Seiichiro terseok-seok berjalan menghampiri Rin. Kakinya terluka. Tangannya mencengkeram lengan kiri. Darah keluar dari sela-sela jemarinya.
Tangisan Rin semakin menjadi. Kenapa malah Seiichiro yang lebih dulu menyelamatkannya? Ia berharap jika itu adalah suaminya. Namun, itu tak lagi penting. Rin hanya ingin segera keluar dari tempat ini, dan pulang menemani anak-anaknya.
Pertama, Seiichiro membuka kain yang menyumpal mulut Rin. Selanjutnya, ia melepaskan ikatan tangan dan kaki Rin.
Kini, Seiichiro membantu Rin berdiri. Ditangkupnya pipi pucat Rin menggunakan tangan yang bersimbah darah.
Mata Rin menjadi berkaca-kaca, tak tega melihat wajah Seiichiro yang babak belur dengan tubuh penuh luka sayatan.
"Rin ... -chan, kau ... tidak apa-apa?" tanya Seiichiro terbata. Sesekali ia menggertakkan giginya, menahan segala rasa sakit yang menyayat tubuhnya.
Rin hanya mengangguk. Detik berikutnya ia memeluk erat Seiichiro. Rin terlihat sangat ketakutan.