Aku tidak bisa berbuat apapun, aku hanya bisa melihat punggung Arkan yang semakin menjauh.
Ibu memapah tubuhku dan mengajakku masuk kedalam rumah, dan aku pun menuruti ajakan Ibu.
"Ini rumah siapa, Bu?" Tanya suami Ibu saat kita semua sudah berkumpul diruang keluarga.
Bukannya ikut menenangkan ku, dia malah bertanya soal rumah.
"Nak Amaira yang bikin, Pak." Jawab Ibu.
"Tapi kan tanah ini punya kita, bukan punya dia." Ucap suami Ibu sambil melirik sinis kearah ku.
Kayaknya suami Ibu masih sama seperti dulu, nggak berubah sama sekali.
"Tapi kan Amaira ini anak Ibu juga, Pak." Ucap Ibu membelaku.
"Terserah, yang jelas tanah ini bukan milik dia, jadi sewaktu - waktu dia harus keluar dari rumah ini." Ucap Pak Darmawan sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarku.
Jadi dia ingin mengusir kita dari rumah ini? Nyesel banget aku sudah membangun rumah sebagus ini, yang akhirnya akan dikuasai orang lain.