Perjalanan cukup panjang dengan perasaan yang kacau, gelisah dan lainnya, tiada kata lain, selain doa yang terus dipanjatkan oleh Danisa.
Tangis dalam cadar, dada yang terdengar sangat sesak saat menghembuskan napas. 'Ya Allah ... aku terlalu emosi, aku melupakan aku memilihnya karna Engkau. Dan aku meragunya karna fitnah yang sangat keji. Aku mencintaimu karna Allah dan aku meragukanmu, Ya Allah ... Ya Allah, hehehek, hiks, hiks est, est, heh ... iman dan taqwamu yang dulu membuat aku sangat cinta. Dana aku menghancurkan cinta kita karna aku. Aku yang tidak percaya. Ya Allah ... kau imam yang terbaik, yang selalu mengingatkan aku untuk dekat denganNya. Bodohnya aku ... kenapa aku sangat bodoh, Ya Allah ...'
Masih di ruang tunggu. Singapura. Melihat raut wajah darah dagingnya Ayub tidak tega, dia membawakan minunman ke gadis yang merunduk menekuk kepala dan bersandarkan dua lengan di atas dengkul kaki.
