Masih senantiasa menanti, dengan berharap anak gadisnya terbangun. Ketidaksanggupan menyerang wanita yang mulai keriput. Tidak sanggup melihat Adiba terbujur dan tidak berdaya, sementara air matanya terus berlinang.
Merasa ada gerakan dari jari putrinya, wanita itu segera melihat Adiba. Seperti akan membuka mata. Wanita itu benar-benar tidak sabar menanti putrinya.
"Eh ...."
Hanya napas yang dihembuskan, tasbihnya terlepas dari jari-jari. "Adiba, Umi berada di sampingmu. Apa yang ingin kau katakan Nak ... katakan sayang ...."
Jari-jemari wanita yang melahirkannya basah karena terus menghapus air mata Adiba. Air mata Adiba sama sekali tidak berhenti selalu membasahi wajahnya.