Kirana pergi ke puskesmas dengan berjalan kaki. Jaraknya hanya lima belas menit perjalanan jika ditempuh dengan jalan berjalan kaki. Setelah menelepon Pram, ia pun merasa yakin bahwa laki-laki itu adalah Firman.
Luka yang diderita laki-laki itu tidak begitu parah. Luka di pelipis wajahnya memang mendapatkan beberapa jahitan, tapi tidak ada luka yang mengenai organ vital. Setelah dijahit dan diberi infus, Firman duduk bersandar di kepala ranjang rawat.
"Jadi benar Anda," ucap Fayra.
"Apa kabar, Fay?" Firman tersenyum menyapa Fayra. Laki-laki di sebelah Fayra pun mengangguk dan tersenyum. Firman membalas dengan anggukan kepala.
"Saya baik-baik saja. Kenapa Anda datang kemari?"
'Fayra pasti sangat membenci kakak iparnya karena sudah meninggalkan kak Kirana.'
Hilman masih belum tahu cerita yang sebenarnya. Fayra dan Kirana memang sengaja tidak membuka rahasia, meski Hilman telah menjadi bagian dari keluarga. Mereka takut, laki-laki itu membeberkannya kepada orang lain.