Kekhawatiran Elion terjadi.
Malam itu Elion baru pulang. Sekitar pukul 11, menjelang tengah malam. Punggungnya nyaris menyentuh kasur kalau saja ponselnya yang ada di atas meja tidak bergetar panjang.
Telepon selarut ini nggak pernah dari orang selain Alfa.
Elion menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum tipis selagi menerima telepon dari gadis itu. Tapi belum sempat dia menyapa, suara isakan dari seberang sana membuat senyum Elion surut, tergantikan oleh kernyitan yang menghiasi wajahnya.
"Alfa? Kenapa nangis? Lo nggak apa—"
"Aku berantem sama Ari. Sekarang aku mau pulang," katanya di sela isakan.
Bibir Elion sudah terbuka, siap membalas kata-kata Alfa kalau saja gadis itu tidak menyelanya dengan kalimat yang membuat Elion tersentak.
"Tapi sebelum pulang, aku mau nanya. Kenapa Kak Elion nggak bilang apa-apa soal Kak Nadia? Kenapa aku harus tau dari orang lain kalau Kak Elion ketemuan sama Kak Nadia?"