"Sialan!! Aku hanya memukulmu sekali tapi kau membalasku dua kali, Minami!"
Takumi bersiap, ia hendak melayangkan tinjunya ke arah Itsuki, tapi berhenti saat tepat di depan hidung Itsuki.
"Baiklah, aku menyimpan tinju ini dulu. Suatu saat aku akan memberikannya padamu."
"Puih! Kau berakting keren, Akazawa."
Itsuki berdecih. Rasanya dua tonjokan sepertinya kurang. Itsuki masih kesal pada teman sekelasnya itu.
Sakurako yang tadi berada jauh di belakang, kini berdiri di antara Takumi dan Itsuki. Ia meraih tangan kiri Takumi dan tangan kanan Itsuki, kemudian menautkannya.
"Biasanya di drama itu, setelah lelaki berkelahi mereka akan menjadi teman. Yosh! Ayo baikan dan menjadi teman!"
"Ugh ... menjijikkan !" ucap Takumi dan Itsuki serempak. Mereka buru-buru menarik tangan mereka dan meninggalkan Sakurako seorang diri. Takumi berjalan ke Barat, dan Itsuki berjalan ke Timur.
Sakurako melihat kedua punggung para remaja itu semakin menjauh. Ia bergantian melihat punggung Takumi dan Itsuki. Sakurako langsung dilanda kebingungan kembali saat ini.
***
Sakurako berjalan perlahan menuju sofa. Di sana, Takumi mulai tertidur seusai menonton drama bersama Sakurako. Sakurako memakaikan selimut pada Takumi.
"Takumi-kun?" panggil Sakurako lirih.
Walaupun samar, tapi Takumi masih dapat mendengarnya. Takumi belum terlalu tidur pulas saat ini.
"Hmm?" sahut Takumi, masih memejamkan mata.
"Kalau seandainya ... suatu saat aku menghilang, apa yang akan kau lakukan, Takumi-kun?"
"Tentu saja aku akan mengadakan pesta dan menyalakan petasan yang banyak, Sakurako," jawab Takumi, setengah ngelindur.
Setelahnya, tidak ada percakapan lagi di antara mereka berdua.
Beberapa jam kemudian, Takumi merasakan punggungnya sakit akibat salah tidur. Ia bangun gelagapan. Dilihatnya sekeliling ruangan, tapi kosong. Suara Sakurako tadi benar-benar mengusik tidur Takumi. Takumi bahkan tidak dapat membedakan yang mana mimpi dan yang mana kenyataan. Apakah suara Sakurako tadi berasal dari alam mimpinya Takumi? batinnya.
Lalu, untuuk apa juga gadis itu berbicara akan menghilang? Apa ingatannya sudah kembali? Seharusnya, Takumi merasa senang, tapi kenapa ia malah merasa berat? Takumi memikirkan segala kemungkinan.
"Rako-chann, kau di mana?" gumam Takumi.
Hening.
"SAKURAKO!!" teriak Takumi. Ia tak bisa membayangkan jika Sakurako benar-benar akan menghilang.
Mata Takumi tiba-tiba terasa panas dan pedih. Pandangannya mengabur akibat bendungan air mata yang siap jebol kapan saja.
"SAKURAKO!! SETIDAKNYA KAU HARUS BERPAMITAN DULU SEBELUM PERGI!! HUHUHU ..." tangis Takumi pecah. Ia benar-benar takut kehilangan Sakurako.
"Ada apa, Takumi-kun?" ucap sosok gadis bermata lavendel di ambang pintu, Sakurako.
Sakurako melihat keadaan Takumi yang kacau. Ia juga masih melihat jelas jejak air mata di pipi Takumi.
Takumi terlonjak ketika melihat Sakurako masih berada di rumahnya ini. Takumi sangat malu karena ketahuan menangis seperti anak kecil. Ia merutuki tindakannya baru saja.
"Ti-tidak ada. Tidak ada yang memanggilmu!" Takumi melompat ke sofa dan menutupi wajahnya dengan selimut. Benar-benar konyol. Setelah sekian detik, ia memunculkan sebagian wajahnya.
"Hey tunggu! Dari mana saja kau, hah?!"