"Aku tahu hal itu. Tapi, setidaknya warisan yang diberikan oleh kakekku nanti, akan cukup untuk membiayai hidupmu dan anakmu. Selain itu aku juga akan segera dewasa. Setelah itu, aku bisa melakukan apa pun untuk menebus semua kesalahan yang mungkin papaku perbuat padamu," ujar Takumi, yakin.
Takumi hanya berharap ayahnya tidak menjadi milik orang lain. Anggap ini keegoisan Takumi sebagai seorang anak.
"Anata, hentikanlah! Biar aku yang menjelaskan pada Taku." Tuan Akira berusaha menenangkan wanita itu.
Nyonya Emilia malah tersenyum sinis.
"Huh! Kau belum mengerti juga ya, Takumi-kun? Kau pikir ada lelaki lain di luar sana yang mau menanggung hidupku yang menjanda karena Akazawa, hah?! Seorang janda beranak satu, yang bahkan diusir oleh keluarga besarnya. Siapa yang mau menanggung beban itu?