Itsuki memasuki kelas dengan langkah cool-nya. Dia melihat Takumi meletakkan kepalanya di bangku sambil melihat ke luar jendela. Itsuki duduk tepat di belakang Takumi.
"Hey, aku tadi membawa gadismu ke UKS," ujar Itsuki membuyarkan lamunan Takumi.
"Dia bukan gadisku!" bantah Takumi, malas.
"Kalau begitu dia gadisku." Itsuki mengatakannya santai sembari mengeluarkan alat tulis.
"Hey! Kau?" Tiba-tiba saja Takumi mengerang mendengar penuturan Itsuki.
"Lagipula kenapa kau membawanya ke UKS, eum? Memang boleh yang bukan pelajar memakai UKS sini?" tambah Takumi.
"Tentu saja boleh, 'kan yang bertugas menjaga ruang kesehatan adalah bibiku sendiri," jawab Itsuki, santai. "Tapi tunggu! Lalu, apa pedulimu, Akazawa?"
"Tidak, aku tak peduli. Aku hanya heran, seingatku dia baik-baik saja saat kutinggalkan bersamamu tadi."
Takumi mulai mencemaskan keadaan Sakurako. Bukannya apa-apa, kalau Sakurako ternyata anak ketua mafia bagaimana? Kalau Sakurako mengadu yang bukan-bukan saat ingatannya kembali nanti bagaimana? Ah, memikirnya saja sudah membuat Takumi frustrasi.
"Sepertinya dia demam gara-gara kehujanan tadi."
"Hah??! Kalian main hujan-hujanan? Berdua?" Takumi mulai syok membayangkannya.
Itsuki mengangguk. "He'em. Bukankah begitu romantis? Membiarkan tetesan air hujan menembus hingga menyejukkan hati. Lalu, berteduh di bawah payung sempit berdua. Berjalan beriringan menembus hujan dengan saling merengkuh dan--"
Brak!
"Hentikan, Minami-san! Kalian kira kalian sedang syuting drama, hah!" bentak Takumi. Ia menghentakkan kakinya ke lantai dan berjalan dengan langkah lebar menuju luar kelas.
Itsuki menggelengkan kepala, tak mengerti. "Tck tck tck dasar, bocah lima tahun!" gerutu Itsuki menatap kepergian Takumi.
Baru juga beberapa detik keluar, Itsuki melihat Takumi kembali lagi ke kelas. Masih memasang wajah merajuk seperti bocah menurut Itsuki. Memang mau pergi ke mana di saat pelajaran masih berlangsung?
Pergantian jam pelajaran, kelas 1F kembali ricuh seperti biasanya. Takumi sekelebat melihat Itsuki yang berada di bangku belakangnya.
"Sejak kapan kau peduli dengan orang lain, Minami-san?"
"Sejak kau berkata kalau Rako-chan bukan gadismu." Perkataan Itsuki menimbulkan kerutan di dahi Takumi.
"Chan?! Sejak kapan kalian sedekat itu, hah?!" pekik Takumi, seolah tidak terima.
"Sejak tadi pagi," jawab Itsuki tanpa beban. Dia memang sangat suka mengerjai orang lain.
"Kuperingatkan sekali lagi, Minami-san! Jangan mendekati dia lebih dari ini jika kau tidak ingin menyesal nantinya, Minami-san!" ucap Takumi, penuh penekanan.
"Lalu? Apa salahnya? Kau berkata bahwa ia bukan gadismu, 'kan? Jadi mulai sekarang dia adalah gadisku." Itsuki berbicara dengan begitu ringan tanpa beban. Seperti sebelumnya.
"Apa begini sifat aslimu? Bertemu perempuan asing lalu menjadikan dia gadismu, cih!" Takumi menatap sinis.
"Tidak semua gadis, hanya Sakurako!"
"Kau tidak takut kalau dia orang yang berbahaya? Bahkan, aku sendiri tidak tahu asal usulnya, Minami." Takumi berusaha memancing Itsuki agar berpikir dua kali untuk mendekati gadis asing bernama Sakurako itu.
"Dia terlalu manis dan polos untuk ukuran seorang penipu. Dan tidak mungkin tangan selembut sutera itu mampu mengancam keselamatan jiwa, Akazawa." Itsuki memberi bantahan yang membuat Takumi bungkam.
***
Bel istirahat berdering, suara tersebut menjadi penyegar bagi para siswa yang letih dengan kegiatan belajar. Takumi langsung bergegas menuju ruangan UKS.
Hatinya bergejolak, sedangkan kakinya seolah mengingkari hatinya untuk melihat kondisi Sakurako. Namun, sebelum tiba di ruangan UKS, Takumi dihadang seseorang yang meminta bantuan untuk menghantarkan buku di perpustakaan. Tanpa menolak, Takumi langsung saja membantu orang itu.
"Setelah ini, aku harus melihat gadis gila itu, entah mengapa aku merasa khawatir padanya." Takumimenyusun beberapa buku yang ia bawa dan meletakkannya sesuai dengan urutan dalam rak buku.
"Apakah ia sudah makan? Sepertinya , tadi pagi ia makan sangat sedikit. Tapi, apa perduliku? Haruskah kubelikan dia makanan? Ah, seharusnya aku membagi bekalku tadi untuknya juga." Takumi bermonolog.
Pada akhirnya, Takumi membeli beberapa menu makanan, lalu bergegas menuju ruangan UKS.
Sesampainya di depan pintu ruangan, Takumi mengurungkan niatnya untuk segera masuk. Terdengar suara tertawa renyah yang ia yakini suara itu milik Sakurako.
Takumi mengintip dari celah pintu. Terlihat Sakurako dan Itsuki sedang bercanda ria. Sakurako tampak begitu berseri kala wajahnya tertimpa kilauan cahaya mentari yang masuk melalui jendela.
Takumi mencuri dengar. Terdengar jelas bahwa Itsuki sedang melakukan pendekatan pada Sakurako. Dan melihat kejadian itu, membuat Takumi menahan emosi.
To be continued ....