Chapter 9 - POV Sri

Namaku Sri,Aku anak kedua dari pasangan kedua orang tuaku.Orang Tuaku sudah lama tiada,Ayah yang Meninggal saat Aku masih enam bulan di dalam perut Ibu ku,beliau meninggal akibat serangan jantung..Dan Ibu ku juga meninggal,saat melahirkan ku.

akibat gagal Ginjal.Jarak usiaku dan mas Darmawan terpaut sepuluh tahun.

Kehidupan kecil ku dengan Mas Darmawan sangat sulit,family ada,tapi hanya mementingkan diri mereka sendiri,sibuk menghitung harta mereka sendiri,setelah membagi hasil penjualan,dari properti Ayah dan Ibuku.Mereka semua bagaikan I***s bagi kami.

Mas Darma Semenjak aku lahir,dia memutuskan tidak sekolah lagi.Apalagi semenjak meninggalnya Ibu,dia merasa bertanggung jawab kepadaku.di usianya yang masih sepuluh tahun dia rela membanting tulang demi masa depan Adiknya.beliau tahu betul bahwa Dunia ini sangatlah kejam.Dan dia harus bangkit untuk melawan Dunia ini.

Beliau pun datang setiap pagi kerumah-rumah warga,untuk menawarkan jasanya.Mana tahu ada warga yang membutuhkan jasanya,untuk bekerja di ladang mereka.Dan pulang saat sebelum Jam satu siang.

Dari kecil sampai Aku berusia Sepuluh tahun,kami tinggal bersama Mang Jarwo,Adik dari Ibuku,dan isterinya Bi Asih.

Hari itu saat Aku Pulang dari sekolah,aku melihat keadaan rumah Mang Jarwo sangat sepi.

"Kemana perginya Bibi Asih ya?,Mas Darma lagi,kok belum pulang ya?".Pikirku dalam hati,firasat sudah tak enak.

Belum sampai di Ambang pintu,Mang Jarwo sudah menunggu di depan pintu.Beliau Duduk di kursi panjang,yang terbuat dari kayu.di sebelah kiri Pintu masuk.

"Sudah pulang kamu nduk",senyum menyeringai tampak jelas dari bibirnya.

Melihat senyum nya itu aku sangat takut.dan memberanikan bertanya dan menjawab pertanyaan beliau.

"Sudah Mang,Bibi kemana Mang?".

"Oh Bibimu lagi kepasar nduk,Mamang Boleh minta tolong nduk?".

"Apa itu Mang?".jawabku yang masih terus waspada.Apalagi Dia hanya menggunakan kain sarung,dengan telanjang dada.

"Begini nduk,kepala Mamang sangat sakit,tolong pijatkan dong kepala Mamang berat sekali rasanya".Pinta nya memelas.

"Oh,Aku tidak pandai Mang,Aku kerumah Bella dulu ya,ada tugas sekolah Mang".Saat itu Aku mau lari kerumah teman ku.

Belum sampai dua langkah,tanganku di tarik."Mamang minta tolong Sri,kok kamu malah lari hehe".

Dengan bergegas dia memelukku,dan menggendong ku untuk masuk ke kamarnya.Setelah sampai di kamarnya.

"Aku mau di Apain Mang?,tolong lepaskan Aku".pintaku memelas Agar di lepaskan dengan belinang airmata.

"Mamang tidak mau ngapa-ngapain kok,Mamangkan hanya minta tolong padamu,agar kamu mau memijat kepala paman.Jangan nangis nduk".Senyum menyeringai itu, membuatku sangat takut.

"Aku sudah bilang,aku tidak bisa Mang,huu..uu..uuu.."Tangisku seolah membuat nafsunya memuncak.

Dia pun mengululum Bibir tipisku,dan memelukku.sangat jelas terasa perut buncitnya,menyentuh perutku.

"Haaa....aaaa....jangan...Maaaang".

"Sudah,kamu diam saja..,usiamu baru sepuluh tahun,tapi tubuhmu,gunung kembarmu,dan bibir tipismu yang ranum,begitu menggoda Sri.Aku tidak menyangka,kamu tumbuh seperti ini Sri,baumu nyam..nyam..haha.

Kamu tahu aku membesarkanmu dan Mas mu dengan susah payahkan.Kamu pikir tak ada imbalannya,ha'?".

dia menjelaskan jasanya dalam membesarkan kami,dan aku sangat tahu,dia juga pasti bersekongkol untuk merebut properti Kedua Orang tua kami.

"Toloooooong....toloooong.....toll....."

Dia panik,dan bergegas memekap mulutku.

"Sudah ku bilang,Diaaam".Sambil melotot.Dan memegang rahangku dengan tangan se**nnya.sehingga mulutku terbentuk huruf 0.

