Mas, kamarnya sudah siap," panggil Ustadzah Nikma pada suaminya itu dengan seulas senyum hangat pada Adam namun Adam tetap ada sepedih tatapan yang dalam, Ia menunduk kan kepalanya sedikit sehingga membuat dirinya tak mampu melihat Ustadzan Nikma, pun sebaliknya.
"Terimakasih Mi," ucap Rafly pada istrinya dengan semua nada lembut yang tampak menggetarkan hati dan raga.
"Nikma harus kembali, sedang membuat beberapa persiapan kue untuk acara," memang kebetulan sekali di sana sedang mengadakan acara yang paling spesial di rumah besar yang telah lama kehilangan kehangatan itu kini Adam mampu tak mampu untuk meneteskan air matanya dengan pedih ketika teringat wajah Rafly yang mungkin bisa membuat Pak Syahid melupakan lukanya sampai sembuh.
"Sampean kenapa kok ga diem di rumah saja," ucap Gus Rafly setelah mereka merasa lebih tenang dan santai, namun tidak dengan Adam. Hatinya kembali meluruh, jatuh membasahi kepingan luka luka yang tak sama sekali berubah.