Pagi ini matahari terbit dengan memancarkan sinar hangatnya. Menelusup kan sulur cahayanya dengan manja melalui celah gorden dan ventilasi udara. Meskipun begitu sinar hangat matahari pagi ini tidak membuat seorang gadis cantik yang masih tetap meringkuk di atas kasurnya. Sesekali terdengar suara teriakan dari luar kamarnya tidak menyurutkan niatnya untuk menikmati hari libur.
"Elia cepat bangun, sarapan! " Teriak seorang wanita paruh baya dari luar kamar anak gadisnya.
Ya gadis itu adalah Cerelia Chanda Tatyana atau yang lebih dikenal dengan Elia. Gadis cantik dengan tinggi 160cm dan memiliki kulit seputih susu itu.
Elia baru saja tiba di Indonesia tadi malam sebelumnya dia tinggal di luar negeri dan bersekolah di sana karena sesuatu hal. Selain bersekolah disana, gadis cantik dengan rambut hitam legam itu juga menjadi model beberapa pakaian dan juga iklan lainnya.
Akhirnya kelopak matanya mulai bergerak-gerak dengan perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kamar bernuansa putih itu. Dia menggeliatkan tubuhnya masih dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.
"Elia sudah bangun ma! " Jawabnya dengan suara parau khas bangun tidur kemudian meraih air putih yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.
Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul semua, Elia segera bangun dari ranjangnya kemudian menuju ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Kemudian gadis itu pun keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan dimana sudah ada keluarganya yang berkumpul.
"Kenapa semuanya sudah rapi? " Tanyanya dengan kebingungan melihat semua anggota keluarganya sudah berpakaian rapi seperti hendak pergi ke suatu tempat. Elia pun duduk di samping adik laki-lakinya.
"Hari ini kita akan berkunjung ke rumah nenek! " Jawab sang adik yang tetap melanjutkan sarapannya.
"Oh aku tidak ikut pa, masih lelah. Lagipula nanti juga mau beli perlengkapan buat sekolah disini! " Kata Elia sambil mengambil nasi goreng yang sudah dibuat oleh mamanya.
"Bilang aja kakak nggak mau kesana karena signalnya susah! " Timpal Theo mengejek alasan kakaknya itu dimana membuat sang kakak langsung menendang kakinya yang berada di bawah meja.
"Belanja lain kali aja El, kamu juga udah lama nggak ke rumah nenek. Lagipula kamu disini belum ada teman takutnya kalau kamu kesepian! "
"Emm kapan-kapan aja ma, Elia kesana sendiri! "
"Yang dikatakan mama benar juga El, mending kamu ikut kita! " Ujar sang papa yang merasa khawatir jika harus melepaskan putrinya sendirian di luar sana.
"Emm gini aja pa, biar Theo yang temenin kakak. Lagian kakak udah lama nggak disini pasti belum tahu kalau Jakarta sudah banyak berubah."
Elia pun membulatkan matanya mendengar ucapan sang adik yang ingin menemaninya.
"Husst aku tahu sebenarnya kak Elia ingin pergi menonton film baru kesukaan kakak kan? " Tanya Theo sambil berbisik ditelinga sang kakak.
"Dari mana kamu tahu? " Tanya balik Elia kepada sang adik.
"Aku tentu saja tahu! Kalau kakak ikutin saran aku, aku nggak ngomong ke mama kalau kakak jadi cucu durhaka yang lebih pentingin nonton daripada pergi ke rumah nenek! "
"Ahh baiklah baiklah! " Ujar Elia pasrah mendengar perkataan adiknya.
"Gimana ma, pa? "
"Ya udah nanti papa panggil pak Jaya aja buat sopirin ke rumah nenek! " Kata sang papa yang menyetujui ucapan anak bungsunya.
"Tapi kalian nanti jangan pulang malam-malam, makan malam di rumah aja! " Peringat mama pada kedua anaknya yang sekarang sudah tumbuh dewasa itu.
"Baik ma! "
Setelah selesai sarapan mereka pun segera melanjutkan aktivitas masing-masing. Sementara itu Elia segera membersihkan tubuhnya. Selesai membersihkan tubuh Elia segera berpakaian dan merias wajahnya. Tak lupa dia membawa masker dan juga topi yang sekarang menjadi barang wajib yang harus dibawa.
"Kakak nggak salah pakai baju sama celana kayak gini? " Tanya sang adik yang sejak tadi menunggu kakaknya di ruang TV.
