Bunyi panggilan telfon dari ponselnya terdengar nyaring mengisi mobil itu. Inara mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Dan ternyata itu adalah Keenzah.
Inara menimang-nimang harusiah dia mengangkat panggilan itu?
"Assalamualaikum, Pak Keen?"
"Waalaikumsalam. Aku ingin besok siang kamu ke ruanganku untuk membicarakan tentang surat pengunduran dirimu."
Debaran jantung Inara sangat keras hingga dia bisa mendengarnya. Sebelum menjawabnya Inara menarik napas panjang. "Baik Pak Keen."
Keen mengangguk pelan dengan tatapan mata dalam, "Tentu saja aku ingat. Kamu pun masih mengingatku kenapa aku tidak bisa?"
"Bukan begitu Pak. Tidak perlu di pikiran perkataan saya tadi. Oh iya, Pak Daniel sedang apa di Indonesia?" Tanya Inara akhirnya.
"Hm, aku ada urusan penting di sini. Mungkin hanya beberapa minggu, selepas itu aku akan kembali ke Paris," jawab Daniel. "Bagaimana kalau kita berbincang sedikit di kedai kopi sebrang jalan. Boleh?" Ajaknya.
"Apa anda tidak sibuk?"