"Maaf, ada apa Tuan?" Rasa gugup itu menyerang Asha kembali, setelah mendapati Danendra sedang menatapnya dari dekat di saat Asha tertidur. Namun, gugup itu tidak berlangsung lama, karena tubuhnya langsung kaku dan membeku seketika saat Danendra mengecup bibirnya tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
"Tu ... an," bisik Asha pelan di sela kecupan Danendra.
"Tutup matamu, As . Kenapa melotot seperti ini,"ucap Danendra melepaskan kecupan di bibir Asha .
"Tuan," ucap Asha , menutup mulut dengan kedua tangannya, segera setelah Danendra menjauhkan
wajah darinya. Pipinya bersemu dan merona merah Asha menutup matanya seperti perintah Danendra tadi. Danendra tersenyum menatap Asha . Istrinya benar-benar masih polos.
"Pakaianku kamu simpan di mana, As?" tanya Danendra tiba-tiba, sontak membuat Asha membuka matanya. Dengan susah payah Asha berusaha menguasai dirinya kembali.
"Hah!" Asha langsung berdiri, sedikit mendorong Danendra yang menghalangi jalannya.Bergegas menuju ke lemari, mengambil pakaian Danendra.
"Ini Tuan," ucap Asha , meletakan pakaian itu di atas ranjang.
"As, nanti sore kita ajak Ibu jalan-jalan atau cari makan di luar," ucap Danendra.
"Oh, baiklah." Asha mengangguk dan memilih keluar kamar, membiarkan Danedra berganti pakaian dengan leluasa.
Sore itu Danendra mengajak keluarga kecilnya dan sang mertua makan di luar. Dari awal tinggal di Surabaya sampai detik ini, baru pertama kali Danendra melakukannya. Danendra memilih tempat makan yang lumayan nyaman untuk keluarga,dilengkapi taman kecil di samping restoran tempat anak-anak bermain ayunan.Tampak Asha yang sedang menggendong Hayana masuk mengekor Danendra yang sudah berjalan di depannya bersama Ibu Rani.
"Bu, duduk di sini," ucap Danendra, mempersilakan mertuanya.Setelahnya, Danendra memilih duduk di samping Asha yang sedang memangku Hayana.
"Oma," celoteh Hayana, memanggil Ibu Rani.
"Ya ... cucu Oma. Mau ke sini? Duduk sama Oma," tanya Ibu Rani, tersenyum.
"Mau ." Hayana menggangguk, bergegas turun menghampiri Ibu Rani. Tampak Ibu Rani tertawa mendengar celotehan Hayana yang bercerita tentang boneka kesayangannya yang ketinggalan di Jakarta.Sesekali gadis kecil itu menggengam tangan Ibu Rani sambil terkekeh.Asha menatap keduanya sambil tersenyum, sebaliknya Danendra menatap Asha tanpa berkedip. Danendra tidak tahu bagaimana perasaannya, tetapi Danendra sudah bertekad untuk belajar menerima dan mencintai Asha .
Saat sedang menunggu pesanan mereka datang, tiba-tiba muncul seorang laki-laki muda menghampiri mereka. Sepertinya pemuda itu baru saja menyelesaikan acara makannya. Terlihat ia hendak keluar dari restoran, tetapi saat melihat kehadiran Asha , laki-laki itu memilih menyapa dan menghampiri terlebih dulu.
"Hai, As Kamu ke mana saja?" tanya laki-laki itu saat sudah berdiri di samping Asha .
"Sore, Bu," sapanya pada Ibu Rani , sedikit membungkuk.
" Dave , apa kabar?" tanya Ibu Rani saat mengenali anak muda yang menyapanya.
"Baik, Bu," jawab Dave sopan.
"Pak !"sapa pemuda yang bernama Dave pada Danendra , sambil tersenyum. Danendra hanya membalas dengan senyuman,matanya menatap laki-laki muda itu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
"Kamu kemana saja, As? Hampir seminggu aku tidak melihatmu di kantor ," tanya Dave menatap Asha ,menunggu jawaban.
"Aku ke Jakarta menjenguk Kak Isyana ," sahut Asha ragu, menatap Danendra sekilas. Suaminya sedang menatap tajam padanya.
"Kamu tidak mengabariku. Semua pesanku tidak dibalas satu pun." Dave mengeluh.
"Maaf," sahut Asha ,menunduk.
"Besok aku ke kantor . Aku akan mampir ke tempat Kak Dave ," jelas Asha , berusaha mengusir Dave dari meja mereka. la tidak mau suaminya berpikiran macam-macam. Dari tatapan Danendra, terlihat penuh tanda tanya dan sedikit keberatan dengan kehadiran Dave di meja mereka saat ini.
