"Apa?!"
William bangun dari kursinya. Ia tidak mengerti alasan ayahnya tiba-tiba menurunkan jabatannya. Laki-laki paruh baya itu sudah mengundurkan diri dari segala kepengurusan perusahaan, lalu untuk apa menurunkan William?
"Kenapa? Kamu masih tidak sadar kalau perusahaan ini hampir bangkrut karena banyak klien yang pindah ke perusahaan lain."
"Will tahu itu. Will juga sadar dan sedang mencoba membujuk mereka agar tetap mempercayai perusahaan kita. Lagipula, jika Will diturunkan, siapa yang akan memimpin? Papa sudah bilang tidak sanggup. Apa Papa akan membiarkan kursi ini kosong?"
"Siapa bilang kursinya akan dikosongkan?" Dirga dan William berdebat, sedangkan Pram hanya kebingungan.
Sang asisten ingin melerai, tapi bingung harus membujuk yang mana. Keduanya sama-sama keras kepala. Pram pun hanya bisa mengembuskan napas berat.
"Papa sudah sering sakit-sakitan. Will tidak mau Papa kembali bekerja."