Aku berhenti di sebuah taman yang begitu sepi sebab ini adalah weekday dimana semua orang lebih mementingkan perkerjaan dan istirahat di rumah. Sebenarnya Aku juga tapi tidak hari ini. Aku ingin melihat halal yang segar Aku juga tidak ingin pulang dengan wajah yang sembab dan berantakan seperti ini.
Dengan masih menggunakan rok span dan jaz kerjaku Aku duduk di kursi taman dan melihat danau berwarna hijau dengan hiasan lampu di pinggirnya. Aku menatap kosong danau itu, pikiranku telah berkelana jauh-jauh ke sana.
Kepalaku rasanya penuh, sesak dan panas. Begitu menyakitkan untukku. Ditambah lagi Aku hanya bisa menangis dan menangis. Tidak tahu harus bagaimana tidak tahu memulai bagaimana agar rasa sakitnya hatinya hilang.
Andaikan saat itu Aku tidak menerima Nando mungkin Aku tidak seperti ini. Aku akan tetap berada di rencana Ku. Tetap berjalan pada prediksi dan goals yang sudah Aku susun. Sekarang? Semua hancur dan Aku bingung memulai bagaimana, hatiku juga merasa capek dan lelah.
Ketika Aku terdiam melamun dan benar-benar jiwaku tidak bersama ragaku. Sebuah tangan kecil mengagetkan Ku. "Oh maaf Kakak gak tahu Kamu di sini," ujar Ku kepada anak kecil yang memegang tangan ku dan memanggil namaku.
"Ini buat Kakak," ujar anak kecil laki-laki itu yang membawa gitar kecil dan bajunya yang begitu lusuh, memberikan Aku sebuah coklat dan es krim merek terkenal. "Dari siapa?" tanya Ku bingung dan penasaran. Sebab Aku tidak merasa memesan ataupun yang lainnya.
"Katanya dari Kak Rahasia," jawab bocah kecil itu.
Aku mengerutkan dahiku lalu bertanya kembali pada anak kecil itu. "Namanya Kak Rahasia? Atau rahasia?" tanya Ku.
Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya, "Katanya namanya Kak rahasia, ini es krim sama coklatnya enak loh Kakak, Kakak juga kelihatan sedih ini bisa bikin senyum lagi," kata bocah kecil itu.
Aku lalu meminta anak kecil itu untuk duduk di sampingku. "Kamu mau?" tanya Ku namun bocah itu menggelengkan kepalanya.
"Itukan dikasih buat Kakak bukan buat Aku," jawabnya. Aku tersenyum, "Ini kan dikasih buat Kakak, berarti ini milik Kakak. Sekarang, Kakak kasih ke Kamu dan jadi milik Kamu," ujar Ku yang tahu adik kecil itu sangat menginginkan es krim dan coklat itu.
Mereknya sangat terkenal enak dan sangat mahal. Biasa, harga menjamin kualitas. Ya walaupun tidak semuanya. Tapi coklat dan es krim ini buktinya, mahal dan sangat enak, membuat ketagihan. "Diambil dong, gak baik loh tolak pemberian," ujar Ku.
Anak kecil itu lalu menatap Ku ia seperti masih tidak percaya akan memakan makanan ini atau ia takut Aku hanya menipu. Astaga, pikiran apa ini. Aku lalu membukakan bungkus itu dan memberikannya kepada anak laki-laki itu.
"Kakak punya alergi kacang, jadi gak bisa makan es krim atau coklatnya. Bisa-bisa Kakak masuk rumah sakit lagi," ujar Ku dengan jujur karena memang Aku memiliki alergi terhadap kacang, termasuk almond. Sayang bukan, padahal mereka semua enak rasanya.
Adik kecil itu tersenyum dan hati-hati mengambil es krim yang sudah aku bukakan. Seperti menerima uang segepok saja. Sungguh hati-hati. Dengan hati-hati pula anak itu memakan es krim itu seakan dia sedang iklan es krim.
