Acara semalam sudah selesai, rumah Raina dan Reza dipenuhi dengan banyak saudara, namun Reza tidak ada dirumah ketika Raina merasa sangat pusing, kepala dibagian belakang terasa sangat sakit.
"Ya Allah ... Esth ...." Raina mendesah sakit.
Reza terpaksa dinas malam karna ada pasien yang datang dari Desa Ongka, pasien kecelakaan.
Sedang dirumah Riana merasa tidak enak jika memanggil Ibu mertua, dan meminta tolong. Penglihatan Raina tidak jelas, ia mencari penselnya dengan meraba-raba. Pandangannya semakin gelap dan buram, ia mendapatkan ponselnya, Alfin menangis.
"Sayang Anak Bunda jangan nangis, Bunda pusing ...." Raina menekan nomer, saat itu Raina membelalakkan matanya, lalu menelpon nomer Reza berkali-kali namun karna Reza sedang kerja ponselnya tergletak diruangannya.
"Halo, maaf Dokter Reza sedang sibuk, masih ada pasien," jawab perawat itu.
"Oke baiklah," Raina menutup telpon lalu menelpon nomer Farhan. Malam itu semakin larut, sekitar jam setengan dua belas.