Diapun memasukkan,lidahnya.

"Hmmmm,,mmuach..nikmatny daun muda,haha".

Aku pun meronta..

"Hmmmm...hmmm"

"Diaaamm"

Plaaakk...plaaaak.

Tangannya yang kekar,men****r pipiku.

"Sakiiit maaaang...sakiiiit".Tangisku tak di gubrisnya.diapun malah semakin buas untuk memang*a ku.

"Hmmm nyam..nyam..renyah dan gurih bibirmu nduk".Tangannya pun berusaha untuk meraih gu***g kembarku.diapun berusaha membuka kancing seragam sekolahku,yang telah berkeringat bercampur dengan keringatnya.

"Sungguh pemandangan yang indah Sri,mmuuacch..mmmuaach".Mengulum sambil mer3m45 gun**g kembarku.

Diapun menghempaskan ku,di atas ranjang.

Slllaapp...slllapp...tubuhku pun terhempas di atas ranjang.

Diapun dengan cepat naik ke atas tubuhku.

Sambil mengululum,dan meremas gu***g kembarku.

"Enak Sri,legit rasanya dan empuk,hari ini kau jadi milikku nduk,,Mmuuuaachh...mmmuach".

Akupun hanya bisa pasrah,akan nasib ku saat itu.Aku merasa sangat hancur.Tidak menyangka adik dari Ibu ku bisa berbuat seperti itu.Aku pun berusaha memejamkan kan mata,karena takut melihat wajah Ib**s yang berada di atas tubuhku.

Dan tiba-tiba.

Geeedubbraaaaak.....

Pintu kamar itu terlepas dari kuncinya.akibat hantaman yang keras dari luar.Dan dengan cepat sosok itu,menarik Ib**s yang ada di atas tubuhku.dan membanting nya kelantai.

"Kurang ajar kau Tua bangka".

Plaaak....plaaaak,tendangan keras mendarat di wajah Ib**s itu.yang tersungkur akibat bantingan tadi.

Suara hantaman yang sangat keras terdengar di telingaku.Dan saat mataku terbuka,Mas Darmawan telah berada di depan ranjang.dan menoleh ke arahku.

Diapun membuka bajunya,terlihat tubuh yang kekar berotot.

Dia pun memasang kan baju tersebut ketubuhku.Yang saat itu setengah telanjang dada.

"Kamu tak Apa-apa Sri?".raut mukanya tampak pucat,dan bersedih. hingga cairan bening pun jatuh dari kedua matanya.

"Huuuuu.....uuuuu....uuuu...."

"Hiks...hiks.."

Akupun hanya bisa menangis tersedu-sedu.

Mas Darma pun,melangkah ke tempat Ib**s itu.saat telah berada di depan Ib**s itu.

"Ampuun...ampuun Darma"

"Sakit...sakit".

Suara Ib**s itu memelas,untuk di ampuni.sambil mengusap saus merah yang keluar dari mulutnya.

"Sakit kata kau Tua Bangka??,ini belum seberapa di bandingkan dengan derita batin adikku,yang telah kau buattua bangka".

Mas Darma pun mengambil rambut,dan menjambak rambut Ib**s itu, serta mendongakkan wajah Ib**s yang saat itu Mas Darma lagi jongkok.

Dan...

Blaaak...blak...

Bogem mentah yang bertubi-tubi mendarat di wajah Ib**s tersebut.

"Ampuuun...Ampuuuun...."

Saos merahpun tak hentinya keluar dari mulut Ib**s itu.Dia Tampak tidak berdaya,melawan tubuh berotot dan pukulan berat dari Mas Darma.

"Aku sangka kau selama ini baik Tua bangka,ternyata kau sama saja seperti Empat Anji*g yang ada di luar sana".

"Ampuuun Darma,maafkan aku,Memang akulah Dalang di balik semua ini,aku berjanji akan mengembalikan aset kedua orang tuamu".pintanya memelas,dan berharap hati Mas Darma bisa lunak.

"Tak lebihnya kalian lebih buruk dari Bina***g,seharus nya kalian mengayomi,tapi kalian sebaliknya,menganggap kami tidak ada,Kalian harus mempertanggug jawabkan perbuatan kalian".Mas Darma pun mengikat tubuh tua bangka itu.

Mas Darma pun melangkah ke arahku,Dia memeluk dan mengusap cairan bening,yang keluar dari kedua mataku.

"Sudah tidak apa-apa Sri,ada Mas di sini".

"Huuuu....uuuu....mereka semua bajingan Mas".Suaraku yang mulai habis karna tangis yang tak bertepi.

Tiba-tiba ada suara langkah kaki dari luar,sedang menuju ke kamar.

"Bapaaaaaak".

