"Mau … Maudy?" Primus terkejut. Wanita itu berkata belum memiliki perasaan padanya, tapi tiba-tiba saja mendaratkan bibirnya.
"Aku harap, kamu tidak mengartikan hal ini sebagai jawaban perasaanmu." Maudy mengucapkan kata-kata itu, lalu melingkarkan tangannya di leher Primus.
Maudy mengecup bibir itu kembali. Setidaknya itu akan membuat Primus sedikit lebih hangat. Laki-laki itu membalas kecupan lembut dari bibir Maudy.
Rasanya seperti jutaan kupu-kupu berterbangan mengelilingi mereka. Perlahan tapi pasti, kecupan lembut itu berubah menjadi liar. Maudy bahkan tidak menyadari saat tangan Primus meremas benda kenyal miliknya.
"Hek! Primus … jangan …."
Maudy menepis tangan laki-laki itu. Primus menuruti perintah. Ia melepaskan tangannya dari dada Maudy, tapi kecupan itu terus berlanjut.
Mereka terengah-engah. Bibir Primus sudah tidak terlalu pucat. Maudy mengalihkan pandangannya agar tautan bibir itu terlepas.
"Hujannya sudah berhenti," ucap Maudy.