"Jawab jika papamu sedang berbicara, Taku!" bentak Tuan Akira. Ia semakin melotot ke arah Takumi. Rasa lelah sudah membuatnya kalap.
Takumi langsung gelagapan mendengar bentakan ayahnya itu. Ia bingung harus bereaksi seperti apa lagi. Selama ini, semua yang ia lakukan biasanya ayahnya tidak terlalu peduli. Jadi, sering kali Takumi memilih diam ketika ayahnya sedang dalam mode kejam dan mengomel padanya.
"Maafkan aku, Pa! Tadi itu, Itsuki yang menawariku untuk mengantarku pulang. Jadi, kupikir dari pada aku naik bus, tentu lebih baik menumpang ke mobilnya Itsuki, Pa. Lagipula, Taku baik-baik saja kok. Tidak ada yang sakit." Takumi bercerita, takut-takut. Wajahnya tertunduk. Ia masih tidak berani melihat sorot mata ayahnya yang terlihat begitu kejam itu.