"Tentu saja kamu paling cantik, Princess. Papa menyebutmu bungsu paling cantik, karena hanya kamu bungsu perempuan di rumah ini," sela Zan dengan nada mengejek dan Disa yang mendengarnya sebal, menatap sang kakak sambil menjulurkan lidah, meledek.
"Abang nih, bilang saja iri karena Papa tidak memuji Abang sulung paling tampan, iya 'kan? Ngaku!" sembur Disa kemudian melengos ketika sang kakak hanya mengangkat bahu tak acuh.
"Biasa saja tuh," balas Zan santai.
"Huh! Abang tidak seru."
"Selamat pagi, Pah," sapa Zan, mengindahkan sang adik yang memasang wajah sebal, padahal sebelumnya senang dan tersenyum lebar kepadanya, bahkan menggelayut dengan rengekan.
Namun lihat, sekarang malah sebal dan mengejeknya, dasar wanita.
"Pagi juga, Zan. Jangan lupa tugas dari Papa," sahut Jayden mengingatkan.
"Sore setelah kegiatan ospek selesai, Zan akan mengantarnya."
"Hm, kalau gitu Papa tunggu," sahut Jayden dengan anggukan kepala, juga senyum bangga menatap sang putra.