"Kamu lebih nyaman serumah dengan laki-laki asing dibanding serumah denganku?"
Tatapan William dipenuhi kabut gelap. Wajahnya muram, bak awan hitam yang siap menjatuhkan hujan. Mentari tergagap saat ingin menjawab, hingga akhirnya hanya kata maaf yang keluar dari bibirnya.
"Maaf, Mas."
"Hah …. Sudahlah. Aku tidak tahu saat itu kamu sedang hamil. Masih beruntung kamu bertemu dengan Ryota, jika itu orang lain … ah, aku sangat kesal. Mau bagaimana lagi? Memang aku akui, dia sudah menjagamu dengan baik," ucap William.
"Kamu … gak marah?" Mentari tidak menyangka, laki-laki itu bukan hanya tidak memarahinya, tapi juga menerima kenyataan bahwa Ryota telah menjaga Mentari saat hamil dulu.
"Marah?" tanya William dengan mata memicing. "Mana mungkin tidak marah? Kalau laki-laki itu ada di sini, sudah kutumbuk dia menjadi sambal."
"Haha …." Mentari terkekeh geli. Ya, suaminya bicara seperti itu dengan ekspresi wajah yang lucu.