"Enak banget Kak, wah Aku baru pertama kali ngerasain ini Kak," ujarnya dengan mata yang berbinar. "Kalau gitu dihabisin ya," ujar ku meminta anak itu untuk terus memakannya.
"Kalau boleh tahu, gitar ini buat apa?" tanya Ku yang sebenarnya Aku sudah tahu jawabanya. Namun ragu langsung menanyakannya.
"Buat ngamen Kak, Ibu dan Bapak Aku udah gak ada, dari kecil Aku cuma sama Mbah Kong dan Mbah Ti Nenek dan Kakek Aku Kak. Mereka lagi sakit jadi Aku mau cari uang biar bantu Kakek yang kerja bangunan," jawabnya yang membuat hatiku terenyuh. Ternyata ada seseorang yang sudah berjuang sekecil ini.
"Kamu sekolah?" tanya Ku.
Ia menganggukkan kepalanya. "Iya Kak, Aku ikut sekolah gratis di bawah jembatan itu Kak. Aku jago berhitung loh Kak. Aku senang banget bisa sekolah dan punya temen," ujarnya penuh semangat jujur saja Aku merasa bangga melihat semangatnya.
"Aku pingin kerja di gedung-gedung itu Kak, biar bisa bantu Kakek dan Nenek dan juga teman-teman Aku yang susah lainnya.
"Baik banget Kamu. Harus rajin belajar dan sekolah ya. Pasti Kamu bisa kerja ke gedung itu bahkan mungkin jadi pemiliknya. Harus semangat jangan nyerah Oke?" Bocah laki-laki itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Kata Kakek juga gitu Kak. Walaupun banyak orang yang gagalin rencana kita tapi semangat jangan pernah padam. Kakak juga harus semangat ya, Kakak pasti bisa kerja di gedung itu, kakak baik dan cantik," katanya.
Aku tersenyum walaupun nyatanya Aku sudah mampun bekerja di salah satu gedung yang sedang mereka pandangi. Tiba-tiba Aku tersentak, "Gagalin rencana ya?" batin Ku mengingat kata itu.
"Kak, boleh gak es krim nya Aku bawa pulang? Aku takut pulang malam, banyak orang jahat," kata anak itu membuat Aku tersadar.
"Boleh dong, bawa juga coklatnya. Oh iya, ini maaf ya Kakak cuma bisa bantu ini," ujar Ku sambil memberikan beberapa nominal uang yang Aku pikir mampu untuk membeli obat. Setidaknya jika tidak cukup bisa membantu mereka.
"Beneran Kak?" tanyanya tidak percaya. Aku menganggukkan kepalaku. Dia langsung menyalami tanganku dan terus berucap terimakasih.
Setelah itu anak itu langsung pulang dengan wajah berseri, "Rasanya senang bisa bantu," kata Ku sambil memandang anak kecil itu yang berjalan pulang melewati orang-orang yang berlalu lalang dengan ramainya.
Tiba-tiba ibu menelpon dan membuatku langsung sadar jika ini sudah melewati jam malamku. Jam Tujuh malam.
Aku buru-buru mengambil tas ku dan berlari menuju motor Ku. "Oke Oliv ingat, terus semangat walau banyak yang menggagalkan rencana. Balik ke CEO. pasti bisa Liv pasti," Semangat Ku dalam hati.
Perasaan lega sudah mulai ku rasakan. Sesak itu sudah hilang walau terdapat sengatan kesakitan setiap mengingat kejadian semua itu. Tapi sungguh ia merasa lebih baik. Terkadang memang hidup sulit karena dunia memiliki banyak elemen kehidupan dan manusia harus merasakan itu semua. Untuk menjadi lebih dewasa lagi.
.
.
.
.
