Malam ini terasa sangat manis. Di mana di dalam kamar hanya ada dua insan muda, kamar yang bercat putih salju dengan bunga mawar segar diatas meja rias.
Dengan selambu bergambarkan burung terbang dan seprei dengan desain rumput yang hijau dan bunga-bunga yang bertebaran.
Kamar itu adalah kamar dari gadis bercadar yang kini sah milik Farhan seutuhnya. Keduanya selesai solat isya'.
Farhan tetap diatas sajadahnya entah apa yang dibaca. Aisyah keluar dari kamar.
"Aduh ... Nggak karuan. Kenapa ini bagai mau berperang dengan menunggangi kuda. Ya Allah aku berdebar-debar. Huh ..." Farhan berbicara sendiri.
Ia melipat sajadahnya, dan pergi keruang tamu, Dokter Ayub sudah menantinya dengan menjajarkan catur di atas meja.
"Mari sini." panggilnya, Farhan dengan sarung hijau tua dan kaos besar berwarna putih, datang berjalan kedepan mertuanya. Mereka mulai bermain catur.
"Ayah bantu dong." pinta Farhan kesusahan karna Fatih terus menangis.
Oek ...
Oek ...
Oek ...