Hujan lebat sedang melanda kota Barcelona. Penduduk yang sedang berjalan kaki berhamburan, mencari tempat untuk berteduh segera. Banyak dari mereka yang mendatangi toko-toko yang berjejer di tepian trotoar jalan, banyak juga dari mereka yang segera mencari penjual payung untuk mereka gunakan.
Kota Barcelona, salah satu Kota di Benua Eropa, dengan segudang destinasi wisata. Tak ayal, banyak para turis baik dari eropa maupun dari benua-benua lainnya, yang berbondong-bondong mengunjungi Barcelona. Mencuci mata, dan menikmati liburan akhir pekan mereka.
Namun, di balik indahnya kota Barcelona. Terdapat banyak rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Kota yang terkenal indah dan ramah, menyimpan puluhan sindikat mafia yang tak terlihat.
Mereka semua yang berkecimpung di dunia itu, mendapatkan perlindungan dari raja Mafia Eropa, Aldenza Romanov. Siapa yang tidak mengenal Mr.Romanov. Pemimpin sindikat mafia terbesar RAZTERIOZ, juga seorang Pria dengan laba bisnis yang tersebar di seluruh Benua Eropa. Namun, di balik kesuksesan yang Alden miliki sekarang, ia menyembunyikan identitasnya sebagai Ketua Mafia terkejam di eropa.
Aldenza Romanov, pria tampan, kaya raya, dan sempurna. Ia memiliki mimpi untuk menjadi penguasa dunia bisnis di seluruh Benua. Setelah bertahun-tahun, akhirnya dia berada di puncak kejayaan. Tidak hanya di Eropa, bahkan dirinya telah sampai di puncak kejayaan dunia bisnis Asia, dan Afrika.
Tapi itu cerita lama, cerita sebelum ia memiliki kesialan tentang dunia percintaannya. Di usianya yang ke 35 tahun, Alden jatuh cinta kepada seorang wanita yang salah. Ia yang telah memiliki tunangan dari satu tahun sebelumnya, memilih meninggalkan tunangannya demi seorang wanita yang telah merebut hatinya.
Kembali ke waktu yang sekarang. Di balik jeruji besi pintu keluar narapidana tercela di Kota Barcelona, tampak seorang pria tegap baru saja melangkahkan kakinya keluar. Ia menarik nafas dalam, hujan masih sangat deras mengguyur kota. Selain itupun dia ragu untuk pergi menuju ke mana.
Alden telah kehilangan semua hartanya, kekuasaannya, bahkan istrinya telah mengkhianati dirinya. Tidak ada lagi tempat untuk dirinya berpijak sekarang. Sahabat baiknya Garwyn dan Alger telah meninggal dunia, bibinya juga telah tiada. Sedangkan tentang adik sepupunya, Damian Calister. Ia bahkan tidak tahu dimana Damian berada sekarang.
Alden menyesali perbuatannya sekarang, karena rasa cintanya kepada seorang wanita. Dia kehilangan semua orang yang menyayangi dirinya. Bahkan sekarang dia menyesal karena melepaskan wanita yang dipilihkan bibinya untuk dia nikahi kala itu, tapi seperti kata pepatah 'Penyesalan hanya datang di akhir cerita, jika diawal itu bukan penyesalan tapi pendahuluan'.
"Haaa...," Alden kembali menghembuskan nafas berat. Entah telah berapa kali ia melakukan itu, selama ia berdiri. Hujan telah mereda, sayup-sayup kicauan burung kecil yang berkeliaran di semua penjuru kota telah kembali terdengar.
'Aku tidak bisa berbuat banyak sekarang, yang harus aku lakukan untuk sementara waktu adalah bersembunyi dengan baik, dan menyusun rencana pembalasan,' batinnya.
Setelah hujan benar-benar berhenti, Alden mulai melangkahkan kakinya. Berjalan secara perlahan meninggalkan lapas jeruji besi yang telah ditinggalinya selama 10 tahun lebih.
Meskipun dia sendiri, tetapi hatinya tetap sedikit menghangat sekarang. Bukankah setelah dia bebas, dia bisa kembali merebut apa yang menjadi haknya. Alden itu orang yang licik, kejam, dan tanpa ampun. Jika bukan karena dibutakan oleh cinta, mana mungkin dia bisa terjatuh dengan menyedihkan seperti sekarang ini.
Braakkk... Suara benturan keras dari sebuah mobil di jalanan sepi, Kota Barcelona.
Sepertinya Dewi Fortuna memang sedang membenci Alden. Baru saja ia bisa menghirup napas dunia luar dengan bebas, tapi malah mengalami kecelakaan yang akan merenggut nyawanya.