Sesampainya di rumah Aku langsung bertemu Ibu dan makan malam bersama Gino dan Ibu. Setelahnya Aku mandi, membersihkan diriku dan menenangkan pikiranku. Di dalam kamar Aku menyetel lagu-lagu yang membuatku lebih semangat. Aku lalu menyelesaikan tugas kantor yang belum sempat Aku selesaikan. Bahkan aku sengaja bergadang malam ini.
"Liv, Ibu masuk ya?" ujar Ibu dari luar pintu kamar Ku. "Iya Bu, masuk aja engga di kunci," jawab Ku pada Ibu.
Aku melihat Ibu yang membawakan Ku segelas air minum dan buah apel dan buah pir. "Ini buat nemenin lemburnya. Masih banyak ya Liv kerjaanya?" tanya Ibu. Aku menganggukkan kepala Ku, "Lumayan Bu."
"Oliv yang semangat ya Nak, Ibu bangga banget punya Oliv. Oliv jangan lupa istirahat Ibu khawatir kalau anak Ibu sakit, kamu juga sering bilang buat banyak istirahat. Jangan malam-malam besok berangkat pagi lagikan, jangan lupa dimakan diminum," kata Ibu membuatku terharu.
Aku langsung memeluk Ibu, "Oliv juga bangga punya Ibu," ujar Ku pada Ibu. Kami berpelukan dan tertawa bahagia, saling bangga dan saling menyayangi. "Udah dilanjutkan Ibu mau ke kamar adik Mu Dia juga lagi bikin tugas. Jangan malam-malam ya Liv," kata Ibu.
Aku mengangkat ibu jari Ku dengan tersenyum senang. "Pasti Bu," ujar dengan semangat full power. Ibu lalu pergi dari kamar Ku menuju kamar Gino. Aku kembali menatap layar laptop Ku, kembali membuat tugas kantor.
Tiba-tiba saja sebuah email masuk dari kantor pusat dan secara bersamaan panggilan telepon masuk dari Pak Ivan.
"Halo selamat malam Pak Ivan," Jawab Ku mengangkat telepon Pak Ivan.
Oliv, jadi Kamu saya ajukan menjadi tim utama. Saya sudah menangani proyek besar kita di Kalimantan. Sedangkan Kamu proyek baru ini Saya serahkan. Nanti Kamu hanya perlu ikut arahan dari Hana, sekretaris Pak Juan dan juga Marry sebagai tim utama penghubung Kamu dengan kantor cabang kita.
Aku tersenyum senang ketika tahu bahwa Marry juga ikut bersama Ku. Sungguh rasanya sangat senang bersama Marry dan Hana.
"Baik Pak, terimakasih Pak," ujar Ku kepada Pak Ivan.
"Oh iya Oliv besok setelah Kamu membahas dengan kantor utama tolong temui Saya, ada hal yang ingin saya bicarakan, di rumah saya saja," Kata Pak Ivan yang membuatku sangat penasaran.
Pak Ivan jarang meminta Ku datang ke rumah karena baginya urusan kantor yang di kantor. Apa ini bukan urusan pekerjaan ya? Ah jadi takutkan. "Baik Pak Ivan," jawab Ku yang tidak berani menanyakan lebih lanjut alasan kenapa harus bertemu di rumah Pak Ivan.
Tapi ya sudahlah ikuti saja.
Aku membaca email dari kantor pusat setelah sambungan telepon berakhir. ternyata itu adalah jadwal sekaligus pengingat jika ada rapat di kantor pusat dengan pegawai tim utama proyek ini.
"Kalau Aku ke sana artinya Aku bakal ketemu sama Nando. Gak papa, Aku akan hadapi itu. Aku bukan Oliv yang lemah, Queen not need King," ujar Ku membakar semangat dan rasa optimis Ku agar semakin bergairah dan berkobar.
Walau Aku tahu hari esok akan berat tapi Aku yakin aku bisa. Karena semangat walau banyak orang yang membuat gagal. Gagal bukan berarti hancur berantakan.