai ketampanan dan kepintaran yang di miliki Richard. Pada kasus ini, Richard tidak salah dan juga Ryan yang salah paham.
Karena perkelahian itu, Adelia menjadi benci pada Ryan. Ia membuat Richard seolah menjauhi Adelia.
Adelia mulai menjauh bahkan tidak menyapa Ryan seperti dulu.
Ryan frustasi dan tidak ingin ke sekolah lagi. Ia akhirnya mengikuti kakaknya untuk tinggal di Brisbane.
Dan takdir kemudian, mempertemukan keduanya kembali. Dua pria yang berkelahi karena wanita.
Ryan tersenyum pada Richard seolah mereka adalah teman yang dekat di waktu lalu.
Richard sudah selesai merokok. Kemudian, ia berdiri.
"Sudah lama tidak berjumpa Ryan"ucap Richard juga sedikit tersenyum.
Ryan memandangi satu koper dan juga tas yang hitam yang berada di tubuh pria itu.
"Bagaimana kabar Canberra?"
"Adelia?"
Ucapan itu, membuat Richard tersenyum. Ia merasa Ryan sedang mengejeknya.
"Apakah kalian berdua sudah menikah?"
Richard tertawa dan kemudian, Ryan dibuat terkejut dengan tingkah laku pria di hadapannya itu.
"Kuanggap tawamu adalah jawabannya. Dan, ya pasti!"
"Ya!"
Ryan terkejut.
Apakah Richard dan Adelia benar-benar sudah menikah? Bukankah dulu, Richard tidak menyukai Adelia?
Pikiran-pikiran memenuhi kepala Ryan.
"Ya! Sangat susah di sana."
"Aku mendengar di Brisbane, pekerjaan sangat mudah di sini"
Ryan tertawa pelan.
"Kamu sudah cukup lama berada di sini bukan?"
"Ya, lalu?"
"Bisakah kamu memberikan teman SMA-mu ini sebuah pekerjaan?"
Ryan kembali tertawa kecil.
"Sebenarnya, aku sedang mengembangkan sebuah penelitian. Aku dan beberapa temanku"
"Penelitian?"
"Yah, penelitian"
"Jika kamu berminat bergabung, kamu bisa ikut aku."
Sedari dulu, Richard memang tertarik dengan dunia sains. Ia pernah membelah katak dan melihat apakah sama dengan yang ada di buku-buku sekolah.
Richard juga pernah mencampur beberapa larutan dan juga membuat percobaan dengan beberapa tikus di rumah.
Richard merasa ia sudah menemukan dunianya. Ia dengan cepat mengiyakan dan menerima ajakan Ryan.
"Baiklah, akan kubawa kopermu"