"... aku melakukan ini hanya karena menyukaimu, Haze... bukan lainnya."
Jemari Aydan masih mengelus lembut pipi Hazel yang mulai merona. Apa-apaan ini.? Sebelumnya tak pernah ada seorang pun yang mengecup bibirnya selembut dan sehangat itu. Tak pernah sekali pun. Dan beberapa menit lalu, apa yang dihadiahkan Aydan pada Hazel, sungguh membuat gadis itu membisu.
"A-apa ... apa maksudnya?" tanya Hazel, yang kini seolah sedang berlomba lari dengan degup jantungnya sendiri. Terengah, nyaris saja lenguhan lolos dari bibirnya.
Tak lucu saja rasanya jika Aydan mendengar suara aneh semacam itu sementara dirinya tidak sedang melakukan ... sudahlah.
"Apakah boleh jika aku menjadikanmu kekasihku? Aku tak akan memaksa, tetapi jika kau menjawab tidak, pasti rasanya akan menyakitkan," ucapnya. Maniknya tak ia alihkan dari memandangi wajah cantik di hadapannya.