"Bolehkah aku terus mencintamu?" tanyaku lagi. Meski terdengar kekanakkan, tapi hal-hal sederhana seperti ini sangat disukai oleh para perempuan.
"Tentu saja!" jawabnya, sambil tersenyum manis.
"Aku sungguh mencintaimu, Sayang!" kataku lagi.
"Aku juga mencintaimu," balasnya malu-malu.
Aku memeluk tubuh Rin dengan erat. Sangat erat. Aku jatuh cinta kepada Rin untuk yang ke ribuan kalinya.
"Sayang, ugh ... aku tidak bisa bernapas. Kau terlalu erat."
Aku langsung melepaskan pelukanku setelah mendengar keluhan Rin baru saja.
"Maafka aku, Sayang," ucapku, menyesal.
Dia menyerahkan kalungnya, untuk kupakaikan di lehernya.
Aku tersenyum, entah kenapa aku jadi sering tersenyum jika di dekatnya. Padahal, kita bukan lagi di usia muda yang pantas mengumbar-umbar kemesraan seperti ini. Apalagi di depan anak-anak. Ini sudah 10 tahun usia pernikahan kami.