Hilman dan Fayra kembali membicarakan masalah mereka. Keduanya setuju untuk menikah. Laki-laki itu mengantarkan Fayra ke rumah Kirana.
Awalnya, Kirana sangat marah. Namun, karena Hilman bersedia bertanggung jawab, ia pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hari itu juga, Fayra dan Hilman menikah.
Karena Kirana sedang hamil, Fayra tidak tega meninggalkan kakaknya seorang diri di rumah itu. Hilman menjadikan rumah kost itu sebagai mas kawin. Kini, rumah itu atas nama Fayra dan Kirana tidak perlu memikirkan biaya sewa.
Hilman menyikut lengan Fayra. Gadis itu menoleh dan mencoba bertanya menggunakan isyarat mata. Mereka masih duduk di ruang tamu ditemani Kirana.
[Apa?]
[Ke kamar, yuk!] Hilman memberi isyarat dengan menolehkan wajahnya ke kamar. Kamar itu tempat Fayra tidur selama ini.
"Fay mau ke kamar dulu, Kak," pamit Fayra.
"Hilman juga pamit mau ke kamar, Kakak ipar."