Seketika semua orang terdiam, badan ku terasa kaku sudah ada 25 orang disebut satu persatu, tapi nama ku belum juga disebutkan. Aku awalnya sudah mulai putus asa dan tidak berharap lagi pada saat itu.
Setelah semua selesai disebut satu persatu ahirnya, semua di ijin kan untuk menunggu, dan yang tidak disebut nama nya bisa pulang.
Setelah semua yang tidak disebut nama berdiri dari kursi masing-masing, dan salah satu nya aku juga ikut berdiri.
Seorang laki-laki berjalan menghampiri ruangan kami, "Tunggu sebentar, masih ada satu orang lagi, dengan nilai tertingging" ucap laki-laki itu.
Semuanya terhenti daan menunggu, pada saat itu aku sudah tidah berharap lagi, apa lagi disebut dengan nilai tertinggi.
"Dengar baik-baik," seketika laki-laki itu terdiam dan ahirnya melanjutkan pembicaraan nya.
"Dengan nilai 9,5 atas nama,… " semua semakin terdiam.
"Atas nama Rey, dan yang lain sudah boleh meninggalkan ruangan ini." Laki-laki itu pun langsung pergi meninggalkan kami diruangan bersama dengan rekan dia yang membagi lembar jawabannya.
Pada saat itu aku merasa kaget seolah bagaikan mimpi. Dan seorang teman disebelah ku bilang "Itu kan kamu kan?" aku masih terdiam.
"Hei, kenapa bengong?"
"Aku tidak menyangka nama aku disebut kan dengan nilai tertinggi lagi."
"Itu mah sudah biasa," dan memberikan tangan nya untuk berjabat tangan. Kebetulan disebelah aku itu salah satu yang disebut nama nya.
"Kenalin, nama ku Sebastian," aku juga mengulurkan tangan untuk berjabat dengan dengan nya.
"Aku Rey, salam kenal aja ya?"
"Ok Rey, boleh gak aku mintak no Hp kamu Rey?" Sebastian sambil mengeluarkan Hp. Kebetulan pada saat itu aku sangat ingat dengan no Hp ku.
"Tentu boleh, 0812 *** "
"Terima kasih ya Rey?"
"Sama-sama Sebastian,"
"Panggil Tian aja, soal nya aku uda biasa dipanggil Tian dari dulu nya."
"Ok Tian," Aku lanjut untuk duduk ditempat duduk ku.
Dan salah satu pengawas nya berkata, "Bagi yang tinggal kita lanjut tes IQ dan kecepatan, kalau saya sebut stop, berarti semua nya harus meletak kan pena dimeja, dan kalau saya bilang lanjut, boleh lanjut, paham?"
"Paham Bu," dengan serentak semua nya menjawab.
"Ok, kalau paham bisa kita lanjutkan?"
"Bisa Bu," semua menjawab.
"Baiklah," Ibu itu maju kesalah satu meja dan memberikan kertas
"Tolong bagi untuk semua nya, sebelum kita lanjut Ibu akan jelas kan untuk soal yang pertama," berjalan, menuju mejanya dan duduk.
"Ini adalah soal menambakan, jika jawaban 15 kalian hanya perlu menulis 5 saja dan seterus."
Berdiri menuju papan tulis dan memberikan contoh:
Soal : 2 7 8 9 9 5 6 8 7 3 8 9
Jawaban : 9 5 7 8 4 1 4 5 0 1 7
Semberi menjelaskan bagai mana cara mengerjakan soal tersebut.
"Bagi yang sudah biasa bekerja akan mengerti dengan soal ini, tapi bagi yang belum akan saya jelaskan sedikit saja," ucap Ibu itu, dan semua nya masih terdiam melihat nya
"Jika 2+7=9 kalian hanya bisa menulis langsung dibawah dan jika 7+8=15 kalian cukup menulis angka lima, 8+9=17 kalian cukup menulis angka 7 saja, apa sudah paham dengan soal ini?"
"Paham Bu," semuanya serentak menjawab nya. Tapi masih banyak yang bilang mengerti tapi tidak mengerti juga. Yang penting bagi mereka menjawab nya.
