"Shh …. Jangan berteriak, Sayang. Ini, aku," kata Pram. Ia bergegas membekap mulut kekasihnya sebelum suaranya sempat keluar.
"Kamu ngapain di sini, Mas? Kamu mau ngintip, ya?" tuduh Mona sambil menunjuk wajah Pramuda.
"Tidak. Untuk apa aku mengintip kamu? Toh, dua minggu lagi juga bisa melihatnya dengan puas, setiap hari, setiap waktu," jawabnya sambil berbalik pergi ke pintu, lalu mengunci pintu.
"Kenapa dikunci? Kamu~ Uhm …."
Pram memagut bibir Mona dengan mesra. Ia yang sejak tadi menahan diri kini mendapat kesempatan untuk berduaan dengan kekasihnya. Sambil memagut bibir Mona, tangan Pram menurunkan resleting, lalu tangannya menyentuh punggung gadis itu.
"Ka-mu, mau apa?" tanya Mona dengan suara pelan dan bergetar.
"Membantumu menurunkan resleting. Ciuman tadi, anggap saja sebagai bayaran atas bantuanku," jawabnya sambil melepaskan pelukan.