"selamat pagi nona Claire". ucap seorang pelayan sambil membungkuk hormat kepada seorang gadis cantik yang tengah duduk di gazebo.
pelayan wanita yang sudah berumur itu membawa nampan berisi teh dan beberapa camilan untuk ia berikan kepada gadis yang sedang fokus dengan membaca sebuah buku tebal berjudul 'The Winner'. Dengan sorot mata sayu nya ia tetap menatap kata demi kata yang tertulis di halaman buku. Dan jangan lupakan wajahnya yang cantik, wajah cantik dan imut miliknya mampu membuat siapa saja berdecak kagum ketika melihatnya apalagi kaum pria.
Terlahir dari keluarga kaya merupakan impian bagi setiap orang, terlahir dengan latar belakang keluarga yang kaya, hidup dengan bergelimang harta dimanjakan oleh orang tua yang kaya, dan bisa memiliki apa yang kita mau dalam sekejap mata merupakan hak yang diimpikan oleh seseorang, itu sangat indah dan diimpikan oleh setiap orang tapi tidak bagi Clairien Zanquen, anak perempuan satu satunya dari keluarga yang terkenal keluarga Zanquen. Anak kedua dari pasangan Samuel Zanquen dan Clarion Claude.Claire mempunyai dua orang saudara kandung yang pertama adalah Kakaknya Cristan Zanquen dan adiknya Christofer Zanquen.
terlahir sebagai anak perempuan satu satunya dari keluarga yang terkenal akan martabat dan kehormatannya membuat, Claire dididik dengan tegas dan amat keras tanpa pernah mendapat sedikitpun kelembutan. Mungkin orang orang berfikir bahwa terlahir dari keluarga kaya dan berstatus sebagai putri satu satunya akan mendapat kehidupan yang sangat amat mewah. Tapi itu semua tidak pernah dirasakan oleh Claire. Hidup dengan memakai nama Zanquen dibelakang namanya membuatnya tak pernah hidup dengan tenang. Samuel selalu mendidik Claire siang dan malam, tanpa pernah sekalipun memberikan waktu istirahat kepada putrinya.
"nona Claire, saya membawa teh camomile kesukaan anda." ucap pelayan kembali
Claire lalu melirik dan menatap pelayan yang sedang membungkuk hormat kepadanya, bibir manisnya lalu mulai menunjukkan lengkungan indah. ia menutup buku tebalnya lalu menaruhnya di meja sambil berkata
"terimakasih, simpan saja di meja, aku tidak begitu ingin teh pagi ini." ucap Claire sambil tersenyum kepada pelayan
"kalau begitu apa nona ingin susu atau cemilan?," tanya pelayan sambil menaruh nampan berisi teh di meja
"tidak usah," jawab Claire singkat diiringi senyumannya
Pelayan wanita itu membalas senyuman Claire. ah ini yang ia suka dari nona mudanya tak banyak mau, tak sulit dimengerti, tak bawel, dan yang paling penting tak membuatnya kerepotan. Pelayan itu lalu membungkuk memberi hormat kepada Claire sebelum meninggalkannya pergi. Tapi saat hendak berjalan pergi meninggalkan Claire ia teringat sesuatu yang penting untuk disampaikan kepada nona muda cantiknya itu.
"ah maaf nona, tadi tuan besar berpesan kepada saya, jika nona sudah selesai membaca buku Nona ditunggu di ruang keluarga utama." ucap pelayan
Ahhh... Claire lalu memalingkan wajahnya dan mulai memasang wajah serius ketika pelayan wanita itu berkata bahwa sang ayah memanggilnya ke ruang utama. Dalam hati Claire ia sedikit takut dan cemas. Karena setiap kali ia dipanggil ke ruang utama keluarga itulah saatnya ayahnya untuk memarahi dan menghukum dirinya. Tapi setelah Claire pikir pikir hari ini ia tak melakukan kesalahan apapun, bahkan setiap hari pun rasanya ia tak pernah melakukan apa apa yang bisa membuat orang tuanya marah, tapi ahhh bagi Ayah nya mungkin ia selalu salah dan salah.
"baik kau boleh pergi," ucap Claire sambil tersenyum walaupun terpaksa
"baik nona." ucap pelayan sambil memberi hormat lalu pergi meninggalkan Claire.
Claire mengla nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. Kembali mengingat akan sang ayah yang keras kepadanya. ia mengambil cangkir kecil berisi teh camomile hangat kesukaannya, ia meneguk teh dengan perlahan dan lembut. memandang ke arah langit dan menatap burung yang hinggap di atas atap rumahnya. mencoba menguhilangkan pemikiran buruk tentang sang ayah, walaupun ayahnya mendidiknya keras, mendidik nya tanpa kelembutan, dan harus ia akui juga bahwa sang ayah sedikit kasar tapi tetap saja bagaimanapun ia adalah ayahnya, dan Claire tetap mencintai dan menyayanginya.