Pramuda sudah menunggu mereka di rumah. Namun, begitu datang, mereka justru bertengkar. Laki-laki itu hanya melempar pandangan kepada Ran yang sama bingungnya.
"Tar! Tari!" William mengejar istrinya yang berlari sambil terisak menangis. "Sayang! Tunggu, hei!"
Bam!
Mentari membanting pintu dengan kasar. Ia mengunci kamar dan mematikan lampu. Duduk di lantai dengan punggung bersandar di kaki ranjang.
"Jahat kamu, Mas," gumamnya di sela Isak tangis.
William terus memanggil istrinya, tapi wanita itu mengabaikan semua panggilan. Bahkan, saat anak-anak memanggil, Mentari tetap tidak keluar. Ia justru menggelosor turun dan berbaring di lantai yang dingin.
"Apa yang terjadi?" Pramuda khawatir karena William terlihat cemas.
"Ini salahku. Aku cemburu dan bicara sembarangan. Dia marah sejak di jalan," jawab William dengan penuh penyesalan.