Chereads / FERYANA / Chapter 32 - 46. Terseret

Chapter 32 - 46. Terseret

"Yank... dengar dulu, "

"apa? " ucapku dengan ketus sambil memandang wajah gadisku itu.

" dia cuma teman! "

"teman? kau pikir aku bodoh Tio? kau pikir aku tidak tau permainan mu? "

"permainan apa sih!! "

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan wanita yang saat ini ada di hadapanku. Apa ia bodoh?

"Tio... Tio, udah ketangkap basah juga, gak mau ngaku, " Ucap Heny yang baru tiba di rumah bersama dengan Ana dan Rony.

"Kau gak udah ikut campur Hen, pasti kau sama temanmu kerja sama buat ngehasut aku kan?!!"

"ngehasut? heh... aku gak ada waktu buat ngurusin kau. Tapi emang kau gak tau diri sama gak tau untung. Udah bagus Fery mau sama kau, " balas Heny tidak mau kalah.

" kau nggak usah ikut campur ya! nggak usah buat masalah baru ya! "ucap Tio yang tidak suka dengan sikap Heny.

" kau jangan percaya sama semua kata-kata dia yank, dia itu coba mencuci otakmu biar kau berprasangka buruk sama aku, "tambah Tio mencoba mencari pembelaan.

"mencuci otak?! aku nggak perlu capek-capek mencuci otaknya Ferry buat bisa sadar sama kelakuan kau! emang kau pikir selama ini tingkahmu yang selalu pergi sama cowok-cowok, tingkahmu yang selalu pulang tengah malam, dan selalu diantar sama laki-laki itu nggak membuktikan kalau kau selingkuh! Hello kami nggak sepolos itu ya! Kau pikir Kami bakal percaya gitu aja sama semua alasan-alasanmu! selama ini itu Fery cukup sabar dengan tingkahmu, dia cuma mau nunggu saat yang tepat buat bisa peringatin kau, tapi sayangnya sabarnya dia itu malah kau manfaatin, bukannya berubah malah bertingkah! " Heny tampak menggebu-gebu dengan amarahnya.

"dia itu memang cuma teman...,

Bruk....

"tidak Bisakah kau sekali saja untuk jujur!!!" Fery kini menggila.

lelaki itu tampak sangat marah, ia membanting vas bunga yang awalnya berada di meja tepat di sebelahnya.

"apa begitu sulit untuk mengakui kesalahanmu! Kau pikir selama ini aku tidak tahu semua kelakuanmu! Kau pikir aku dengan sengaja menutup mulutku dan hanya menontonmu pergi dengan lelaki lain berulang kali! Aku bukan laki-laki Bodoh b*ngsat " ucap Fery dengan wajahnya yang memerah.

Tio nampak ketakutan, Begitu juga dengan kedua wanita yang ada di sana. mereka terkaget dengan kelakuan Fery yang begitu kasarnya.

"mereka itu cuma temanku!" ucap Tio yang masih saja tidak mau jujur.

Dan...

Bruak....

Aku tidak tahu jelas Apakah foto yang kini framenya berhamburan di lantai itu mempunyai nilai untuknya, dan Sebenarnya aku tidak terlalu peduli Apakah tangannya yang kini berdarah itu terasa sakit, hanya saja aku tidak sanggup mendengar kekerasan yang berlebihan, dan aku tidak sanggup melihat wanita ketakutan karena perilaku lelaki yang terlalu kasar, dan itu alasanku Kenapa saat ini aku berdiri di antara mereka.

" kau sadar apa yang telah kau lakukan!" ucapku sambil memandang dalam ke pupil yang nampak kini penuh dengan amarah.

"Kau boleh marah pada dia, tetapi kau tidak berhak untuk bertindak kasar seperti itu padanya, "ucapku menegaskan.

"kau tidak tahu apa yang telah ia lakukan padaku, dan kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, " lelaki itu benar-benar buta oleh amarahnya.

