"Adiba ... Umi tahu hatimu sedang hampa, sedang kosong, tapi lihatlah. Sudah cukup bagi Ridwan memilikimu di dunia Allah Maha Adil. Dia akan bahagia di sana, Umi yakin dengan itu, kita doakan agar jalannya Ridwan tidak gelap. Jika kamu mencintai Tuhan maka doakan agar dia mudah menjawab pertanyaan malaikat dalam kubur."
Adiba menatap Uminya dengan tatapan kosong. "Est ... heh ... Iya Umi ... dia orang yang sangat sempurna imannya, dia sudah mengorbankan apa pun agar tidak menuruti syahwat jahatnya. Sedang aku ... aku apa bisa seperti dia, aku bisa menjaga diriku karena dia, aku sekarang ini bagai mayat hidup tanpanya."
"Sayang ... anak Umi, Allah akan mengganti semua." Wanita paruh baya itu membelai kepala sang putri.
"Umi sangat yakin akan ada kebahagiaan setelah ini. Jadi apa kamu mau ikut memakamkan kekasihmu?" tanya Umi sambil menggenggam erat tangan putrinya.
"Aku benar-benar sudah tidak sanggup Umi ... tubuhku lemah tidak berdaya. Hik hik hiks est ...."