Kamipun menoleh kearah sumber suara tersebut.ternyata Istri dari Mang Jarwo telah pulang dari pasar.beliau melepaskan beban yang dia bawa dari pasar.Nampak terkejut melihat keadaan sekitar yang berantakan.

"Ada apa ini le,kenapa Mamang kamu ikat?".sambil berlari dan menggoyangkan bahu Mas Darma.

Mas Darma pun berdiri,dan melepaskan tangan Istri tua bangka tersebut.dan menatap tajam bibi.

"Kau juga ada campur tangan dalam masalah ini,hah?".Mas darma mencengkram kuat bahu Bi Asih.tampak jelas beliau mencurigai Bi Asih.

"Aduuh sakiiit Le,ada apa ini sebenarnya?".Bibi menaikkan kedua bahunya yang kesakitan.

Melihat keadaan tersebut,Mang Jarwo yang sedari tadi melihat kelakuan Mas Darma yang menyakiti bahu Istrinya,mengambil tindakan.

"Tolong lepaskan Isteri ku Darma,dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini".pinta Jarwo memelas.

Mas Darma yang mendengar penjelasan Jarwo,langsung melepaskan cengkramannya.

"Kamu tahu apa yang di lakukan Tua bangka ini kepada Sri?".Sambil menunjuk Mang Jarwo.

"Bibi tidak tau le,tolong jelaskan pokok masalah nya?".

"Tua bangka ini mencoba merebut kesucian Sri,dan Dia dalang dari penjualan seluruh Aset orang Tuaku,dia bekerja sama dengan empat an**ng di luar sana.Dulu aku masih kecil,Aku tidak bisa berbuat apa-apa,dulu aku bertekat,akan mencari tahu siapa pelaku dan dalangnya.Hari ini rupanya terungkap sudah semuanya".

Sahut Darma dengan wajah yang penuh amarah.

"Apa?".

bibi kaget sampai mendekatkan kedua telapak tangan nya ke

mulut.

"Apa benar pak,yang dikatakan Darma,Jawab aku Pak".sambil menoleh ke arah Jarwo dan mendekatinya.

"Benar Asih,maaf kan Aku,aaa.."

Plaaaaaaaak...plaaaaaak....

Belum sampai Jarwo menyampaikan monolognya,telapak tangan Bi Asih mendarat di pipi Jarwo.

"Dasar Bin4t4ng kau Jarwo,Aku sudah menganggap mereka sebagai anak ku,meski mereka bukan lahir dari rahimku.Teganya kau menyakiti mereka ha'.

Seharusnya kau sadar,selama kita menikah belum di karuniai anak.Dengan kehadiran merekalah rumah yang sedianya sepi menjadi ramai.Meski aku hidup pas-pasan,yang penting mereka bisa makan sama ku.Kau tahu apa,kerjamu dari dulu hanya mabuk-mabukan dan Judi".

Huuuu....uuuu.....

Tak terasa cairan bening di kedua mata bibi jatuh juga.

Bi Asihpun duduk sambil menyandarkan punggung dan kepalanya di tembok.Dia tak menyangka,akan perbuatan suaminya.

"Bajingan..bajingan".gerutunya.

Darma dan Sri pun menghampiri Bi Asih.Mereka bertiga saling berpelukan.

"Maafkan bibi Le,nduk.bibi kecolongan,huu...uuuu".

"Aku yang seharusnya minta maaf Bi,dengan lancangnya mencurigai Bi Asih*.

"Ndak apo-opo Le,Bibi bisa memakluminnya".Sahut Bi Asih.

"Sekarang kita panggil polisi ya Bi,dah eneg aku melihat wajah Tua Bangka ini".

Bi Asih pun hanya bisa mengangguk.

Tiga puluh menit pun berlalu.

Polisipun datang untuk membekuk Jarwo,dan dari keterangan Jarwo,Polisi berhasil membekuk empat Adik Ibu yang lainnya.

"Le,Nduk.sambil memberikan dua pasang kunci.

Le itu kunci Rumah Warisan dari orang tua Bibi,Rumah berjarak dua puluh meter dari rumah ini,tempatilah jika kamu sudah menikah nanti".

Dan untukmu nduk,itu adalah kunci rumah ini.Kalian bisa memilih mau tinggal di rumah mana,Maafkan Bibi,hanya bisa memberi sebatas itu".

Rupanya hari Itu,hari terakhir kami berjumpa dengan Bi Asih.Rupanya beliau mati gantung diri di Hutan.Yang berjarak delapan puluh meter dari rumah.

Semenjak kejadian itu,Mas Darma sangat Waspada dalam menjaga aku.Suka duka kami jalani berdua.

Akupun bertekat,tidak mau berbagi kasih sayang Mas Darma kepada siapapun.

....

-S.B-