"Chronia, aku yakin kau pasti bisa melewatinya. Hiduplah untukku."
"Tapi tuan.. aku sudah tidak kuat lagi, meskipun anak ini lahir aku tak akan bisa kembali padamu."
Suara petir menyambar, angin bertiup kencang. Malam ini akan terlahir seorang anak penerus keluarga Warrington yang terakhir. Seorang gadis yang akan mengubah keadaan kota London, Inggris.
-----------------------------------------
Disisi lain dimensi seorang iblis sedang mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi keluarga yang sangat ia cintai, dia adalah Lilith keturunan satu-satunya dari ras manusia dan Iblis. Apa yang membuatnya sampai mempertaruhkan nyawanya? Apakah karena ketidakadilan? Bukan, melainkan karena memang sudah diramalkan oleh sesepuh dari kerajaan iblis.
"Lilith, jangan lakukan hal konyol yang membahayakan nyawamu!! ayah mohon kepadamu!!"
Telinganya seperti ditutup oleh sesuatu hingga membuatnya tidak mendengarkan ayahnya yang berteriak memohon untuk berhenti dari pertarungan yang sudah berjalan sejak pukul 02:00 sampai 05:00 itu, di sebuah kawah gunung. Dia pun tidak menyadari bahwa kakaknya yang ia sayangi sudah tersungkur dibelakang dengan luka diperutnya yang menembus sampai punggungnya.
"Asta!! Bertahanlah sebentar lagi, aku berjanji akan menjadi ibu yang baik untukmu." Ucap salah seorang wanita didekat tubuh Asta yang sudah berlumuran darah.
Melihat kakaknya itu sekarat, Lilith yang sudah diambang batas kekuatannya itu mengeluarkan kekuatan yang sangat besar hingga membuat hati ayahnya seperti teriris, karena ia tau bahwa disaat Lilith mengeluarkan kekuatannya disitulah kebahagiaannya akan direnggut. Kenapa begitu? Karena seperti yang diramalkan.. pengorbanan sang iblis telah tiba.
-----------------------------------------------
Kembali ke dimensi dimana ketika gadis kecil itu akan lahir, ibunya sudah berada dititik dimana ia akan menghembuskan nafas terakhirnya, beberapa helaan nafas lagi, mengakhiri semua rasa sakit yang ia derita demi melahirkan pewaris untuk suaminya.
"Nyonya sedikit lagi, kepalanya sudah terlihat." Kata pelayan yang membantu persalinan sang Duchess itu.
"AAHH AKU TIDAK KUAT LAGI!! Tuhan, tolong hentikan rasa sakit ini."
Erangan nyonya besar keluarga itu terdengar diseluruh penjuru kamar hingga lorong mansion yang panjang, semua orang menantikan kelahiran putri tersebut, karena dalam keluarga ini, wanita lebih diutamakan.
"Tahan sebentar lagi Sayang, dan tetaplah hidup." Pinta sang Duke putus asa ketika melihat istrinya sudah kehilangan banyak darah dan tubuh pucat.
Dari semua permintaan sang Duke, hanya dijawab dengan anggukan sekali dan itupun anggukan pasrah yang seperti orang tidak diberi makan berhari-hari.
Diluar kamar, ketiga anaknya yang lain menunggu dengan cemas dan hara-harap yang keluar bukankah perempuan melainkan laki-laki
"Mab, apakah kau berharap yang sama? Berharap yang lahir bukanlah perempuan." Ucap Freddie anak keluarga Warrington yang pertama
"Entahlah Fred, aku hanya ingin semuanya selamat, dan apapun adikku aku akan menerimanya dengan ikhlas." Ucap Mabry dengan pasrah
"Aku setuju dengan Mabry, Fred. Karena yang menentukan bukan kita, melainkan Tuhan, dan ya aku lupa kalau kau tidak percaya dengan Tuhan." Timpal Luke yang sedari tadi membaca buku dan mendengar celotehan dan harapan buruk Freddie.
Freddie dengan sikap arogan dan emosiannya bersiap menghantam mulut Luke yang terlalu jujur namun ditahan oleh ayahnya yang keluar untuk memberi perintah kepada pelayannya agar membawakan air hangat untuk nyonya besar.
"Apa-apaan kalian? Apakah bagus bertengkar sedangkan ibu kalian sedang dalam masa kritis? Apakah kalian bisa sehari saja jangan membuat keributan yang tidak berguna?." Tatapan datar ayahnya mengisyaratkan bahwa ia benar-benar marah dengan kelakuan anaknya yang hampir setiap harinya berkelahi.
Diam. Itu yang mereka lakukan, namun apakah mereka menurutinya? Hanya Luke dan Mabry saja yang menurut, sedangkan Freddie? Ia hanya diam karena emosi yang tertahan.
----------------------------------------------------
Kembali pada Lilith yang sedang mempertaruhkan semuanya hanya untuk melindungi dunia manusia dan dunia iblis, setelah pertempuran yang cukup sengit, Lilith yang hampir kehilangan kakaknya mulai bertarung dengan serius dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengalahkan makhluk itu.