" aku memang tidak pernah menjadi dirimu, tetapi aku pernah berada di posisimu. Sayangnya aku tidak ingin beradu nasib denganmu, jika kau mencintai seseorang, kau juga harus siap mencintai kekurangannya. jika kau ingin seseorang utuh menjadi milikmu, itu artinya kau sudah setuju untuk menerima semua hal buruk tentangnya. namun walau demikian, kau tidak berhak untuk menyakiti fisiknya, "

Akh...

bruk...

gadis berambut panjang nan indah itu jatuh tepat di samping pecahan frame foto, Tio dengan sengaja mendorongnya.

"kau Gila!" ucap Heny yang berlari ke arah Ana.

" Kau tidak perlu bersikap seolah-olah Kau adalah seorang pahlawan, aku tahu pikiran busukmu. kau ingin merebut kekasihku dariku bukan, "bentak Tio dengan air mata yang kini telah memenuhi wajahnya.

"kau gila ya Tio! lihat, tangan dia berdarah, "ucap Heny yang marah.

" kalian sama saja, kalian tidak ada yang mengerti aku, "ucap dia yang kemudian berlari masuk ke dalam kamarnya dan menghilang seiring dengan terdengarnya bantingan pintu kamar.

" tau nggak papa? " tanya Gadis itu pada sahabatnya yang kini tangannya telah berdarah.

"Nggak apa-apa, cuma luka kecil," ucap Ana sambil berdiri.

kedua garis Itu tidak menyangka, Bagaimana mungkin sepasang kekasih itu berlalu begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan keributan yang telah mereka ciptakan. kini keduanya duduk di sofa, Heny nampak sibuk mengobati luka yang ada di tangan Ana.

"kau tahu, aku kesel banget sama Si Fery, gimana Mungkin dia masih nggak putusin tuh cewek padahal dia udah nemu bukti kalau si Tio itu Curang, dia udah lihat di depan mata kepalanya sendiri kalau Tio itu selingkuh, "Celoteh gadis itu.

Ana menghela nafas sembari tersenyum, " Emang tadi kamu nggak dengar apa yang aku bilang? kalau kau cinta sama seseorang kau juga harus mencintai kekurangannya. ya kalau kau mau seseorang jadi punyamu, ya udah otomatis kau sudah setuju sama kekurangan orang itu,"

"ah... kau tahu hal yang paling menyebalkan darimu itu adalah kedewasaanmu. Nggak tahu kenapa aku merasa kau nggak bisa nempatin kapan kau harus bersikap dewasa dan kapan kau harus bersikap tegaan gitu,"

" jujur aja, terkadang aku juga ngerasa kayak gitu. Terutama saat aku mengambil keputusan tentang kau. Kau adalah perempuan paling egois yang pernah aku temui. dan ya sampai saat ini aku nggak punya jalan keluar untuk mengimbangi keegoisanmu," ucap Ana sambil memandang sahabatnya itu.

"Aakkk.... Ana, " Gadis itu pun bersikap manja pada sahabatnya.

kedua garis itu memang mempunyai sifat yang sangat berbeda. Heni dengan kepribadian yang manja, cerewet, kemudian, dan sifatnya yang terlalu girly. Dipertemukan dengan seorang Nirwana yang menyukai hal-hal simpel, tenang, dan apa adanya. hal yang membuat keduanya saling menutupi kekurangan satu sama lain, dan tidak ada yang tahu apakah perbedaan sikap keduanya akan mempertahankan persahabatan yang ada pada diri mereka. Atau bahkan perbedaan itu yang akan memisahkan keduanya.

Luka pertama yang akan selalu kuingat, dan mungkin luka itu yang akan membuat aku dekat denganmu hanya. luka yang akan selalu aku ingat sumbernya.

saat kamu memutuskan sesuatu, alangkah lebih baik jika kau juga memikirkan efek dari keputusanmu.

kau harus berani menghadapi situasi dari pilihanmu. jika suatu saat itu akan memberikan luka yang paling dalam, kau harus menyiapkan obat untuk lukamu itu. dan kau tidak berhak mendapatkan obat dari orang lain atau bahkan menuntut atas rasa sakit yang kau terima.