Aku biarin saja deh, kalau beneran Dini pasti dia nanti bakalan kirim pesan.
Setelah lama kutunggu ternyata Dini tak mengirimiku pesan, berarti tadi Papa yang menyuruh Dini menelfonku, bujan kehendak Dini sendiri.
Untung saja aku tak langsung mengangkatnya.
Kugeletakkan handponku diatas meja dan mengambil dompet Arkan untuk melihat isinya.
Aku penasaran, berapa Arkan menafkahiku. Betapa terkejutnya saat melihat isi dompet Arkan, ada uabg ratusan ribu yang jumlahnya mungkin lebih dari dua juta dan juga ada satu kartu kredit.
Kenapa Arkan berani banget ya meninggalkanku uang dan juga kartu kredit?
Padahal kan aku bukan siapa-siapanya.
Apa dia nggak takut kalau ternyata aku ini cewek matrek yang hanya ingin duitnya saja? Kenapa Arkan nggak berfikir kalau aku hanya memoroti duitnya saja?
Padahal kan kemarin aku terang-terangan nyuruh dia bawa uang, karena aku gak bawa uang sama sekali.
Kenap dia hanya nurut? Seperti sudah terhipnotis olehku.