Primus menunggu Maudy di pintu masuk pantry. Saat wanita yang dinanti-nanti itu tiba, ia bergegas lari menyambutnya. Edo menghela napas berat.
"Pak Primus kenapa jadi idiot seperti itu?"
"Do! Kamu sedang menggumam apa?"
"Tuh! Pak Primus sedang mengejar Bu Maudy. Dia memang baik, tapi sudah bersuami. Rasanya kasihan aku sama pak Primus. Laki-laki sebaik itu dijadikan cadangan (selingkuhan)."
"Sudahlah. Kita doakan saja supaya pak Primus cepat sadar."
Primus membawakan tas Maudy, lalu menggantungnya di ruang loker. Dua ruang loker itu dibagi untuk tempat pegawai wanita dan pegawai laki-laki. Karena hanya ada satu orang pegawai wanita, Maudy menguasai loker itu sendirian.
"Kenapa tidak keluar? Aku mau ganti baju," ucap Maudy.
"Mau lihat dikit," selorohnya.
"Sembarangan. Pergi sana!" Maudy mengusir Primus sambil mendorongnya keluar. Tidak lupa, ia mengunci pintu ruang loker. Saat keluar, ternyata laki-laki itu masih berdiri di depan pintu ruang loker. "Kenapa masih di sini?"