Makhluk suci.. begitulah yang mereka memanggil bangsa kriptid ini, entah darimana asalnya sebutan itu, padahal yang dilihat oleh semuannya hanyalah makhluk gabungan antara gurita, serigala dengan tanduk unicorn.
"Ayo kita selesaikan ini, makhluk menjijikkan." Ucap Lilith yang mulai kesal dengan tentakel makhluk itu.
"Aku pastikan kau akan kalah iblis menjijikkan." Ucap Wolfoctopunicorn tak mau kalah.
Dengan tubuh yang sudah menyerupai dewa ini, tak heran jika Lilith dapat mengalahkan wolfoctopunicorn dengan mudah.
Lilith terbang lebih tinggi dari makhluk itu dan mengeluarkan pedang dan juga tombak dari kedua sisi sayap iblisnya, lalu ia mengendalikan elemen yang ada disitu. Namun sayang, keberuntungan tidak berpihak pada Lilith, karena dia lengah, makhluk itu menyerang titik lemahnya dan dengan reflek Lilith membelah makhluk itu menjadi dua, dan darah dari makhluk itu yang bercampur dengan air suci menyirami tubuh Lilith dan perlahan membakar tubuhnya.
"Oh aku terbakar." Ucapnya santai dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Li-Lilith--, bukan seharusnya kau mengorbankan dirimu, dasar anak bodoh!!." Ucap ayah Lilith untuk menyembunyikan rasa kesedihan yang ia rasakan.
Seperti dipukul, ke delapan saudaranya melihatnya dengan tatapan tak rela dan tak ingin gadis iblis itu pergi, rasa sakit di dada, membuat kakak-kakaknya sedikit menyesali yang mereka lakukan sebelum kejadian ini.
BRUKK--!!
Kakak perempuan Lilith jatuh tersungkur menyesali akibat dari keserakahannya, ia meminta maaf karena perbuatannya adiknya mati dengan cara seperti ini.
Lilith, menghilang. Hanya menyisakan batu ruby kehidupannya dan diberikan kepada kakaknya yang sekarat karena luka pada perutnya
"Aku berikan batu ruby ini untuk Asta, itu akan membuatnya pulih dengan cepat, dan papa jangan kebanyakan minum kopi serta merokok. Anna aku sangat ingin memanggilmu ibu, dan untuk saudara-saudaraku, jangan telat makan ya, atau aku akan sedih." Ucapnya sambil melempar ruby yang ia punya serta mengenggam cincin hitam pemberian ayahnya.
Iblis itu menghilang menjadi abu dan terbawa oleh angin.
----------------------------------
Disaat yang bersamaan bayi itu lahir dengan tanda lahir seperti sayap yang terpotong di punggungnya, dibarengi dengan suara petir yang menyambar keras hingga membuat salah satu ranting pohon tumbang.
"Chronia, lihatlah, anak kita sudah lahir, lihatlah ini Chronia." Ucap sang Duke senang dan berlinang air mata kebahagiaan.
"Tuan, apakah perempuan? Jika perempuan tolong jaga dengan baik, dan maaf aku tak dapat menemanimu membesarkan anak kita."
"Maafkan aku, aku pergi tuan." Kata-kata terakhir Duchess itu melemah setelah ia melihat anak perempuannya lahir dengan selamat.
"Chronia? CHRONIA?!! JAWAB AKU SAYANG, KU MOHON."
Mendengar teriakan ayahnya ketiga anaknya masuk kedalam kamar itu dan mendapati ibunya sudah tak bernyawa dengan ayahnya yang menggendong bayi perempuan yang lahir tanpa cacat sedikitpun.
Air mata tak dapat dibendung oleh ketiganya, terlebih Freddie yang sangat menyayangi ibunya.
.
.
Setelah malam itu, upacara pemakaman untuk nyonya Warrington akan dilaksanakan besok pagi, dengan banyak tamu penting dari bangsawan wilayah lain.
"Turut berduka atas meninggalnya istri anda Tuan Warrington, semoga anda satu keluarga diberi kesabaran." Ucap salah seorang bangsawan
"Terima kasih telah datang Tuan, saya bisa sabar, tapi..." Jawab sang Duke tanpa melanjutkan kata-katanya, dan melihat anak-anaknya yang sedang berduka.
Sang Duke berjalan kearah anak-anaknya setelah berbincang dengan sahabat bangsawannya itu, ia menepuk pundak Freddie yang sangat lesu karena kepergian ibunya.
"Tak mungkin kan ayah, ibu tak mungkin pergi kan? Jawab aku ayah!!."
Freddie anak pertama keluarga itu tidak percaya bahwa ibu yang sangat menyayanginya meninggalkan dia begitu saja.. kecewa? Itu yang dia rasakan sekarang, terlebih lagi karena ia mempunyai adik perempuan. Karena hal itu dia semakin membenci adiknya. Tak ingin adik perempuan, yang lahir perempuan dan ibunya juga meninggalkannya.