Gimana kalau aku ngompol dicelana? Benar-benar mau keluar ini.
Akhirnya Kita sampai diPos 1. Dalam perjalanan nanti ada 3 pos. Hanya untuk istirahat sebentar agar nggak terlalu capek. Karena sebelumnya sudah dikasih tau kalau capek harus segera berhenti dan beristirahat walau cuma sebentar.
"Bella, aku pengen buat air kecil nih, dimana ya?" Tanyaku pada Bella.
Seketika Bella melihat kearah peta lebih dulu. Karena kita dianjurkan tidak boleh buang air kecil, buang air besar, buang sampah, atau buang apapun SEMBARANGAN. Dilarang keras.
Jadi apapun harus sesuai peta yang segala sesuatunya sudah disiapkan.
"Nanti di pos dua aja ya, Ra. Kamu tahan aja dulu. Bentar lagi kok." Ucap Bella.
Kita melanjutkan perjalanan ke pos dua.
Katanya sebentar lagi, perasaan ini udah lama banget nggak nyampek-nyampek.
"Bella, aku udah nggak tahan." Ucapku pada Bella.
"Oke-oke. Bentar." Ucap Bella masih melihat peta. "Kamu buang air kecil disana aja, Ra." Suruh Bella sambil menunjuk arah.
"Loh, bukannya kalau kesana malah semakin kedalam hutan ya?" Tanyaku pada Bella.
"Kamu tau apa sih, kan aku yang pegang peta. Kalau kamu takut tersesat minta temani aja sama Diana dan Rahel." Kata Bella meyakinkan. "Rahel, Diana, kalian temani dulu Amaira. Kita tunggu disini." Lanjut Bella.
Rahel dan Diana hanya mengangguk, seperti ogah mengantarku.
Aku, Diana, dan Rahel berjalan ke arah yang ditunjuk Bella.
"Ra, kayaknya disana ada sungai deh, terdengar sampai sini suara airnya." Ucap Diana.
Akupun mendengar suara gemercik air seperti sungai mengalir.
"Suara air sudah semakin dekat, Ra. Kamu kesana sendiri aja ya. Kita berdua tunggu disini." Ucap Rahel yang mendapat anggukan kepala dari Diana.
Sebenarnya aku takut. Tapi harus gimana lagi. Nggak mungkin juga aku maksa mereka berdua, yang ada nanti aku malah ditinggal.
Jadinya aku pergi sendiri.
Tapi semakin kesini suara gemercik air itu semakin jauh.
"Buang air disini nggakpapa lah. Yang penting kata Nenek harus izin dulu. Siapa tau aja penjaganya. Akhirnya.. lega juga"
Saat aku kembali ketempat Rahel dan Diana ternyata mereka berdua udah nggak ada.
Benar kan firasat aku dari tadi kalau mereka memang ingin meningggalkanku disini. Mereka tega banget sih. Trus aku harus kemana ini. Mana peta cuma satu, dibawa Bella lagi.
Aku berjalan mengikuti langkah kakiku. Saat ini memang hanya ada satu jalan, nanti kalau jalannya bercabang gimana? Semoga hanya ada jalan satu sampai ketempat tujuan utama.
Dan ternyata yang kutakutkan terjadi. Jalan ini bercabang 3. Jalan mana yang harus aku lewati?
Akhirnya aku memilih jalan yang tengah. Tak lupa aku meninggalkan petunjuk, agar jika aku tersesat aku bisa kembali ke jalan ini. Kuberi tanda disetiap pohon dengan menggunakan pisau kecil. Aku izin dulu sebelum menggores pohon, takut ada penunggunya.
Sampai setengah perjalanan aku sama sekali tak menemukan sebuah petunjuk, yang harusnya ada disetiap jalan.
Apa aku salah jalan. Tapi jalan ini seperti habis dilewati orang. Terlihat dahan-dahan kecil yang patah. Mungkin disana nanti ada petunjuk. Aku harus semangat.
Perasaan ini tanda yang tadi aku buat deh, kenapa aku balik lagi kesini.
Aku mencoba mengikuti tanda yang tadi aku buat, untuk keluar kejalan bercabang tadi. Tapi hasilnya nihil. Sudah seperempat jam aku hanya muter-muter dan akhirnya kembali lagi ketempat ini.