"Baik lah, bisah kita lanjut, ini adalah tes kecepatan, setiap satu menit harus pindah, jawab lh sebisa kamu. Saat Ibu bilang pindah harus pindah ya, baik kita mulai."
Semua langsung mengambil pena masing-masing
"Mulai," ujar Ibu itu, dan semua langsung mulai
Satu soal aja begitu panjang, belum ada di antara kami yang bisa sampai selesai, karena pada saat itu tes kecepatan, tangan ku aja pada saat itu sampai pegal untuk mengerjakan satu soal.
Setelah satu menit berlalu, "pindah,"
Semua nya harus lanjut ke kesoal berikutnya. Dan seterus nya seperti itu.
Sampai-sampai tangan semua orang sampai kaku. Semakin lama, untuk menulis jawaban nya semakin pendek, karena merasa kaku bangat tangan nya.
Setelah 15 menit berlalu.
"Stop," semua nya langsung berhenti seketika, dan tidak diperbolehkan satu orang pun memegang pena.
Ahirnya jawaban dikumpul kan. Pada saat itu semua disuruh istirahat selama 5 menit saja.
Setelah 5 menit berlalu, setelah habis istirahat lanjut untuk tes mata.
pada saat itu aku merasa takut karena aku tidak bawak kaca mata, sementara aku uda rabun jauh. Aku merasa makin tidak percaya diri. Ahirnya dipanggil satu persatu untuk tes mata. 20 menit pun telah berlalu dan tiba saat giliranku.
Aku merasa takut, karena sebelum nya tidak ada disebut test mata.
Dan aku pun maju kedepan, dan duduk. Saat itu diberikan beberapa lembar kertas.
Ternyata isi adalah angka yang samar-samar dan dena jalan yang begitu samar juga. Sebelum ditanyakan kepadaku, aku berdoa dalam hatiku, 'Bantu aku oh Tuhan, muda-mudahan aku bisa menjawabnya'
"Ini apa?"
"8," aku menjawab, pada saat itu tidak salah dan lanjut kelembar berikutnya
"ini,"
"25," dan semakin lama semakin cepat untuk next nya.
"Selanjutnya," dan seterus seperti itu. Dan yang terahir.
"Tunjukkan jalan dari A ke B," aku sempat kebingungan karena diwarnai dengan warna yang samar-samar. Dan dengan percaya dirinya aku menunjukkan arah jalan dari A ke B.
"Apa kamu yakin?"
"Yakin Bu,"
"Ok, kamu bisah duduk kekursimu lagi." sambil aku pergi meninggalkan Ibu itu dan kembali dikursi ku lagi. Seterus nya juga begitu sampai selesai semua.
Setelah semua selesai, kami disuruh untuk menunggu selama 10 menit. Pada saat itu sudah mau hampir jam istirahat para pekerja.
Setelah 10 menit kami menunggu, ahirnya keluar pengumuman selanjutnya.
"Baiklah, dari semua test ada 15 orang yang tidak bisa lanjut untuk ketahap berikutnya, bagi siapa yang disebut nama nya, besok datang untuk interviuw sekitar jam 08.00 harus uda tiba, paham?"
"Baik Bu," semua serentak menjawabnya. Aku tidak terlalu percaya diri untuk masuk ketahap selanjutnya. Dan dan ahirnya satu persatu dipanggil. Sudah 13 orang yang disebut nama nya, tinggal ada 2 orang lagi. Sementara bagi siapa yang belum disebut nama nya masih pada berharap.
"Sebastian," disebut Ibu itu, dan yang tersisa tinggal satu nama lagi dari 16 orang yang belum disebutkan. Aku merasa deg-degan.
"Rey, itu adalah nama yang lolos, dan buat yang lain boleh dicoba di lain waktu. semua nya sudah boleh pulang," sebut Ibu itu. Aku pun merasa kaget, seolah-olah tidak percaya bahwa aq bisa lanjut. Aku senang bangat pada saat itu. Tidak lupa aku selalu bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan keluar ruangan.
'Terima kasih Tuhan Engkau lancarkan test hari ini.'