"Emangnya kenapa? " Tanyanya kemudian melihat pakaian yang sedang dia gunakan. Dia merasa tidak ada yang salah. Dia memakai kaos lengan pendek dengan celana jins panjang.
"Kakak kayak gembel! " Jawab sang adik melihat celana kakaknya yang robek di beberepa bagian.
"Yaaaa ini celana edisi terbaru bodoh! " Kata Elia kesal kemudian memukul kepala sang adik. Theo pun segera berlari menuju garasi mobil rumah mereka dan diikuti oleh Elia di belakangnya.
Theo pun segera mengeluarkan mobil sport kesayangannya yang merupakan hadiah dari papa dan mamanya ketika dia berulang tahun ketujuh belas tahun dan itu baru beberapa bulan yang lalu.
"Yaa kakak tidak perlu menutupnya terlalu kencang seperti itu! " Kata Theo kesal melihat kakaknya yang membanting pintu mobilnya dengan keras. Bagaimana tidak, sekarang mobil itu adalah barang kesayangannya. Dia harus merengek kepada kedua orang tuanya agar memberi hadiah mobil padanya dan mengizinkan dirinya untuk mengendarai mobil sendiri.
"Akan lebih bagus jika pintunya lepas! " Jawab Elia sembarangan kemudian segera menutup lubang telinganya dengan earphone agar tidak mendengar adiknya yang masih menggerutu.
"Harusnya kakak itu berterimakasih padaku, jika tidak ada aku kakak akan berjalan dari rumah sampai ke luar komplek. Kakak tahu sendiri kan tidak boleh sembarang mobil yang masuk ke komplek kita! "
"Hmm...! "
"Nanti kakak aku turunin di mall, kakak nonton sendiri aku mau ketemu temen-temen. Kalau udah nanti hubungin aku, aku jemput kakak! "
"Aku tahu! " Jawab Elia malas mendengar ocehan sang adik yang tiada hentinya itu. Meskipun mereka terlihat tidak akur dan sering bertengkar tapi dalam hari mereka saling menyayangi satu sama lain. Dan juga sering merasa khawatir jika tidak mendapat kabar dari satu sama lain setiap harinya.
Setelah sampai di mall, Elia pun segera bergegas untuk membeli tiket. Tak dapat dia pungkiri jika bioskopnya akan seramai ini karena film yang akan dia tonton memang benar-benar film action yang bagus.
"Kak satu tiket film kursi G! " Pinta Elia pada petugas tiket.
"Maaf kak untuk deretan kursi G semuanya sudah terisi! " Jawab petugas tiket dimana membuat Elia sedikit kesal. Bagaimana tidak kursi itu adalah deretan terfavoritnya untuk menonton.
"Satu aja masa nggak ada sih kak? "
"Maaf kak sudah tidak ada, ini tinggal kursi bagian A dan L! "
"Ya sudah A saja! " Jawab Elia kemudian menyerahkan kartu debitnya untuk membayar.
Setelah medapat tiketnya, Elia duduk di ruang tunggu sambil tetap mendumel kesal karena tidak mendapatkan tempat duduk yang dia inginkan.
Tak lama kemudian bioskop pun dibuka, Elia dan penonton yang lain segera memasuki ruangan itu. Baru saja duduk di tempatnya Elia sudah dibuat kesal oleh orang-orang disampingnya. Bagaimana tidak mereka semua berpasangan dan hanya dia yang sendiri.
Setelah beberapa menit akhirnya film pun di putar. Tak lama kemudian masuklah seorang laki-laki yang memakai hoddie dan juga masker duduk di tempat yang Elia inginkan. Yang lebih membuatnya kesal dari duduk di samping orang-orang berpasangan itu adalah orang yang baru saja masuk itu duduk sendiri di kursi itu.
"Dia gila? Memesan satu deret tempat duduk hanya untuk dirinya sendiri! " Gerutu Elia, meskipun laki-laki itu terlihat gagah tapi tindakannya membuat Elia kesal.
Sepanjang pemutaran film, Elia benar-benar tidak bisa menikmatinya. Selain jauh dari layar tapi orang-orang tidak tahu malu disampingnya yang sedang berciuman itulah yang membuatnya semakin kesal lagi. Meskipun ini bukan pertama kalinya dia melihat orang berciuman secara langsung tapi tetap saja itu membuatnya kesal.