Hujan masih saja deras, suara guntur menggelgar semakin mengerikan. Hanif pulang dari Rumah sakit dan membawa map.
'Aku kecewa dia menyembunyikan kehamilannya. Aku ingin marah, tapi aku tidak bisa melakukan apa pun, kemarahan ini akan menjadi situasi genting dan aku tidak ingin Tania memikirkan perkataanku. Tania ... Aku takut jika terjadi hal buruk, aku belum siap kehilanganmu. Ya Allah kenapa aku berkata seperti itu. Aku percayakan semua kepadaMu, ya Allah ... Resiko kehamilan membuat aku takut. Hanya Engkaulah tempatku mengadu,' batin Hanif menguatkan mental dan mengedalikan diri dari kemarahannya.
Dia masuk rumah tanpa salam, Tania mendekat mengulurkan tangan namun Hanif acuh dan berjalan cepat, Hanif menghentikan langkah dan melemparkan map. Hal itu membuat Tania terkejut sontak hatinya merasa sakit.
"Kak ada apa?" tanyanya dengan suara pecah, tanpa berkata Hanif pergi dengan cepat. Tania mengambil kertas yang berserakan dan ternyata itu laporan kehamilannya.