"Oh ya, kalau begitu besok saja kita lanjut mengobrol lagi. Silakan dilanjutkan. Aku duluan, Bu,Pak," pamit Dave pada Ibu Rani dan Danendra.
Danendra masih menatap punggung Dave sampai menghilang dari penglihatannya. Kemudian tatapannya beralih pada Asha , mencari tahu hubungan keduanya. Danendra merasa ada yang aneh dari sikap Asha yang tidak terlihat seperti biasanya. Danendra memilih menyimpan semua penasarannya sampai mereka tiba di rumah. Tidak baik mengganggu Asha dengan pertanyaan-pertanyaannya saat ini.Begitu acara makan selesai, Danendra langsung mengajak keluarganya kembali ke rumah. Selain Ibu Rani yang mulai terlihat kelelahan, Asha juga sudah kewalahan menjaga Hayana yang mulai aktif berlari ke sana ke mari.
***Kediaman Danendra di Surabaya**
Saat tiba di kediamannya, hari sudah menjelang gelap. Hayana pun mulai terlelap di pelukan Asha . Dengan hati-hati, Asha meletakkan putrinya ke atas ranjang kamar mereka. la tidak mau sampai membuat Hayana terganggu. Asha baru saja keluar dari walk in closet, setelah mengganti pakaiannya dengan lingere merah.
" As , kita perlu bicara," ucap Danendra tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
"Ssttttt! Ada apa, Tuan?" tanya Asha , pelan.
"Ayo ikut denganku," ajak Danendra menarik tangan Asha mengikutinya duduk di kursi. Danendra tidak bisa menunggu lagi. Rasa penasaran di dalam pikirannya sudah terlalu menguasai dirinya.
"Ada apa, Tuan?" tanya Asha , ikut duduk di sebelah Danendra .
"Siapa dia?" tanya Danendra langsung pada intinya.
"Dia siapa, Tuan?" tanya Asha, memastikan.
"Laki-laki yang bertemu kita tadi. Ibu mengenalnya juga? Dia sering ke sini menemuimu?" tanya Danendra, beruntun.
Entahlah, pengalaman gagal berumah tangga sebelumnya, menjadikan Danendra pribadi yang pos-esif. Dulu, Danendra tidak begini, bahkan ia tidak pernah membatasi pergaulan sang mantan istri, tetapi pada akhirnya kebebasan dan kepercayaan yang diberikannya menjadi kebebasan dan Danendra harus menerima kenyataan pahit. Istrinya berselingkuh. Dan sekarang, ia tidak bisa lagi memberi kepercayaan penuh pada Asha seperti yang dulu diberikannya pada mantan.
"Kak Dave . Dia teman SMA Kak Isyana , tetapi aku baru mengenalnya saat kuliah, Tuan," cerita Asha dengan lancar.
"Bagaimana bisa?" tanya Danendra penasaran.
"Dia kolega denganmu?" tanya Danendra lagi. Asha menggelengkan kepala.
"Dia bekerja di kafe, di depan kantorku, Tuan,"sahut Asha .
"Kamu sering menemuinya?" tanya Danendra seperti Detektif Conan .
"Kadang-kadang saja, Tuan," jawab Asha singkat.
"Sepertinya dulu Kak Dave dan kak Isyana memiliki hubungan, tetapi sewaktu Kak Isyana kuliah ke Jakarta, Kak Isyana memutuskan hubungannya dengan Kak Dave." jelas Asha .Danendra hanya mengangguk. Danendra sudah mulai paham hubungan laki-laki bernama Dave dengan istrinya.
"Lalu, apakah dia sering berkunjung ke rumah ini selama aku di Jakarta?" tanya Danendra kembali mencari tahu.
"Pernah, tetapi tidak sering, Tuan," jelas Asha .
"Dia tahu kalau kamu sudah menikah?" tanya Danendra lagi. Asha terkejut.
"Tidak, Tuan. Maaf, tidak ada yang mengetahui tentang statusku selama ini. Kecuali Ibu dan pekerja di rumah ini saja," sahut Asha menunduk. Asha khawatir Danendra akan memarahinya
karena menutup statusnya selama ini, tetapi Asha juga tidak bisa berterus terang pada semua orang setelah melihat bagaimana Danendra menelantarkannya selama tiga tahun ini. Asha bahkan sudah yakin Danendra akan membuangnya selama ini. Hanya tinggal menunggu waktu saja, tetapi ternyata suaminya itu menyimpan banyak rahasia yang tidak diketahuinya.
"Besok aku akan menemanimu ke kantor!"ucap Danendra, menatap Asha . Menunggu reaksi istrinya.
"Baiklah, aku mau istirahat dulu, Tuan," ucap Asha.Baru saja Asha bangkit dari duduknya, Danendra sudah menarik tangannya terlebih dulu.