Lagi dan lagi aku mengalami hal seperti ini, kenapa harus aku yang tersesat? Kenapa harus aku yang dimana-mana punya musuh?
Apa salahku Ya Tuhan?
Kenapa selalu saja ada orang yang nggak suka denganku?
Perasaan aku juga udah berubah, aku udah nggak jahil lagi seperti dulu, tapi kenapa masih saja ketiban sial? Tapi kenapa masih saja punya musuh dimana-mana?
Dulu aku punya musuh gara-gara cowok, sekarang pun dimusuhi gara-gara cowok juga.
Tuhan ... tolong bantu aku melewati hutan ini, aku nggak mau tersesat disini.
Arkan, Dini, aku ada disini. Kenapa kalian nggak nyariin aku kesini?
Apa kalian nggak peduli denganku?
Nenek... tolong Amaira, Nek.
Maafin Amaira jika Amaira punya banyak salah sama Nenek.
Mama.. Papa.. Amaira disini sendirian, Amaira takut.
Hikkss hikkss.
Mama.. Papa.. tolong Amaira.
Tuhan.. kenapa Engkau begitu jahat padaku.
Bella.. apa salahku sampai dia tega meninggalkanku? Perasaan aku nggak pernah berbuat salah sama Bella.
Aku juga nggak pernah cari gara-gara sama Bella.
Tuhan, tolong jangan biarkan aku disini ketakutan, aku ingin pulang.
Aku rindu sama Nenek, Mama dan Papa.
Aku sangat merindukan mereka. Jika disinilah akhir dari hidupku, aku mohon pertemukan aku sama Nenek, Mama dan Papa terlebih dahulu. Aku ingin meminta maaf sama mereka. Aku punya banyak salah sama mereka, termasuk sama Mama dan Papa.
Mama... Papa... maafkan Amaira jika selama ini Amaira selalu membantah kalian. Maafkan Amaira yang selalu membuat kalian marah. Maafkan Amaira yang selalu membuat masalah. Amaira sangat menyesal.
Amaira sekarang sadar jika apa yang Mama dan Papa lakukan semua itu demi kebaikan Amaira, Amaira sadar jika sebenarnya Mama dan Papa itu sayang sama Amaira.
Ma.. Pa.. tolonglah Amaira.
Amaira nggak mau sendirian.
***
Sekali lagi kuikuti arah jalan yang tadi aku tandai tapi sama saja, selalu balik lagi ketempat ini. Lagi dan lagi balik ketempat yang bagiku begitu menyeramkan.
Banyak semak belukar disekitar sini, aku takut ada binatang buas.
Menurut yang aku ingat dalam peta, aku berada didalam hutan, bukan diluar hutan yang harusnya dibuat jelajah tadi.
Apakah nanti ada yang bisa menemukanku? Apakah ada yang mau mencariku?
Aku lelah, aku sangat lelah.
Lebih baik aku istirahat dibalik pohon besar ini. Semoga saja nanti Arkan bisa menemukanku, aku sangat yakin kalau saat ini Arkan sedang mencariku.
Ssrrkkk ssrrkkk
Tiba-tiba aku mendengar suara semak yang seperti sedang diinjak.
Aku sangat yakin kalau itu pasti binatang buas, nggak mungkin kalau itu manusia. Tapi, jangan-jangan itu Arkan yang sedang mencariku? Kalu beneran Arkan, pasti Arkan bakal memanggil-manggil namaku.
Ssrrkkk ssrrkkk
Suara itu semakin mendekat.
Apa yang harus aku lakukan?
Lebih baik aku lari, aku harus pergi dari sini, aku yakin itu binatang buas.
Akhirnya aku lari dari tempat itu, aku lari sekuat tenaga.
Aku terus berlari tanpa arah.
Hingga aku sampai ditempat yang kurasa cukup aman. Aku tahu jika aku semakin masuk kedalam hutan. Tapi bagaimana lagi, yang penting aku terhindar dari binatang buas.
Aku nggak tahu apa nanti bisa keluar dari tempat ini atau enggak? Yang jelas aku merasa aman untuk saat ini.
Aku capek.
Mungkin ini memang akhir dari segalanya.
Aku menyerah, aku pasrah. Setelah itu aku sama sekali tak ingat apa-apa.