Alden mengalami pendarahan di kepala, matanya mulai terasa berat, napasnya tersengal-sengal seperti ikan kekurangan air, Seluruh tulang di badannya terasa patah. Bahkan untuk bicara sepatah kata saja, ia sudah tak sanggup lagi.
Mobil yang menabraknya tiba-tiba berhenti, siluet seorang wanita perlahan menuruni mobil tersebut dan berjalan ke arahnya. Meskipun samar, Alden masih bisa mengenali suara yang menyapa telinganya halus.
"Yah, dia sudah mati! sayang sekali. Padahal akan lebih menyenangkan jika dia melihat kita bersama." tutur seorang wanita yang masih terdengar suaranya oleh Alden.
"Sudahlah, biarkan saja sayang. Lebih baik kau bantu aku untuk membawanya kepada pria itu. Jangan sampai, pria itu mengamuk hanya karena kita telat memberikan jasad pria bodoh ini!" jawab seorang pria, yang Alden tak tahu itu siapa.
"Haaa... kenapa semua orang menjadi bodoh karena cinta, sih. Lihatlah! dia mati karena cinta, aku juga yakin pria itu nantinya akan mengalami hal yang sama." Cemooh wanita itu, dengan nada bicara yang merendahkan.
"Hentikan, Laura! jangan banyak bicara, dan bantu aku."
"Laura! kau benar-benar menguji kesabaranku. Maafkan aku karena telah menyia-nyiakan kalian Bi, Lie. TAPI AKU BERJANJI DAN AKU BERSUMPAH DEMI NAMA DEWA KEMATIAN, LUCIFER. JIKA AKU BISA MENGEMBALIKAN WAKTU, AKU AKAN MEMBALASKAN DENDAM BERDARAH INI HINGGA KE TANAH PEMAKAMAN MEREKA. KAU HARUS MENDAPATKAN PEMBALASAN YANG LEBIH, DARI KEMATIAN, LAURA MAGDALENA!" Sumpah itu terucap di dalam hati Aldenza dengan penuh kebencian. Jeritan dari sumpah itu menggelegar, hingga ke ranah para dewa.
Lucifer, seorang manusia setengah dewa yang disebut-sebut sebagai dewa kematian itupun, tertawa terbahak karena sumpah yang diucapkan Alden. Ia tersenyum dengan menyeringai. Lucifer telah hidup beratus-ratus abad di dunia para dewa. Kegiatannya yang monoton, hanya bersantai menonton segala hiruk pikuk kehidupan di dunia manusia yang dikendalikan oleh para Angel.
"Selama ini, tidak ada yang menyanjungku dengan bersumpah atas namaku. Haaa sungguh manusia yang pandai, aku akan mengabulkan permohonan baikmu itu!" ucap Lucifer dengan senyum sumringah yang mengembang.
"Luci, hentikan! jangan mengacaukan tulisan cerita para Angel. Aku tidak ingin di berikan petuah-petuah bodoh mereka, nantinya." Cecar seorang dewi cantik yang menemani hari-hari Lucifer di istana dewa miliknya.
"Ayolah, Cleo. Jangan mengganggu kesenanganku! Dia memujaku, tentu saja aku akan mengabulkan permintaannya." Lucifer tidak mendengar peringatan dari Cleopatra. Seorang Dewi Cinta, yang menentukan garis keturunan dan benang merah percintaan.
"Humm... Kau memang keras kepala, Luci. Baiklah! jika kau memberkatinya, maka aku akan menghukumnya. Aku akan mengaitkan benang merah buta miliknya, kepada seorang wanita dari kehidupan masa lalunya." Ancam Cleopatra kepada Dewa Kematian itu.
"Lakukan saja, itu bahkan akan lebih menarik."
Cleo tersenyum semirik. Memang benar, Lucifer seorang Dewa tanpa kasih. Tentu saja, hal serupa percintaan tidak penting baginya, tapi bagaimana dengan manusia yang baru saja diberkati kehidupan kedua olehnya.
"Pilihan yang gegabah, sayang. Anak pilihanmu itu akan kembali menderita karena percintaan." Cleo menghilang dari pandangan Lucifer, kembali ke Hall Istana miliknya dan melakukan pekerjaannya lagi.
"Kau akan bahagia, anakku. Pria itu akan bertekuk lutut pada hatimu yang telah membeku. Semoga dengan ini, sakit hatimu terbalaskan, Cornelia." gumam Cleopatra, dengan senyuman hangat.
~Continue~