"Kamu jangan bersedih karena tindakan pacarmu yang selingkuh itu. Masih banyak gadis-gadis di luaran sana, yang lebih baik daripada dia. Untuk apa? Kamu mempertahankan wanita yang sudah sekian kali menyakiti kamu. Aku sebagai dokter spikiater mu. Kamu telepon dia sekarang juga, luapkan segera kemarahanmu. Kamu ingin kamu puas kan?! Jadi silakan mencoba. Kamu itu laki-laki, sampai kapan kamu ngalah untuk wanita. Kalau wanita itu pantas dipertahankan boleh saja kamu mengalah tapi, buktinya? Kamu yang tersakiti. Luapkan segala perasaanmu, terserah dia berpikiran apa tentang mu. Jika kamu ingin bebas dari perasaan itu. Coba lakukan saranku itu."
Akmal meletakkan ponselnya dengan wajah lesu. "Hah ... Astagfirullah." Akmal terlihat sangat pusing dengan ulah pasiennya.
Saat dia hendak menyuapi Adiba lagi, dia melihat Adiba akan tersenyum namun sulit. "Kamu merasa aku lucu? Tertawa saja. Hehehe. Astagfirullah." Akmal menahan tawa kemudian mengangkat sendoknya hendak menyuapi Adiba.