Mentari duduk di ruang tamu. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam empat pagi. Tari menyesal karena telah membanting pintu di depan suaminya.
Monica terbangun saat ia membanting pintu. Namun, gadis kecil itu tidak keluar dari kamarnya. Ia tidak bisa mencampuri urusan orang tua.
Di antara desau angin malam yang menerpa pepohonan di halaman rumah, terdengar suara deru mesin yang berhenti. Tari bergegas menuju pintu dan keluar menyambut kedatangan suaminya. Will hanya minum satu gelas, jadi tidak perlu diantar pulang oleh Pram.
"Kenapa di luar?" William menghampiri Mentari yang terpaku dengan mata berkaca-kaca.
Grep!
Mentari tiba-tiba memeluk suaminya. Laki-laki itu tercengang. Tari memeluknya, lalu menangis terisak.
"Ada apa? Kenapa menangis?" William membalas pelukan istrinya. Ia tidak mengerti, kenapa Mentari tiba-tiba menangis.
"Maafkan aku, Mas. Maaf …."
"Maaf untuk apa? Kenapa tiba-tiba minta maaf? Aku tidak mengerti, Sayang," ujar William.