Sepasang mata yang tertutup kacamata hitam, masih dapat dengan jelas menikmati pemandangan hamparan laut berwarna jamrud yang ada di depannya. Angin semilir sesekali mengibaskan rambut hitam lebatnya, saat ia menoleh ke arah kirinya terlihat seorang wanita berbaring mengenakan baju khas pantai yang seksi. Wajahnya tetutup topi besar yang menghias kepalanya.
Tangan putih susu laki-laki bernama lengkap Chani Yusuf Chairuddin tersebut hampir menyentuh bahu lembut wanita itu
"Tunggu, suara apa ini?" Tangannya masih mengambang di udara.
KRINGGG!!!!!!!!
Chani mengerjapkan kedua bola matanya, samar terlihat jam weker yang berada di atas nakasnya. Segera ia menekan tombol di atas benda menyebalkan itu dengan harapan mimpinya dapat ia lanjutkan.
Namun belum sempat matanya kembali terpejam terlihat sesosok tubuh gadis berbalut seragam putih abu-abu berada tepat di depan matanya.
"Hiyaaaaaaaaaa!!!" teriak gadis itu sembari melemparkan segayung air tepat di wajah Chani hingga membuat lelaki itu murka.
"Aaarrrggghhh!! Jasmine!!" umpatnya pada makhluk hidup terkutuk yang sudah bertahun-tahun hidup dengannya itu.
"Ibu yang nyuruh. Cepetan bangun, sarapan terus anter gue ke sekolah," ucap Jasmine dengan santai lalu melenggang tanpa dosa meninggalkan kakak laki-lakinya.
"Apa kamu nyiram air lagi ke abangmu Jasmine?"tanya ibunya setelah ia selesai menyusun makanan di meja makan.
"Sedikit bu," jawab Jasmine. Jempol dan jari telunjuknya ia satukan untuk lebih meyakinkan ibunya.
Setelah mencuci wajahnya, Chani bergabung bersama adik dan ibunya di meja makan. Tangan kidalnya memegang sendok , wajahnya masih kusut mengingat mimpinya yang belum terselesaikan dengan indah. Sesekali ia melirik adiknya yang makan dengan santai. Hal itu membuatnya semakin kesal.
"Apa kamu gak ada niatan buat lanjutin kuliahmu?" tanya ibu Chani tanpa memandang ke arah anaknya yang kuliahnya akhir-akhir ini terbengkalai entah apa penyebabnya.
"Emm, ituโ Chani belum tahu bu," jawab Chani. Dia melihat respon ibunya dan ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Tapi akhirnya ia utarakan juga isi hatinya.
"Chani mau fokus main skateboard."
Ibu laki-laki itu sontak langsung meletakkan sendoknya.
"Jasmine, cepat kamu berangkat ke sekolah. Nanti kamu terlambat" ucap ibu Chani lalu merenggut paksa piring yang ada di depan putranya membuat lelaki itu melongo.
Begitulah Chani berakhir tanpa sarapan lagi pagi itu.
***
Motor bebek Chani berhenti tepat di depan gerbang sekolah adiknya Jasmine Yulia Sari. Seperti biasa teman-teman Jasmine sudah menanti kehadiran mereka sejak pagi. Bukan karena mereka menunggu Jasmine, melainkan mereka ingin melihat dari dekat kakak laki-laki Jasmine yang mereka anggap keren itu.
"Selamat pagi teman-teman adikku Jasmine yang paling cantik di komplek," sapa Chani. Dia membuka helmnya dan mengusap rambut belah tengahnya ke belakang membuat para ABG di depannya menggila.
"Jangan begitu. Abang kan belum shampoan seminggu!" kata Jasmine yang tiba-tiba merusak suasana. Teman-teman Jasmine yang mendengarnya tiba-tiba menjadi ilfeel. Kepopuleran Chani saat itu runtuh seketika.
Akhirnya Chani melanjutkan perjalananya kembali. Dia terus lurus entah kemana karena dia belum mau pulang ke rumah. Karena jika dia langsung pulang sudah pasti ibunya akan memaksanya untuk kuliah lagi dan lagi.
Prinsip hidup Chani mengatakan jika orang sukses tidak harus sekolah tinggi-tinggi. Yang jelas kuliah sangat mengganggu pola tidurnya yang over. Prinsip tadi hanyalah alasan klise pria itu.
Dalam perjalanan Chani tidak sengaja melihat sesosok makhluk yang sangat ia kenal sejak kecil. Sejak jaman mereka masih suka nyolong ikan di empang lalu ikannya mereka lepas ke sungai dengan alasan peri-keikanan.
Chani menghentikan motornya dan menghampiri pria bernama lengkap Eka Gemilang tanpa cahaya tersebut yang sedang berjongkok di belakang sebuah warung soto. Tangan kirinya memegang semangkok soto yang hampir dingin dan satu tangannya lagi memegang buku tebal. Dia sangat serius membacanya hingga tidak menyadari Chani yang berkali-kali memasukkan sendok soto itu ke dalam mulutnya.
Saat suapan ke sembilan tiba-tiba Eka menoleh.
"Ncub! Lagi ngapain lo?" tanya Eka yang tidak sadar jika mangkok sotonya sudah hampir bersih. Ncub adalah nama akrab yang diciptakan oleh Eka untuk sahabatnya tersebut. Berasal dari nama tengah Chani yaitu Yusuf lalu ia ubah menjadi Ncub.
"Sarapan. Lo lagi ngapain bang disitu? " tanya Chani.
Eka memang satu tahun lebih tua dari Chani. Tapi perbedaan usia mereka yang setipis bawang tidak menghalangi persahabatan mereka yang bagai kepompong, ulat, kupu-kupu itu sejak kecil. Eka bisa memahami Chani namun sayangnya Chani jarang bisa memahami Eka.
"Coba gue tebak. Lo masih ngebet banget pengen kuliah bang?" tanya Chani serius.
"Iya dong. Kayaknya tahun ini gue bisa daftar kuliah. Lo sendiri gimana kuliahnya?"
"Gue gak mau kuliah bang," jawab Chani yang langsung membuang wajahnya.
"Kok gitu? Padahal lo enak, kuliah tinggal kuliah. Sedangkan gue harus kerja keras, karena orangtua gue gak punya biaya."
"Kalo lo kuliah, gimana sama semua kerjaan lo bang?"
"Ya, terpaksa gue berhenti dari beberapa kerjaan gue."
"Apa orangtua lo gak marah bang, kalo lo berhenti kerja?"
Chani menatap iba pada Eka. Dia tahu sendiri orangtua Eka menyuruh anaknya untuk mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Dan mereka sangat menentang keinginan Eka untuk kuliah. Katanya cuma buang-buang duit saja.
"Gue mau kabur dari rumah, dan hidup mandiri. Gue mau mewujudkan cita-cita gue buat kuliah selama ini," jawab Eka mantap.
Chani seperti mendapat angin segar saat mendengar jawaban dari Eka. Tiba-tiba dia terpikirkan satu hal. Dia menaruh kedua tangannya di bahu sahabatnya tersebut.
"Gue juga mau kabur dari rumah bang!"